Share

Bab 8

Penulis: Raka Anggara
Kediaman Keluarga Nigrat.

Pada saat ini, Evan sedang berlatih kuda-kuda di halaman.

Tubuhnya ini sudah mengalami kekurangan gizi sejak lama, ditambah lagi dia baru sembuh dari sakit parah. Ini membuatnya lemah dan rentan terhadap penyakit, sehingga dia perlu banyak berlatih.

Jika bukan karena kondisi tubuhnya yang lemah, kemarin dia tidak akan membiarkan Ahmad lolos.

Sambil berlatih kuda-kuda, Evan memikirkan langkah selanjutnya.

Kediaman Keluarga Nigrat bukanlah tempat yang aman baginya. Dia harus segera mencari cara untuk bisa pergi dari sini.

Dengan kondisi saat ini, jika Evan tidak meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat, cepat atau lambat dia akan dibunuh oleh Intan dan para putranya.

Sekarang Evan memiliki seratus tahil perak. Ini cukup untuk membeli sebuah rumah kecil di daerah terpencil.

Sebentar lagi Deon akan pulang dari pengadilan. Saat itu, Evan akan berbicara terus terang dengannya.

Deon juga tidak menganggapnya sebagai seorang anak, jadi seharusnya dia akan setuju. Sedangkan untuk Intan dan para putranya, mereka mungkin sangat ingin Evan segera pergi.

Dia akan pergi ke wilayah barat kota, tempat yang dipenuhi dengan berbagai macam orang. Di sana dia bisa menjual puisi, atau juga bisa menjual barang-barang yang tidak ada di dunia ini.

Saat Evan sedang melamun, Hasan dan Ahmad melangkah masuk. Mereka datang dengan beberapa orang pelayan yang membawa tongkat.

Melihat situasi yang tidak beres, Evan tanpa sadar mundur hingga ke dinding, di mana tumpukan kayu bakar berada. Dia langsung mengambil sebatang kayu sebagai senjata.

"Kak, aku benar, 'kan? Anak haram ini ternyata punya uang untuk membeli pakaian baru. Pasti dia mencuri uangmu."

Ahmad berteriak sambil menunjuk ke arah Evan.

Hasan menyipitkan matanya, wajahnya tampak licik ketika dia berkata, "Evan, kemarin aku kehilangan lima tahil perak, apakah kamu yang mencurinya?"

Evan berkata dengan nada dingin, "Hasan, kalau kamu ingin menuduh seseorang, setidaknya carilah alasan yang masuk akal. Kamu kehilangan uang perak kemarin, tapi kita bahkan nggak bertemu sama sekali seharian."

Hasan tersenyum sinis sambil berkata, "Bagaimana mungkin seorang pencuri akan mengaku?"

"Kalau kamu bilang bukan kamu yang mencuri, aku mau bertanya padamu. Dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli pakaian baru?"

Evan menunjukkan ekspresi dingin saat menjawab, "Uang ini adalah hasil jerih payahku sendiri."

Ahmad langsung mengejek, "Kamu adalah orang lemah yang nggak bisa mengangkat beban, bagaimana bisa kamu menghasilkan uang? Aku rasa uang ini bukan hasil kerja kerasmu, tapi kamu sudah mencurinya dari kakakku. Benar, 'kan?"

Kemarin, dia dikejar oleh Evan yang membawa tongkat hingga lari dengan penuh kepanikan. Setelah kembali, dia merasa makin kesal ketika memikirkannya.

Akhirnya, dia teringat akan pakaian baru Evan, lalu melaporkan hal ini kepada Intan.

Intan memberi Ahmad saran, sehingga terjadilah peristiwa ini.

Tujuan mereka sangat jelas. Mereka ingin menghajar Evan selagi Deon belum pulang dari pengadilan. Mereka ingin merebut pakaian barunya, ingin melihat bagaimana Evan bisa bertahan melewati cuaca dingin ini.

Evan juga malas untuk menjelaskan lebih jauh. Kedua bersaudara ini jelas-jelas datang untuk mencari masalah. Penjelasan Evan tidak akan berguna.

Orang yang memfitnahmu lebih tahu seberapa tidak bersalahnya dirimu!

Jadi, menjelaskan hanya akan membuang-buang kata, tidak akan ada gunanya!

Evan mengambil sebatang kayu bakar, lalu berkata tanpa ekspresi, "Pergi dari sini!"

Hasan tertawa dingin, lalu membalas, "Benar saja, dia adalah anak bajingan yang nggak bisa dididik .... Dia kasar dan nggak sopan, moralnya juga buruk."

"Aku kakak tertuamu. Kamu sudah mencuri uang perakku, tapi masih berani berbicara seperti itu padaku? Hari ini aku akan memberimu pelajaran."

