Ksatria Modern di Dinasti Lama

Ksatria Modern di Dinasti Lama

By:  Raka AnggaraUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
30views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Evan Nigrat melintas waktu ke dinasti yang tidak pernah muncul di dalam sejarah. Awalnya dia hanya berniat ingin mencari uang, lalu menjadi orang kaya yang bisa hidup seenak-enaknya, bahkan punya banyak istri dan hidup senang. Alhasil, reputasinya malah terkenal di zaman itu dan menggempar di Dinasti Sinas. Evan yang muda sangat hebat di medan perang, bahkan membantu Yang Mulia mencari pengkhianat. Bisa dibilang, saat dia kembali, prestasinya sudah menggemparkan dunia!

View More

Chapter 1

Bab 1

"Evan Nigrat, keluar kamu!"

"Tuan Suseno, kamu tidak boleh masuk. Tuan Evan sedang sakit, takutnya bisa menular ke kamu."

"Minggir, dasar budak sialan! Beraninya kamu mengadangku? Suruh anak haram itu jangan pura-pura sakit, cepat keluar dan bertemu denganku."

Terdengar suara tamparan yang keras dari suara marahnya.

Evan bangun dengan kaget.

Dia menatap kamar kecil ini dengan bingung.

Meja berbentuk persegi, kursi berbentuk bulat, tempat tidur yang bobrok, lalu tidak ada barang lain lagi.

Di mana ini?

Evan sangat bingung, pecahan ingatan itu masuk ke dalam otaknya secara paksa sehingga membuatnya pingsan karena sakit.

Namun, rasa sakit yang datang dengan cepat itu, juga menghilang dengan cepat.

Evan menyeka keringat dingin di dahinya dengan ekspresi bingung, ternyata dirinya sudah melintas waktu.

Awalnya dia adalah seorang komandan sebuah tim di bumi. Saat dia berperang dengan musuh, dia tertembak peluru sehingga meninggal.

Setelah meninggal, dia melintas ke tubuh orang ini, bahkan satu nama dengannya.

Tempat ini adalah Dinasti Sinas.

Juga dinasti yang tidak pernah muncul dalam sejarah.

Namun, kehidupan sebelumnya pemilik tubuh ini sangatlah menderita.

Ayahnya adalah perdana menteri tingkat dua di dinasti ini, namanya Deon Nigrat.

Deon dan ibunya Evan sudah kenal sejak kecil.

Dulu, sebelum Deon datang ke ibu kota untuk mengikuti ujian, dia berjanji pada ibunya Evan akan menikahinya setelah mendapatkan prestasi baik.

Namun, selama lima tahun ini Deon tak kunjung balik.

Sebenarnya lima tahun lalu Deon sudah mendapatkan prestasi baik dalam ujiannya, bahkan dilihat berat oleh menteri Departemen Internal. Deon juga menikahi putrinya menteri Departemen Internal dan sudah mempunyai tiga anak.

Berbakti pada orang tua merupakan hal prioritas di Dinasti Sinas, kepulangan Deon kali ini untuk menyembah leluhurnya.

Ibunya Evan tidak tahu semua ini, dia mengira kepulangan Deon untuk menjemputnya ke ibu kota dan hidup senang.

Namun, setelah mereka melakukan hubungan intim, Deon si brengsek ini malah pergi begitu saja dan tidak lagi kembali!

Setelah itu, ibunya Evan baru menyadari dirinya hamil.

Saat Evan berusia tujuh tahun, ibunya terkena penyakit depresi dan meninggal.

Kemudian, Evan menghidupi dirinya dengan cara mengemis atau pemberian makan dari orang lain.

Saat Evan berusia 12 tahun, Deon menyuruh orang mencarinya untuk menjemputnya kembali ke Kediaman Nigrat.

Saat pulang, Evan baru tahu kalau Deon bukan merasa bersalah, melainkan khawatir akan memberi dampak buruk pada kariernya.

Deon takut musuh di pemerintahan tahu dirinya kejam dan meninggalkan anak kandungnya, jadi dia menjemput Evan pulang, bahkan mengarang kisah yang sempurna.

Namun, Intan Cania selaku nyonya Keluarga Nigrat dan ketiga putranya takut Evan akan mendapatkan harta, jadi selalu mempersulit Evan.

Setiap hari Evan selalu menjilat mereka dengan hati-hati, tapi yang didapatkan Evan hanya penghinaan yang makin parah.

Mau bagaimana dihina, Evan hanya diam karena dia tidak ingin menjadi pengemis lagi.

Namun, Evan tidak tahu sikapnya yang merendahkan diri tidak akan membuat mereka menganggapnya sebagai keluarga, mereka malah ingin membunuhnya.

Sekarang sudah masuk musim gugur, Evan masih memakai baju yang tipis sehingga dia demam.

Mereka tidak menyuruh tabib datang mengobatinya, bahkan diam-diam menyiram air ke selimut Evan.

Alhasil membuat penyakit Evan makin parah dan meninggal.

Evan menghela napas, dia hanya bisa menyimpulkan hidup mantan dari tubuh ini dengan kalimat "Sedih karena kehidupannya, tapi merasa kesal dengan sikapnya yang lemah".

Orang sebaik hati apa pun akan melawan kalau terus disiksa, apalagi sudah disiksa sampai mau mati. Kalau diganti dengan dirinya, meskipun tubuhnya sangat lemas sampai tidak bisa mengangkat pedang, dia juga akan meracuni mereka untuk mati bersama, biar mereka juga sengsara.

Tepat pada saat ini, pintu terbuka.

