*****
Mobil Arya tepat berhenti di depan rumah,memarkirkan secara asal-asalan laki-laki itu lantas segera turun dari mobil dan berlari begitu saja.
Langkah Arya terhenti di ruang tamu,satu hal yang ia ingin lihat pertama kali ialah Rengganis.
Arya menatap penampilan istrinya yang sudah sangat berantakan,terlihat jelas pipi sebelah kanannya juga memerah dan bajunya nya yang sedikit sobek di bagian lengan.
Lantas Arya berbalik menatap ke arah Elisa yang juga sama berantakan,gadis itu meringis kesakitan sambil memegangi pipi sebelah kiri,mungkin Elisa berharap Arya akan sedikit perhatian padanya dengan memasang wajah memelas.Namun lagi_lagi ia salah,Arya malah melewatinya begitu saja tanpa menegurnya sedikit 'pun.Terlihat juga di sebelahnya Roy,laki-laki yang tengah memegangi gadis itu agar tidak sampai kembali bertengkar.
Arya mendekat dan membawa Rengganis dalam pelukannya,ia rapi
Sejak perkelahian antara dua wanita hamil di kediaman Nyonya Rani terjadi,Elisa tidak lagi terdengar kabar beritanya.Sepertinya gadis itu benar-benar di jaga ketat agar tidak bisa melarikan diri dan diam-diam menyelinap menemui Arya.Sementara Rengganis tampak sedikit menjaga jarak dengan Arya,mungkin gadis itu sedikit kesal oleh kelakuan Elisa yang sudah keterlaluan dan berdampak pada suaminya.Arya pun dapat mengerti,kenapa sikap Rengganis seperti itu.Ia menyadari tidak mudah bagi siapa pun menerima permasalahan yang serumit ini.*****Berulang kali Alex selalu mengingatkan Arya untuk segera membongkar kebusukan Roy agar kesalah pahaman ini segera usai,tapi laki-laki itu terus menahan,dengan alasan ia akan membongkarnya pada saat yang tepat.Ia khawatir Elisa tidak akan menerima kenyataan kalau bayi yang ada di dalam kandungannya bukanlah darah daging Arya,melainkan milik Roy,laki-laki yang menjadi orang kepercayaan papinya.Arya m
CUMA MAU BILANG,"CINTA BOLEH,BODOH JANGAN."KALAU NGGAK MAU YA UDAH SIH,NGAPAIN DI PAKSAIN?YA NGGAK???LANJUT,,,"Nggak mungkin,Dok?Aku yakin ini pasti salah!"Elisa terus berteriak menolak hasil tes DNA yang baru saja di sampaikan oleh Dokter Rara,ia merasa ada yang sengaja sabotase dan menukar hasil tes,karena di sana tertulis hasil DNA Arya dan bayi yang sedang ia kandung tidak lah cocok.Bagaimana mungkin tidak cocok?Jelas ia melakukannya dengan Arya.Tidak mungkin kan hasil tes itu tertukar dengan milik orang lain?Tuan Andreas langsung merebut kertas itu lantas mengamati tulisan yang ada di dalamnya.Beliau tampak menghela napas panjang seraya meremat kertas yang ia pegang."Dokter...?Apa ini benar milik putri saya?"Tuan Andreas bertanya sekali lagi,memastikan kalau itu memang benar milik Elisa,ia berharap apa yang baru saja d lihatnya tidak benar.
Elisa terbangun setelah dirinya tadi kelelahan dan sempat tertidur di ruangan Dokter.Saat itu hari sudah menjelang siang,terlihat dari jendela kamar yang di biarkan terbuka begitu saja.Elisa mendengar suara kedua orang tuanya,yang sepertinya tengah mengobrol di depan pintu.Mereka seperti membicarakan dirinya,tapi entah soal apa yang mereka bicarakan.Ia ingin beranjak,tapi tubuhnya sedikit lemas.Elisa memaksa untuk duduk,dengan kepala yang sedikit pusing."Mi...."Seketika pintu terbuka,menampilkan wajah Mami Sintia yang terlihat kecewa."Kamu sudah bangun,El..?"Mami Sintia mendekat dan duduk di samping ranjang Elisa."Papi di mana,Mi?"Elisa melihat ke arah pintu yang terbuka,tapi sejak tadi Papi Andreas belum juga masuk menemuinya."Papi sedang keluar sebentar,El.Ada yang harus Papi urus."Lantas Mami Sintia mengambil minuman yang be
