" haaaahh??? " Mata Adi terbelalak melihat bahwa gadis didepannya adalah Vita.
" Apa yang kamu lakuin, Vit? " Tanya Adi gusar.
" Aku..aku.. " belum sempat gadis itu menjawab,
" Kenapa kamu bisa ada disini, dan lalu...kenapa kamu bisa berada di pelukku??"
Vita mengerutkan keningnya ketika menatap Adi tanpa mampu menjawab semua pertanyaannya. Dia berlalu pergi keluar kamar sambil menunduk, mendaratkan tangannya mengusap air mata yang hampir jatuh.
Adi tahu bahwa ada rasa kecewa pada Vita, bagaimanapun kata-katanya terlalu kasar. Setidaknya dia harus meminta penjelasan dulu tanpa harus berusaha memojokkan gadis itu. 'aahhh...dasar egois!' begitulah di pikirannya.
" Vit. .Vita, tunggu! " Dia menghampiri Vita yang akan berjalan keluar rumah dan segera meraih lengannya kemudian meminta agar kembali masuk rumahnya dan menenangkannya.
" Ma..maaf. aku terlalu kasar tadi. Bu..bukan maksudku begitu. " Adi mulai menjelaskan dengan raut muka masam di wajahnya.
" Aku tahu mas, gapapa. Aku juga salah. " Jawab Vita lirih.
" Tolong jelasin tadi gimana?? Sumpah aku tadi berhalusinasi bahwa kamu Veny. Aku tak bermaksud melakukan semua itu. " Tampak raut muka penyesalan Adi bertambah masam.
Setelah menerima penjelasan dari Vita diketahui bahwa semua kejadian itu memang bisa dibilang kesalahpahaman.
Sebenarnya, setelah Vita ingin pergi dari kamar Adi seketika itu Adi memanggilnya. Meskipun memanggilnya dengan nama'Veny'. Dia menghampiri bermaksud ingin menenangkan Adi. Saat dia mulai mendekat, seketika Adi memeluknya. Dia berusaha menghindar namun tak kuasa karena tenaga Adi yang mungkin lebih besar darinya.
Dan memang tak bisa dipungkiri lagi bahwa Vita pun masih memendam perasaan cintanya pada Adi. Dia pun merasakan kerinduan yang sama dengan apa yang dirasakan Adi. Dan menerima semua itu meskipun tahu kalau ia hanya perumpamaan dari sosok seorang Veny.
" Maafkan aku, Vit??" Perasaan canggung itu penuh di pikiran Adi. Meski ia pun pernah melakukannya dengan Vita waktu dulu, tapi situasinya sekarang berbeda.
" Iya. .gapapa mas. Aku juga bisa ngerti apa yang sedang kamu alami, sudah lupakan saja." Senyum kecil mulai mengembang di bibir Vita.
" Kelihatannya kamu udah agak mendingan mas! Tuh lihat badanmu udah gak panas kayak tadi pagi?" Berusaha mengganti topik pembicaraan sambil menempelkan tangannya kearah kening Adi.
" Ah! Iya. .aku. .aku juga merasa agak enakan." Jawab Adi agak gugup dengan menyeka keringat yang menetes di keningnya.
" Sana masuk kamar, istirahat aja lagi. Biar cepet sembuh!" Vita menggandeng lengan Adi menuju kamar.
Adi tak berhenti menatap Vita saat itu, dia merasa perhatian dan kepedulian gadis itu sedikit memberinya ketenangan walaupun ada kesalah pahaman yang terjadi barusan. Meski dalam hati ia pun ragu perasaan apa itu? Namun yang pasti dia tak ingin kembali menjadi bagian dari hidup gadis itu lagi.
" Sudah aku beresin, sekarang kamu istirahat gih!?" Membuyarkan lamunan Adi kala itu.
" I..iya. Makasih." Belum sempat Adi akan berbaring ketempat tidurnya, gadis itu menghampiri lalu memeluknya lagi.
" Jujur mas, aku rindu sekali padamu." Menatap Adi dengan mata berkaca-kaca lalu merebahkan tubuhnya erat.
Adi tak bisa mengelak, karena gadis itu semakin erat memeluk tubuhnya. Dia hanya pasrah menunggu gadis itu mulai meregangkan pelukannya.
Perasaan Adi saat itu bukan cinta atau sayang, melainkan hanya perasaan simpatinya pada Vita. Karena bagaimanapun gadis itu pernah singgah di hatinya dalam kurun waktu yang cukup lama.
Saat Vita mulai menatap Adi, kedua mata mereka bertemu pandang. Keheningan mulai terjadi ketika Vita mulai semakin mengarahkan pandangannya mendekat. Di sisi lain, Adi yang sudah terjebak pada situasi saat itu tak bisa menghindar lagi. Dia hanya berpikir apa yang akan terjadi kemudian.
