Audrey menelan salivanya dengan kesulitan, matanya mulai bergerak melihat kepenjuru arah dengan napas memberat. Audrey baru menyadari bahwa ada lebih dari enam orang asing yang berada satu kereta dengannya, dan mereka ada disekitarnya sejak pagi ini.“Apa kau seorang mafia?” tanya Audrey dengan suara bergetar.“Lebih dari itu,” jawab Jach dengan berat.Kulit Audrey menggigil kedinginan, perasaannya campur aduk tidak tahu apakah harus takut, khawatir atau bersyukur karena Jach berani berbicara jujur padanya sekarang. Meski berat, jauh lebih baik jika Audrey mendengar kebenarannya langsung dari mulut Jach, bukan dari siapapun.Lantas apa yang harus Audrey sampaikan kepadanya sekarang? Semuanya masih terasa seperti mimpi.Sampul sempurna yang Jach tunjukan telah membuat Audrey memandangnya sebagai mahluk yang sempurna tanpa cela.Audrey tidak marah, tidak juga benci, tidak pula kecewa, dia hanya tidak menyangka bahwa lelaki yang berbulan-bulan berada disampingnya selama ini ternyata buka
“Aku tidak gila! Biarkan aku pulang! Kenapa kalian mengurungku disini!” jerit Salma dengan suara yang serak, menggebrak-gebrak teralis besi yang mengurungnya siang dan malam.Salma yang selama ini terawat dan selalu terkanvas sebagai seorang isteri pengusaha, sempurna tanpa cela. Kini, siapapun yang melihatnya pasti tidak akan ada yang mengenalinya.Salma kehilangan banyak berat badan, wajahnya terlihat lesu, rambut panjangnya yang terawat telah kusut tidak beraturan dan dia telah kehilangan satu kakinya.Tidak ada lagi pakaian mewah yang dipakai, tidak ada lagi perhiasan yang menghiasi tubuhnya, dan tidak ada lagi tas mahal yang dia tenteng.Sudah kering air mata Salma untuk menangisi nasibnya sekarang yang telah dijunhkir balikan semudah membalikan telapak tangan.Salma kehilangan dunia yang telah memanjakannya, fisiknya yang dia banggakan sudah tidak sempurna lagi, dan ditengah sakitnya kini dia harus terkurung di rumah sakit jiwa yang benar-benar akan membuatnya gila karena setres
Dante menjinjing keranjang bayinya dibawah payung yang menaungi, melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh Victor yang membawa tas besar peralatan bayinya.Tidak sempat Dante pergi ke kamar, aroma manis kue menarik langkahnya untuk pergi ke ruang lain. Dilihatnya Aurelie yang tengah berdiri didekat jendela dengan sepiring kue ditangannya.Dante menarik napasnya dengan sesak, memperhatikan Aurelie dari kejauhan yang mengenakan gaun merah muda dan merias diri tidak seperti hari-hari sebelumnya.Dari segala sisi manapun Dante lihat, wajah Aurelie yang begitu identik membuat Dante semakin kesulitan melupakan Audrey.Terkadang dalam satu moment, Dante sangat berharap ada satu sifat Audrey didalam diri Aurelie agar bisa mengobati sedikit kerinduan yang begitu berat untuknya.Dante masih berharap, ada sedikit kerinduan yang Audrey rasakan tentang rumah ini. Meski kerinduan itu bukan untuk Dante, namun untuk Matthias, bayi mereka.Seperti apa kondisi Audrey sekarang? Apakah sekarang dia sud
Audrey mematut dirinya di depan cermin, mengenakan dress bermotif bunga dengan jaket merah muda pemberian Arman. Itu untuk pertama kalinya Audrey mengenakannya karena hari ini dia berulang tahun.Audrey memoles riasan tipis wajahnya, sesekali mengambil helaian rambutnya yang masih berjatuhan karena kerontokan.Didepan cermin itu Audrey tersenyum, membuat pipinya yang kedinginan memerah. Diterangi oleh pantulan cahaya mentari pagi yang menerobos masuk melalui jendela, sepasang mata zambrud itu terlihat bersinar menembus garis-garis bergerlombang irish mata.Berkali-kali Audrey mengatur napas untuk mengumpulkan energy positifnya, menyingkirkan banyak pikiran buruk yang telah merusak waktunya. Hari ini Jach datang, dia ingin bersenang-senang dan menyebarkan kebahagiaan dengan Jach sebelum pria itu kembali pulang.Audrey akhirnya keluar dari kamar dan menghampiri Jach tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon. Menyadari kehadiran Audrey, pria itu tersenyum lembut menyambut kedata