"Kalian, cepat beri dia pelajaran. Selain itu, cari juga uang perak yang dia curi dariku."

Beberapa pelayan berjalan mendekati Evan dengan tatapan ganas. Semuanya membawa tongkat di tangan.

Evan berteriak marah, "Pelayan sialan! Meskipun aku nggak disayangi, aku tetap putra keempat Keluarga Nigrat. Kalau kalian berani menyentuhku, pikirkan sendiri akibatnya."

Namun, kata-katanya hari ini tidak menakuti para pelayan.

Mereka hari ini menjalankan perintah dari Intan.

Namun, Evan yang sekarang bukanlah Evan yang dulu, yang bisa diperlakukan dengan semena-mena.

Dia langsung melemparkan kayu bakar di tangannya.

Seorang pelayan tidak sempat menghindar, terkena lemparan kayu di dadanya. Dia langsung berteriak kesakitan!

Pelayan lain belum sempat bereaksi, tetapi kayu bakar lainnya sudah melayang mengenai kepalanya. Dalam sekejap, kepalanya langsung mengeluarkan darah.

Kayu bakar beterbangan, memaksa beberapa pelayan untuk terus mundur. Untuk sementara, mereka tidak bisa melakukan apa-apa pada Evan.

"Dasar kalian semua nggak berguna! Serang dia, serang!"

Ahmad memaki, melompat-lompat dengan penuh amarah.

Paman Dimas yang sedang sibuk di dalam rumah, langsung berjalan keluar dengan terpincang-pincang begitu mendengar keributan.

Melihat beberapa pelayan dengan tongkat di tangan mendekati Evan, Paman Dimas langsung berteriak panik.

"Apa yang ingin kalian lakukan? Dia adalah putra keempat Keluarga Nigrat, kalian nggak boleh memperlakukannya seperti itu!"

Ahmad berlari cepat ke arahnya, menendang Paman Dimas hingga jatuh ke tanah, lalu memukul serta menendangnya.

"Dasar bajingan tua, kamu masih ingin melindungi tuanmu? Apa kamu lupa siapa tuanmu yang sebenarnya?"

"Berani sekali kamu bicara omong kosong, berani sekali kamu berteriak .... Besok aku akan meminta Ibu mengusirmu dari kediaman ini."

Ahmad terus memukul dan menendang sambil memaki-maki.

"Paman Dimas ...."

Evan merasa sangat cemas, kehilangan fokus sesaat. Seorang pelayan memanfaatkan kesempatan itu, berlari ke depan Evan, lalu menghantam kaki Evan dengan tongkat.

Tubuh Evan merunduk, jatuh langsung ke tanah.

Masalahnya adalah tubuh Evan terlalu lemah. Meskipun otaknya bereaksi, tubuhnya tidak bisa mengikuti. Jika tidak, dia bisa dengan mudah menghindar.

Hasan berteriak, "Pukul dia, pukul sampai mati!"

Beberapa pelayan mengayunkan tongkat mereka ke tubuh Evan yang lemah.

Evan melindungi kepalanya dengan kedua tangan, meringkuk seperti bola, membiarkan pukulan tongkat mengenai tubuhnya seperti hujan, Dia sama sekali tidak mengeluarkan suara.

"Minggir, biar aku yang melakukannya!"

Ahmad meninggalkan Paman Dimas, langsung berjalan menuju Evan.

Para pelayan itu pun berhenti.

Ahmad berjalan dengan angkuh ke hadapan Evan, berjongkok, lalu menepuk kepala Evan dengan tangannya. Dia berujar, "Evan, apa kamu masih bisa bersikap begitu sombong? Ayo, bangun dan kejar aku dengan tongkatmu."

Tanpa disangka, Evan tiba-tiba memegang lengan Ahmad, lalu menggigitnya.

Meskipun terhalang pakaian, Ahmad masih merasakan sakit yang luar biasa. Dia menjerit seperti hewan yang disembelih!

"Kenapa kalian diam saja? Cepat selamatkan dia!"

Hasan adalah orang pertama yang bereaksi. Dia langsung berteriak keras.

Beberapa pelayan berusaha memisahkan keduanya dengan panik.

Namun, Evan seperti binatang buas yang menggigit lengan Ahmad, tidak melepaskannya sama sekali.

"Tuan Hasan, kami nggak bisa memisahkan mereka."

Seorang pelayan tampak berkeringat deras karena panik.

"Dasar nggak berguna! Pukul dia, pukul sampai dia melepaskan gigitannya."

Beberapa pelayan memukul serta menendang Evan.