Tanpa sadar bibir mereka berdua bertautan, Vita agak agresif dengan sedikit menjulurkan lidahnya dan sesekali menggigit lembut bibir bawah Adi. Lelaki itu hanya membalas kecil walaupun dia sebenarnya tak ingin. Karena ia tahu akan melukai gadis itu. Namun yang terjadi justru ia mulai terbawa suasana.
Hanya tiga kali ciuman itu terjadi, karena saat keempat kalinya ketika Vita berusaha mendaratkan bibirnya lagi ke arah Adi,
" Vit, apa semua ini?"
Dengan kerutan kening yang tampak, jelas bahwa Adi bertanya-tanya." Aku rindu, mas?!" Wajah Vita memelas." Tapi...vit,?? Ini tidak benar." Sahut Adi." Tolong mas. .aku hanya ingin memuaskan rinduku sedikit saja denganmu. Boleh, kan??" Ada seringai manja di wajah gadis itu." Tapi...??" Kata-kata Adi terhenti karena bibir Vita sudah mendarat pada bibirnya. Dorongan dari Vita saat itu merebahkan tubuh Adi hingga terbaring di bawahnya." Aku janji gak akan melebihi batas." Mengerdipkan satu matanya centil lalu memulai ciumannya lagi.Pergumulan hebat pun berlangsung cukup lama, semua yang ada di ruangan itu menjadi saksi bisu. Dan....jangan coba berpikiran aneh-aneh karena pergumulan itu tak melebihi batas wajar. Apalagi sampai berhubungan intim. Mereka hanya melampiaskan hasrat yang terpendam di antara keduanya. Jadi tidak ada yang namanya melepaskan pakain atau segala macam seperti kebanyakan cerita-cerita saat ini! Hihihihi.....peace *emoji*
****Pada suatu malam 9 tahun yang lalu,Kringgg....kriinggggg....kriinggggTerpampang jelas nama Vita di layar ponsel Adi ketika itu. Gadis itu baru berusia sekitar 16 tahun ketika pertama kali bertemu dengan Adi yang berumur lebih tua 4 tahunan. Berawal dari seorang teman yang memberikan kontak padanya, Adi sebenarnya iseng-iseng aja menggodanya. Hingga pada akhirnya ada yang berbeda dari gadis itu.Bagaimana mana mungkin seorang gadis berpendidikan yang saat itu masih duduk di bangku sebuah sekolah SMA favorit mau menerima cinta seorang lelaki yang baru lulus sekolah dan tanpa pekerjaan tetap. Sedangkan Vita termasuk keluarga berada. Ayahnya seorang anggota kepolisian dan Ibunya seorang guru di sekolah dasar.Meskipun kalau dibilang hanya cinta monyet di generasinya, namun tidak untuk Adi. Dia berpikir dengan polosnya bahwa gadis itu memang berbeda. Di sudut pandang seorang Adi, toh kalaupun gadis itu hanya ingin memiliki seorang pacar untuk pam
-kamu harus kesini! Vita bersama lelaki lain.-Saat Adi membuka pesan, tulisan itu dibacanya. Dengan wajah yang cemas seolah tak percaya dia bergegas menuju tempat yang di kirimkan oleh orang itu setelahnya.Adi berusaha dengan cepat melajukan motor yang dibawanya. Menuju tempat bernama Pondok bambu. Kawasan itu ramai dikunjungi banyak anak muda karena memang terkenal dengan kerindangan tampat dan panoramanya yang indah di malam hari. Jadi sangat cocok untuk khususnya kaum muda-mudi bermesraan.Selang beberapa menit, dia sampai ke tempat itu. Dia segera menyapu tatapannya kepada semua orang yang ada disana. Namun karena banyaknya orang saat itu dia tak bisa memastikan dimana Vita. Sesaat dirinya akan mengeluarkan ponsel di sakunya," Hai, Adi." Suara seorang lelaki menepuk pundak Adi." Kamu??" Adi menoleh dan terkejut, karena lelaki itu seseorang yang dia kenal." Desta, sedang apa kamu disini? Dan kenapa kamu tahu aku datang kesini?" Adi bertany
Tepat saat Adi sampai kerumahnya, dia beranjak ke kamarnya. Sekedar melepas penat yang dari tadi mengganggunya. Dia tak habis pikir dengan apa yang sedang dialaminya. Huffffttt!! Intinya perasaan yang dirasakan Adi bukan lagi kecewa tetapi marah. Dia ingin sekali menenggak minuman keras sampai tak sadarkan diri. Haatttccchhiinngg...Tokk...tokkk...tookkkk!!Ketukan pintu membuyarkan lamunan Adi seketika. Dia bergegas membukakan pintu." Selamat..ulang....tahun!! Selamat ulang tahun?!" Suara kompak dari beberapa orang didepan pintu lalu memaksa melangkah masuk. Vita tepat memimpin didepan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Desta juga terlihat meskipun ia tak berada di bagian depan. Mungkin dia merasa bersalah karena telah berkompromi dengan Vita saat itu."Ohh!!aahh! Ap..apa ini??" Seketika kerutan kening yang dari tadi nampak jelas berangsur-angsur menjadi senyum yang merekah.Vita yang saat itu memegang kue ulang tah