Jach menggenggam erat botol sake ditanganya, pria itu terdiam tidak mengelak bahwa hubungannya dengan Audrey memanglah masih rapuh. Tidak banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tidak ada banyak moment yang bisa mereka kenang untuk dijadikan alasan bertahan, dan kini mereka tinggal di pulau yang berbeda.Mereka akan berpisah dalam waktu lama, bukan hanya satu dua hari, tapi tahunan.Jach sadar, hati dan prilaku manusia bisa berubah karena beberapa alasan. Lantas apakah Jach harus meragukan janjinya sendiri dengan Audrey hanya karena penantiannya panjangnya tidak memiliki akhir yang pasti?Jach menyayangi Audrey dengan tulus, dia melepas Audrey bukan berarti membiarkannya pergi. Janjinya pada Audrey bukanlah sesuatu yang main-main, janjinya untuk menunggu adalah kontrak psikologis atas kesanggupan bahwa dia berkomitmen."Kenapa kau begitu yakin untuk menantinya Jach?" tanya Mante memecah keheningan Jach yang tengah merenung."Aku tahu impian Audrey, aku tahu apa yang membuat Audrey
Dante menempatkan handponenya ditelinga, menantikan panggilan teleponnya tersambungkan. “Ada apa?” sambut Carmen begitu menerima panggilan dari Dante. Dante mendekati jendela kamar hotel, memandangi langit yang sudah gelap gulita. “Apa keluarga Harper sudah jatuh miskin hingga memburu semua barang rongsokan yang tersisa diluar?” “Apa maksud dari ucapanmu itu Dante?” tanya balik Carmen dengan geraman kesalnya. “Kau pasti mengerti ucapanku Carmen, dan jika kau tidak mengerti, aku akan membuktikan ucapanku agar perusahaanmu yang sedang mengalami krisis itu benar-benar bangkrut.” “Jangan pernah ikut campur dengan urusanku, apalagi meremehkan perusahaanku! Orang yang kau hadapi saat ini bukan lagi orang yang sama.” “Tentu saja, yang aku hadapi sekarang adalah Carmen Harper karena Daud sedang dipenjara. Perlukah aku membuat semua orang tahu juga bahwa Daud dipenjara karena kasus berat? Berapa juta dollar kerugian yang akan kau terima jika public tahu bahwa peminpin brand fashion
Kaki Audrey berjinjit, mengambil sebuah buku dia atas rak dan memeluknya. Audrey butuh membaca dan menemani malam-malamnya kedepan yang kini tinggal seorang diri di villa.Sangat menyesakkan saat dia diam sendirian ditengah kesunyian sambil menahan sakit yang terkadang datang dari sisa-sisa melahirkan.Audrey masih belum tahu kapan Aurelie akan kembali pulang, padahal beberapa hari lagi mereka akan ulang tahun.Kembali ke kampung halaman dan kehilangan Arman membuat Audrey sepenuynya tidak lagi memiliki teman untuk bisa dia ajak bicara.“Audrey, itu kau,” sapa seorang pemuda, menghampiri Audrey yang sedang mencari-cari buku lain.Wajah Audrey sedikit terangkat, melihat Kelvan anak dari pemilik kedai tempat dulu Audrey pernah bekerja paruh waktu.Kelvan tersenyum menghampiri Audrey lebih dekat, meninggalkan sekelompok temannya yang datang bersama Kelvan. Dalam kesempatan itu, Kelvan menyapa menanyakan kabar Audrey yang sudah lama tidak terlihat.Keramahan Kelvan membuat Audrey tidak ny
“Jangan lagi membiarkan dia pergi sendirian, apalagi membiarkannya membawa barang-barang berharga sendirian di musim dingin seperti ini. Saat semua orang sibuk untuk liburan, para perampok akan berkeliaran. Sampaikan juga kepada ibunya yang sedang liburan agar nona itu dibawa ke psikiater,” ucap seorang polisi menasihati Dante yang tengah menandatangi lembaran kertas sebagai penjamin ganti rugi sekaligus wali dari Aurelie Harper.“Saya akan menyampaikan pesan Anda.”“Nona itu tidak berhenti menggigit kukunya sampai berdarah dan gemetar sepanjang percakapan, dia cenderung berbuat kasar saat sedang panik. Kami sudah membujuk untuk mengobatinya, tapi dia menolak dan histeris, sebaiknya Anda segera membawanya ke rumah sakit setelah ini.”“Saya mengerti, terima kasih atas perhatin Anda.” Dante tersenyum samar seraya menyerahkan kertas document yang telah dia tanda tangani. “saya minta maaf atas kekacauan yang dibuat oleh keluarga saya.”Polisi itu tersenyum formal, saling berjabat tangan d
Aksi saling mengejar terus berlangsung di jalan tol, melewati puluhan kilometer hingga salah satu mobil berhenti karena kehabisan bahan bakar, motor-motor yang mengejar tidak dapat masuk begitu saja.Bawahnya atap kendaraan meloloskan Aurelie dari pay toll.Aurelie terus bergerak cepat, menjauh dari pengejaran yang telah berlangsung lebih dari satu jam.Tidak sempat Aurelie menemukan kelegaan, kendaraan lain dari sisi lain berdatangan.Brak!Serudukan keras yang mendorong mobil mengguncang tubuh Aurelie, berkali-kali kepala Aurelie sempat terbentur dan membuatnya kesulitan melihat karena pandangan yang mengabur.Aurelie kesulitan mencari jalan keluar, dia tidak bisa memasuki pemukiman, ditempat sepi dia akan lebih mudah dihabisi.Adrenalin meningkat tajam semakin menantang Aurelie untuk tidak berhenti begitu saja. Aurelie tahu, jika dia menyerah, dia akan tetap habis ditangan Carmen dan mereka akan membawanya kembali ke rumah sakit jiwa.Lebih baik dia mati dalam pengejaran dibandingk