Setelah beberapa saat, Evan akhirnya melepaskan gigitannya. Ini karena dia sudah pingsan akibat dipukuli.

Tubuh Ahmad gemetar kesakitan. Dia menarik lengan bajunya, melihat dagingnya hampir lepas karena tergigit. Darah pun mengalir deras.

Untung saja masih ada pakaian yang melindungi. Jika tidak, daging itu benar-benar akan tergigit hingga lepas.

"Anak haram ini berani menggigitku. Pukul dia, bunuh dia!"

Ahmad berteriak keras seperti orang gila.

Beberapa pelayan baru akan bergerak, tetapi sudah dihentikan oleh Hasan.

"Jangan pukul dia lagi. Kalau terus dipukuli, dia bisa mati. Akan sulit untuk menjelaskannya pada Ayah saat dia pulang nanti!"

"Kalian lepaskan pakaiannya. Dengan kondisi seperti ini, dia mungkin nggak akan bisa bertahan lebih dari beberapa hari."

Beberapa orang pelayan langsung bergerak untuk melepaskan pakaian baru Evan.

"Tuan Hasan, lihat ini."

Seorang pelayan menemukan uang kertas.

Hasan mengambilnya untuk melihatnya. Dia langsung merasa terkejut, "Seratus tahil?"

Ahmad juga mendekat untuk melihat, langsung berseru kaget, "Bagaimana bisa anak haram ini memiliki uang sebanyak itu?"

Mata Hasan berkilat, wajahnya menunjukkan keserakahan. Dia berkata, "Aku baru ingat kalau yang hilang bukan lima tahil perak, tapi tepat seratus tahil."

Ahmad juga langsung mengerti. "Benar, Kakak kehilangan seratus tahil .... Berani sekali anak haram ini mencuri uang di rumah kita. Dia pantas mati!"

Hasan melihat Evan yang hanya mengenakan pakaian dalam, tampak terbaring pingsan di tanah. Dia tersenyum dingin. "Ayo pergi!"

Baru saja berbalik dan hendak melangkah pergi, mereka melihat Deon berjalan masuk dari luar halaman.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 50

    Di ruang kerja kekaisaran di Istana.Wahyu berdiri di bawah meja dan melaporkan percakapannya dengan Evan kepada Kaisar Sinas secara detail.Setelah mendengar laporan dari Wahyu, Kaisar Sinas segera menulis di atas selembar kertas dengan kuas merahnya.Setelah selesai, dia mengangkat kertas itu dan membacanya dengan saksama."Membunuh satu orang setiap sepuluh langkah dan nggak pernah meninggalkan jejak apa pun dalam jarak seribu mil. Setelah selesai bekerja, langsung pergi dan menyembunyikan identitas.""Dari zaman dulu kala juga semua orang pasti akan mati. Yang penting tinggalkan saja hati yang bersih dalam sejarah.""Air dapat membawa perahu ke mana-mana, tapi juga bisa menenggelamkannya ...."Kaisar Sinas membacanya sekali dan menyukai puisi ini. Makin dibaca, makin dia menyukainya."Bocah itu memang sangat berbakat .... Sayangnya, dia terlalu kurang ajar dan nggak menghormati keluarga kerajaan."Kaisar Sinas melirik Wahyu, lalu bertanya, "Karena kamu sudah bicara dengannya, apa p

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 49

    "Iya. Menyandera dan memukuli Pangeran Kelima adalah kejahatan berat yang hukumannya berupa hukuman mati bagi seluruh keluarga.""Sebenarnya, aku melakukan itu atas perintah seseorang."Jantung Wahyu sontak berdebar kencang. Apa mungkin ada orang lain yang berkomplot?"Siapa yang menyuruhmu?""Menteri Ritual, Deon Nigrat," jawab Evan.Wajah Wahyu sontak berkedut. Karena dia akhir-akhir ini diperintahkan untuk menyelidiki soal Evan, tentu saja dia tahu bahwa Evan tidak diterima di Keluarga Nigrat.Bocah ini ingin menyeret Deon."Apa hubunganmu dengan Deon? Mengapa dia memerintahkanmu untuk menyandera dan memukuli Pangeran Kelima?"Wahyu tetap bertanya walaupun sudah tahu jawabannya.Evan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, lalu menjawab, "Kami nggak punya hubungan apa-apa. Aku ini seorang pembunuh bayaran, jadi aku melakukan banyak hal demi uang .... Deon membayarku untuk membunuh Pangeran Kelima.""Saat orang-orangmu menangkapku, mereka menemukan seratus tahil perak yang kubawa. Itu up

