Vita juga tak tahu harus bagaimana setelah mendapati dirinya tak kunjung datang bulan, yang dia lakukan hingga saat ini hanya menunggu untuk datangnya rutinan bulanannya itu keluar. Dia bahkan tak berani membeli testpack untuk mengetahui kebenarannya.
" Ini masih belum pasti, Lin. Dan akupun tak berani bilang pada Mas Adi. " Vita mengatakan itu sambil memegangi perutnya.
" Ahhh, sudahlah kalau begitu. Terserah kamu saja. Yang pasti aku tak mau terlibat apapun mengenai itu. Dan....." Belum sempat Linda melanjutkan kata-katanya, Dia terperanjat kaget ketika tahu bahwa ada seseorang dibelakang Vita.
Saat Linda ingin mengetahui siapa orang itu, suara seorang pria terdengar dengan jelas. " Ohhh, jadi kejutan ini berlanjut??!"
Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Adi. Dia memegang kotak cincin perak ditangannya bermaksud untuk memberikannya pada Vita. Namun saat ia kembali, dia mendapati Vita dan Linda sedang berbincang serius. Dan sekarang dia tahu apa
Duarrrrr.... Bugg!? Seperti dentuman peluru menghujam tepat di kepala waktu itu di sertai suara terjatuhnya ponsel ke tanah. Panggilan telepon dari seorang pria tua malam itu, mengubah tatapan lelaki yang biasanya penuh canda dan tawa, menjadi lesu dan tak bergairah. Air matanya tertahan ketidakpercayaan di dalam dirinya. Dia seolah tak berdaya dengan apa yang ia dengar dari calon mertuanya, bahwa gadis yang akan dinikahinya telah pergi untuk selama-lamanya. Diraihnya ponsel yang terjatuh diatas lantai dan bergegas mencari tahu kebenarannya. Dia bermaksud menelepon kerabat dari kekasihnya. " Halo ?. " " Iya, halo !." Jawab seorang wanita dari seberang telepon, Belum sempat lelaki itu melanjutkan tanyanya, isak tangis sudah menyambutnya. " Di, veny meninggal. Hikz..hikz..Kamu gak kesini?? semua menunggumu untuk mengantarkan kepergiannya? Hikz..hikz.." Tangisan itu memperjelas bahwa memang gadis yang dicintainya tel
Ohh iyaa. . !! Sebentar klarifikasi,Kisah ini sebenarnya kisah tentang Adi, sahabatku. Aku sengaja mengaplikasikan cerita ini karena ada hal menarik yang harus ku tulis tentangnya. Kisah perjuangan seorang anak yang dari kecil menghadapi kerasnya kehidupan yang dijalani. Sangat berliku-liku, namun dia tetap pada prinsip yang dianutnya. Yaitu kepercayaan, kasih sayang dan kesetiaan.Adi terlahir dalam keluarga sederhana dengan anggota keluarga yang menurutku super besar. Dia anak terakhir dari sembilan bersaudara. Enam kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Semua saudaranya sudah berkeluarga, hanya dirinya yang tersisa.Sejak kecil ia layaknya seorang anak pada umumnya, yang membedakan hanya ia tak pernah bisa merasakan apa yang dirasakan anak-anak sebayanya. Dia harus bisa membiasakan diri dengan lingkungan keluarga yang bisa dibilang sedikit kekurangan. Jadi tak ada satupun hal mewah dalam dirinya sejak ia kecil. Hal paling mewah hanyalah kasih sayang saudar
" Vita, kamu gapapa kan? " Tanya Adi cemas seraya mengangkat motor yang menopang kakinya.Bagaimanapun, Vita tetaplah mantan kekasihnya. Rasa khawatir juga menerpa dirinya." Aduhh...sakit mas..!! " Jawab Vita kesakitan.Adi menepikan motornya dan seketika orang berkerumun berusaha menolong. Untungnya, lokasi tempat kejadian itu berdekatan dengan rumah sakit. Hingga segera dibawanya gadis itu menuju ke rumah sakit. Kakinya terkilir dan terlihat bengkak walaupun tak seberapa.Dilihat dari situasinya saat itu, waktu seakan tak bersahabat. Di satu sisi dia sedang berkabung, dan di sisi lain dia harus bertanggung jawab pada Vita.Mereka berjalan menuju ruang UGD dan tanpa pikir panjang dengan sigap pihak rumah sakit juga bergegas memberi pertolongan pertama.' Aahh, siall!! Kenapa terjadi hal seperti ini?! ' gumam Adi dalam hati."Apa yang harus aku lakukan??" Adi berbicara sendiri dan mengernyitkan dahinya lalu menatap Vita yang be
Dua orang keluar dari pintu mobil, seorang pria seumuran dengan Adi dan seorang wanita yang terlihat tak asing dimata Adi." Indah??" Adi ingat, Indah adalah teman sekelas Adi waktu SMP. Indah adalah gadis yang periang dan baik hati, Parasnya juga cantik. Dulu sewaktu di kelas, Adi dan Indah merupakan teman baik. Indah juga bersimpati dengan nasib Adi kala itu. Karena sudah mengetahui latar belakang Adi yang menghidupi dirinya sendiri dari berbagai macam kebutuhan hidup. Indah sering membantu Adi dalam beberapa masalah." Ada masalah apa ini?? " Tanya Indah membuyarkan lamunan Adi." Ha, ,hanya tabrakan kecil, gapapa. " Sahut Adi dengan perasaan cemas." Kelihatannya ini bukan tidak apa-apa!! Kamu terluka." Dengan segera, Indah kembali ke mobil mengambilkan tisu untuk menghapus darah di siku Adi yang terlihat masih mengucur." Ahh, enggak apa-apa. Cuma goresan luka kecil. " Seketika itu Adi berusaha meraih tisu yang akan di usapkan Indah pada sikun