Seorang pria tua yang mengenakan baju sederhana masuk dengan berjalan pincang.

Melihat Evan duduk di tempat tidur, pria tua itu terkejut dulu, baru berkata dengan ekspresi senang, "Tuan Evan, kamu sudah bangun? Bagus sekali, sungguh bagus …."

Pria tua yang pincang ini sudah bekerja lama di Kediaman Nigrat. Saat Evan datang, dia sudah ada di sini. Orang lain memanggilnya Dimas, sedangkan Evan memanggilnya Paman Dimas.

Paman Dimas adalah orang yang paling baik pada Evan di kediaman ini.

Biasanya Evan makan makanan sisa, juga sering tidak kenyang, Paman Dimas yang menyisakan makanannya untuk Evan.

"Tuan Evan, kamu masih sakit, cepat berbaring …" kata Paman Dimas sambil menuangkan segelas air dan berjalan ke arah Evan. "Ayo, Tuan Evan, minum dulu. Apa kamu lapar? Nanti aku …."

Sebelum Evan selesai berbicara, pintu sudah ditendang buka seseorang sampai mengeluarkan suara "bang".

Seorang pria muda yang mengenakan pakaian mewah masuk dengan angkuh.

Dia adalah kakak keduanya Evan, namanya Suseno Nigrat.

Setelah melihat Evan, Suseno langsung menunjuknya dan memarahinya, "Aku sudah tahu kalau kamu hanya pura-pura sakit, cepat serahkan giok itu. Kalau tidak, hari ini aku pukul kamu sampai mati."

"Tuan Suseno, Tuan Evan baru saja bangun, bisakah nanti baru bicarakan hal itu?"

Paman Dimas segera mengadang Suseno.

Evan baru saja selamat dan bangun, tubuhnya masih lemas, jadi tidak bisa menahan pukulan kejam dari Suseno.

Dia pernah melihat Suseno memukul Evan dan pukulan itu tidak ada ampunnya seperti mau memukul Evan sampai mati.

"Minggir, dasar pembantu sialan!"

Tahun ini Suseno baru berusia 17 tahun, jadi memiliki tubuh yang perkasa. Dia langsung menendang Paman Dimas sampai terjatuh dan memarahinya, "Dasar pembantu sialan, beraninya kamu membantu anak haram itu untuk menipuku, aku pukul kamu sampai mati."

Melihat Suseno mau memukul Paman Dimas, tatapan Evan menjadi dingin, tetapi dia masih menyanjung dengan senyum, "Kak Suseno, maaf. Aku kembalikan giok itu padamu, kamu … kamu jangan marah lagi!"

Evan berbicara sambil mencari giok itu di tempat tidurnya.

Suseno berjalan ke arahnya. "Aku tahu kamu yang mencuri giokku. Beraninya kamu mencuri giokku?! Tunggu ayah pulang, kamu pasti dapat hukuman."

Semalam, setelah Suseno bertemu dengan Evan, Suseno bilang gioknya hilang dan bersikeras bilang Evan yang mencuri gioknya, jadi terus datang mencari masalah.

Hanya Suseno yang tahu barang itu benaran hilang atau tidak.

"Sudah kutemukan!"

Evan tiba-tiba berkata seperti itu, kemudian mengulurkan tangannya.

Suseno menatap tangan Evan, tapi saat Evan membuka tangannya, Suseno tidak melihat ada giok.

Suseno yang kaget belum sempat merespons, sedangkan Evan sudah duluan mengambil bantal porselen di tempat tidur dan melempar ke kepala Suseno.

Bang!

Setelah terdengar suara keras itu, bantal porselen juga pecah.

Suseno hanya melangkah mundur beberapa langkah dan hampir jatuh. Seketika kepala Suseno penuh dengan darah.

Dia menatap Evan dengan kaget, bahkan lupa untuk berteriak.

Karena Suseno tidak menyangka Evan akan memukulnya.

Dulu, mau bagaimana mereka menindasnya, Evan tidak pernah membalas mau itu benar atau tidak. Biasanya Evan selalu minta maaf pada mereka dengan hati-hati.

Paman Dimas juga kaget.

Tak lama kemudian, Suseno baru merespons dan berteriak kesakitan sambil menunjuk Evan.

"Beraninya kamu memukulku? Beraninya anak haram sepertimu memukulku?"

Evan memegang pecahan porselen itu dan berkata dengan dingin, "Aku tidak hanya berani memukulmu, aku juga berani membunuhmu, apa kamu percaya?"

Suseno terkejut dengan tatapan Evan sampai merinding, lalu berlari keluar sambil berteriak ada pembunuh.

Paman Dimas berdiri dari lantai, lalu berkata dengan cemas, "Tuan Evan, ba … bagaimana ini?"

Evan hanya menatap Paman Dimas tanpa berkata apa-apa.

"Tuan Evan, apa kamu baik-baik saja?"

Paman Dimas kira Evan sangat ketakutan sampai melamun, jadi bertanya dengan khawatir.

Evan hanya tersenyum, lalu berkata, "Paman Dimas, kamu cari lebih banyak kayu, lalu ambil minyak pinus."

Paman Dimas tidak tahu dia mau buat apa, tapi tetap melaksanakan perintahnya.

Evan turun dari tempat tidur, tapi dia tidak bisa berdiri karena kekurangan nutrisi, ditambah dia baru sembuh, jadi sangat lemas.

"Tampaknya aku harus latihan. Kekuatanku memukul Suseno tadi masih tidak sekuat yang aku prediksi."

Evan bergumam.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status