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 48

    Kaisar Sinas pun mengibaskan tangannya dan mengisyaratkan Wahyu untuk pergi.Setelah itu, Kaisar Sinas memandang sang pangeran sambil berkata, "Dalam beberapa waktu ke depan, jangan menjenguknya di penjara.""Walaupun pangeran kelima itu palsu, tetap saja dia berani menyandera dan memukulinya tanpa menyadari apa-apa. Dia tetap mengabaikan hukum dan kekuasaan kekaisaran, jadi dia tetap harus dihukum.""Sesuai perintah Yang Mulia!" jawab sang pangeran dengan segera.Jenderal Hadi yang sudah tidak dapat menahan diri lagi pun akhirnya berkata, "Yang Mulia, masih belum ada kabar tentang Bintang Biru. Tolong izinkan hamba mengutus orang untuk mencarinya."Kaisar Sinas sontak tertegun. Belum ada kabar? Jadi, tadi siapa yang habis mereka bicarakan?Namun, sesaat kemudian Kaisar Sinas menyadari bahwa Jenderal Hadi sepertinya belum mengetahui identitas asli Evan."Jenderal Hadi, Evan yang tadi kami bicarakan itu sebenarnya Evan. Bintang Biru itu Evan. Mereka adalah orang yang sama."Jenderal Had

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 47

    Si pemimpin pun berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Bintang Biru, kejahatan apa yang telah kamu lakukan? Walaupun kamu nggak bermaksud, kenyataannya kamu sudah menyelamatkan rekanku. Aku mungkin bisa membantumu meredakan situasi dan mendapatkan hukuman yang lebih ringan."Mereka hanya diperintahkan untuk menangkap Bintang Biru, mereka tidak tahu kejahatan apa yang telah Evan lakukan."Bahkan anak tiga tahun di ibu kota saja tahu kalau nggak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup begitu dibawa masuk ke Divisi Pengawasan," sahut Evan sambil tersenyum dengan acuh tak acuh."Semuanya tergantung pada usaha manusia. Mungkin kami dapat membantumu ... atau membuat hidupmu lebih nyaman sebelum ajal menjemput."Evan menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Kalian nggak akan bisa menolongku …. Aku menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya dengan kejam. Apa kalian masih bisa menolongku?"Mereka semua sontak tertegun!Menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya adalah kejahatan berat. Hukumannya b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 46

    Evan yang sudah meluncur turun dari pohon bersiap untuk kabur.Namun, begitu berbalik badan, tiba-tiba punggungnya merasakan hawa dingin.Serigala yang menggigit kaki si pria yang tadi memeriksa abu itu tiba-tiba membuka mulutnya dan menerkam ke arah Evan.Evan refleks menoleh. Ekspresinya langsung berubah dan dia berguling di atas tanah.Serigala itu gagal menerkam.Evan pun bangkit berdiri, sementara si serigala menerkamnya lagi.Dia menatap serigala yang menerjang ke arahnya itu dengan tajam, lalu menghunus belatinya dengan secepat kilat.Wooosh!Bilah belati itu berkilat dengan dingin.Evan menusukkan belatinya pada kepala si serigala dengan mantap, akurat dan kejam."Bintang Biru!"Si pemimpin berseru memanggil.Evan mencabut belatinya, lalu balas menyeringai. "Selamat bersenang-senang! Selamat tinggal!"Setelah itu, Evan berbalik badan dan berlari pergi.Akan tetapi, ternyata masih terlalu dini untuk merasa senang!Belum sempat Evan berlari jauh, seekor serigala yang jauh lebih b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 45

    Evan hanya bisa tersenyum getir di dalam hati. Dia sudah terlalu lama membuang waktu di sini. Para anggota Divisi Pengawasan itu pasti bisa menemukan tempat ini karena mengikuti jejak tapal kuda."Bos, di sini ada abu."Salah seorang di antara mereka berkata sambil melompat turun dari kudanya, lalu berjalan menghampiri abu api unggun. Dia mengulurkan tangannya untuk memeriksa. "Masih terasa hangat, jadi harusnya dia belum pergi jauh."Evan berdoa dalam hati semoga mereka tidak melihat ke atas …. Karena begitu mendongak, dia pasti akan ketahuan.Jika orang ini mendongak, mau tidak mau Evan harus menyerang dan membunuhnya …. Namun, bagaimana dengan empat orang lainnya?Semua anggota Divisi Pengawasan adalah ahli yang terkemuka. Kekuatan fisik Evan memang telah meningkat pesat berkat olahraga yang dia lakukan akhir-akhir ini, tetapi tetap saja dia tidak mungkin bisa menang melawan empat orang ahli dari Divisi Pengawasan secara bersamaan.Tiba-tiba, Evan menyadari bahwa sekawanan serigala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status