Sehari Menjelang Pernikahan Elisa.Roy masih asik berkutat di atas meja kerjanya tanpa mempedulikan suara dering ponsel yang terus berbunyi.Sepertinya laki-laki itu sama sekali tidak terganggu,bahkan Roy sama sekali tidak melirik atau sekedar penasaran untuk melihat siapa yang menghubungi.Ya,saat panggilan pertama Roy sudah menebak bahwa yang menghubunginya pasti Elisa,siapa lagi?Roy hanya tidak ingin gadis itu kembali merengek perihal pernikahannya yang akan di adakan besok pagi.Walaupun sebenarnya Roy tidak terlalu menginginkan pernikahan ini,tapi ia tetap harus memastikan anak yang ada di dalam kandungan Elisa mempunyai keluarga yang utuh.Ia tidak ingin anak itu bernasib sama seperti dirinya.Sedangkan di seberang sana,seorang gadis terus memaki sambil berusaha menghubungi laki-laki itu lagi,namun nihil...Roy sama sekali tidak menjawab.Kesal,Elisa segera melempar ponsel milikny
Kediaman Andreas.Sedari pagi pelayan terlihat sibuk menghias ruang tengah yang akan di jadikan tempat pernikahan antara Elisa dan Roy.Terlihat juga beberapa orang tengah memasang bunga segar di setiap sudut ruangan seperti permintaan Nyonya Andreas.Meski pernikahan Elisa akan di adakan dengan sederhana,tapi Nyonya Andreas berusaha memberikan yang terbaik untuk putri satu-satu nya itu.Terlihat Elisa di kamar pengantin tengah di rias oleh MUA yang sengaja Mami Sintia sewa secara langsung.Ia ingin melihat putrinya tampil cantik di hari pernikahannya.Elisa hanya bisa pasrah membiarkan wajahnya di rias di depan cermin,sambil sesekali ia melirik tidak suka akan penampilannya sendiri.Kenapa harus ada acara di rias,ini kan cuma pernikahan sederhana.Gadis itu hanya mendengus kesal,melihat penampilan dirinya yang memang terlihat sangat cantik.Harusnya ia bahagia kan,namun Elisa sama sekali
"Roy...?"Panggilan Tuan Andreas menghentikan langkah kaki laki-laki itu yang hendak menuju kamar tamu."Iya,Pi..?"jawab Roy setenang mungkin,ia tidak ingin Tuan Andreas tau Elisa mengusirnya dari kamar,karena pasti gadis itu akan terkena masalah."Kamu belum tidur?"Tuan Andreas menghampiri menantunya yang terlihat menuruni anak tangga,kebetulan ia tengah dari dapur mengambil air minum dan tidak sengaja berpapasan dengan Roy."Aku ingin ke dapur Pi,mengambil minum."Lantas Roy terpaksa melangkah menuju dapur,mengambil sebotol air mineral lalu membawanya ke arah sofa ruang tengah.Tempat dimana tadi ia melangsungkan pernikahan,tapi kini sudah terlihat seperti semula karena para pelayan langsung membereskan sisa-sisa acara tadi siang.Tuan Andreas menggeleng samar,meski Roy berusaha menutupi tapi sebagai orang tua,ia paham betul dengan sifat kedua anak dan menantunya ini.Roy yang selalu berusaha m
HAPPY READING...Pernikahan bagi sebagian orang adalah momen berharga yang mungkin tidak akan terlupakan seumur hidup.Banyak pula dari mereka yang sengaja mengabadikan momen penting itu dan berharap pernikahannya akan langgeng selamanya.Begitu pun dengan Elisa,gadis cantik putri satu-satu nya keluarga Andreas ini juga menginginkan pernikahan bahagia,menikah dengan orang yang di cintai menjadi impiannya sejak dulu.Tapi sayang nya karena suatu kesalahan,Elisa harus menikah dengan Roy,orang yang sama sekali tidak ia cintai.Elisa harus rela menikah dengan Roy demi mengembalikan nama baik keluarga,akibat ia yang sudah hamil duluan.Dia juga harus melepas rasa cintanya pada Arya,laki-laki yang sedari dulu amat ia cintai.Mungkin seiring berjalan nya waktu,pernikahan yang ia jalani bisa menumbuhkan benih-benih cinta yang selama ini tidak mereka miliki,itu lah yang selalu Roy harapkan.
"Rengganis sudah melahirkan?Kapan...?"tanya Elisa pada Roy yang memberitahunya kabar itu. "Sudah seminggu." "Oh....?"Elisa hanya menjawab santai lalu kembali menatap majalah yang sedang ia baca. "Apa kau tidak ingin menjenguknya?"yang di tanya masih asik dengan majalah di tangan,hingga Roy geram dam merampas majalah itu dari tangan Elisa. "Apa sih 'Kak...?"Elisa bangkit,ingin meraih kembali majalah yang ada di tangan suaminya,namun tetap saja ia tidak berhasil. "Kembalikan majalah ku."Elisa masih terus meraih majalah itu,meski terlihat kesusahan dengan perutnya yang membuncit. "Katakan...!Kau akan ikut bersamaku besok."Roy mencoba berbicara baik-baik dengan Elisa agar mau pergi bersama ke rumah Rengganis. "Tidak akan...!"Elisa menolak,ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kita akan