Seorang pria berperawakan agak kurus, dan tidak terlalu tinggi dengan penampilan yang sederhana. Adi biasa memanggilnya Mas Iwan, dia kakak ipar Veny. Dia juga yang selalu dengan tangan terbuka menyambut Adi ketika berkunjung kerumah Veny saat Veny masih hidup." I..iya...mass.." kata Adi masih sesenggukan." Ayo kita kerumah, ada hal yang harus dibicarakan. Kamu udah ditunggu oleh Ayah dan ibu di rumah." Mas Iwan berusaha mengangkat tubuh Adi dari jongkoknya dan menopangnya kemudian berlalu pergi meninggalkan area pemakaman.Kejadian saat itu memang tak kan pernah dilupakan oleh Adi, hal yang akan selalu diingatnya, mungkin hingga akhir hayatnya.Selang beberapa menit, keduanya sudah berada di kediaman Veny. Orang tua Veny tak henti-hentinya menenangkan Adi, mereka berusaha agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Karena mereka semua tahu bahwa keduanya sudah sepakat untuk melangsungkan pertunangannya di bulan November nanti. Namun yang terjadi di
Ternyata yang datang adalah Vita..Meski luka di kakinya masih terbalut perban bekas kecelakaan kemarin, dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Dalam perjalanan pulang, dia berpikir untuk menyempatkan diri ke rumah Adi. Dia sengaja berbohong pada orang tuanya kalau dia akan langsung bekerja. Itulah alasannya kenapa dia datang seorang diri.Dia sengaja datang kerumah itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Adi sekarang, karena khawatir. Ponsel Adi tidak aktif sejak kemarin malam. Dan memang ponsel Adi sudah habis baterai karena kemarin terlelap tidur. Bagi kerabat Adi, mereka sudah sangat mengenal Vita karena dulu dia sering main kerumah. Dan mereka berpikir bahwa Adi dan Vita seperti ibarat kakak dan adik. Padahal, sebenarnya kisahnya tidak seperti itu. Hahaha!!" Apakah Adi didalam, Kak??" Tanya Vita dengan berjalan agak sedikit tertatih." Iya, dia dikamar. Kamu gimana kabarnya? Udah lama gak pernah ke sini. Kamu masuk aja gapapa. Kelihatanny
Eittss!!! Tenang, kawan..Karena ini bukan cerita ber-genre misteri, jadi segera singkirkan hal-hal yang berbau horor dipikiran kalian. Hahahaha?!?Vita berhasil masuk kamar dan mendapati Adi sedang menggigil, wajahnya sangat pucat dan berkeringat dingin. Bibirnya terlihat kering dan suaranya merintih kesakitan. Seketika itu dengan sigap, Vita memberikan kompress di kening Adi.Dengan posisi Vita yang berada dalam kamarnya, Adi seketika terhentak sedikit kaget. Apalagi Vita sudah seperti seorang istri yang sedang melayani suami yang terbaring sakit." Ehhmmm...aku baik-baik saja, Vita. Hanya sedikit demam, bentar lagi juga sembuh. Kamu tak perlu repot-repot mencemaskan aku. " Adi memulai obrolan, meski dengan sikap acuh karena rasa kesalnya kemarin pada Ayah gadis itu." Udah, mas. Kamu jangan banyak gerak dan bicara dulu. Lebih baik sekarang kamu makan bubur yang sudah aku siapkan, trus minum obat!" Vita juga sedikit kesal namun berusaha men
" haaaahh??? " Mata Adi terbelalak melihat bahwa gadis didepannya adalah Vita." Apa yang kamu lakuin, Vit? " Tanya Adi gusar." Aku..aku.. " belum sempat gadis itu menjawab," Kenapa kamu bisa ada disini, dan lalu...kenapa kamu bisa berada di pelukku??"Vita mengerutkan keningnya ketika menatap Adi tanpa mampu menjawab semua pertanyaannya. Dia berlalu pergi keluar kamar sambil menunduk, mendaratkan tangannya mengusap air mata yang hampir jatuh.Adi tahu bahwa ada rasa kecewa pada Vita, bagaimanapun kata-katanya terlalu kasar. Setidaknya dia harus meminta penjelasan dulu tanpa harus berusaha memojokkan gadis itu. 'aahhh...dasar egois!' begitulah di pikirannya." Vit. .Vita, tunggu! " Dia menghampiri Vita yang akan berjalan keluar rumah dan segera meraih lengannya kemudian meminta agar kembali masuk rumahnya dan menenangkannya." Ma..maaf. aku terlalu kasar tadi. Bu..bukan maksudku begitu. " Adi mulai menjelaskan dengan raut muka masam