'Sepertinya aku mengenalnya?!' gumam gadis pelayan hotel itu.'Ohh! Aku ingat! Bukankah dia pacarnya Adi? Tapi siapa pria itu?' Gadis pelayan hotel akhirnya mengingatnya.Fanya, gadis yang bekerja di sebuah hotel di daerah Anjungan. Tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya karena berada di sekitar area pegunungan. Dia merupakan teman Adi sewaktu kecil. Fanya pernah bertemu sekali dengan gadis itu di sebuah Cafe. Waktu itu dia memang berencana berkunjung ke rumah orang tuanya di daerah kota, karena sudah lama sekali tidak bertemu dengan sahabat masa kecilnya, dia menghubungi Adi. Dan pada saat yang sama, Adi sedang berada di Cafe itu bersama pacarnya, tidak lain adalah Vita.Nah! Jelas sekali kalau itu memang beneran Vita. " Aku harus menghubungi Adi untuk memastikan?!" Fanya berbicara pada dirinya sendiri lalu menghubungi Adi saat itu juga.Sementara di kediaman Adi, kawan-kawan Adi sudah hampir semua tak sadarkan diri karena pengaruh minuman keras. Dan
"Apa jangan-jangan ini dari Desta!!!" Mereka berdua sama terkejutnya." Ahhhh!! Siall! Coba buka apa isinya?" Johan sangat geram jika memang fakta itu benar. Untuk lebih memastikan lagi dia ingin tahu apa isi dibalik kertas itu." Baik!!" Adi sama geramnya lalu segera membuka kertas itu.Sedikit informasi, Bagaimana mungkin mereka berdua tidak geram? Pada masa itu, ponsel masih belum secanggih ponsel seperti sekarang ini. Dengan gampangnya mengungkapkan perasaan hanya melalui video call atau sticker-sticker cinta dari ponsel canggih saat ini. Zaman dulu, ekspresi dari perasaan yang sesungguhnya hanya bisa dilukiskan melalui tulisan.Semakin indah kata di setiap bait kalimat, semakin yakinlah para gadis akan kesungguhan perasaan yang tercurah.Hummmpphh!! Meski tak sedikit juga para pria yang memanfaatkan syair-syair indah buatan hanya untuk memikat para gadis. Lalu, setelah didapat apa yang mereka cari, seketika dihempaskan begitu juga. Hufft!! Tapi jan
" Apa??" Mulut mereka berdua menganga lebar mendengar kata dari Fanya." Iya, Adi. Itu benar. Disini tertulis pesanan 1 kamar atas nama 'Desta'. Apa diantara kalian mengenalnya??" Ujar Fanya menjelaskan.Mereka sontak kaget mendengarnya, bergegas Johan dengan marahnya mengambil motor yang terparkir di samping rumah." Adi, ayo kita pastikan kebenarannya. Ikut aku, dan kita habisi bocah itu!!" Tatapan dingin Johan ketika hendak menyalakan motornya, dengan arahan tangannya yang meminta Adi untuk segera ikut naik." Okay, Fanya. Aku dan Johan akan kesana. Segera beritahu aku jika ada informasi terbaru tentang mereka." Menutup sambungan teleponnya dan berlalu pergi menuju hotel tempat Fanya bekerja.Selang beberapa jam, mereka telah sampai di gerbang pintu masuk hotel. Dari aba-aba Adi yang tak ingin membuat keributan di dalam hotel, Adi memutuskan mengajak Johan untuk menunggu di halaman sebuah minimarket di depan hotel.Dari pesan yang dikirim oleh
Sangat jelas terlihat di mata mereka berdua bahwa itu adalah Desta dan Vita. Apalagi mendapati pakaian yang mereka kenakan. Kemarin malam mereka berdua memakai setelan itu." Ayo, kejar!!" Johan menggapai motornya dan meraih lengan Adi yang seketika terbengong." Jangan diam saja! Ayo!? Jangan biarkan mereka semakin jauh." Pekikan Johan menyadarkan Adi yang masih menatap mereka berdua berlalu dengan cepat.". I..Iya, Ayo." Jawaban putus asa seorang Adi sembari menaiki motor Johan.Disitu Johan merasa akan benar-benar memukul Desta nanti. Dia sudah membuat sahabat karibnya sampai seperti ini. Ratapan kecewa tergambar jelas pada diri Adi saat itu.Johan dengan gesit melajukan motornya dengan cepat untuk mengejar mereka. Akan terasa buang-buang waktu jika mereka masih berdiam diri di tempat itu.Di sisi lain, Desta dan Vita begitu semangat menyambut pagi di hari itu. Meskipun mungkin mereka lelah karena sudah menghabiskan malam yang indah bersa