“Bet..bettt..bettt....betttt...weesss...weeesss..weessss.....”. hebat, golok yang ada ditangan Ki Prabaskara terlihat langsung menjelma menjadi puluhan banyaknya, seperti namanya Golok Hantu Membelah Bayangan, Golok yang ada ditangan tiba-tiba terasa lenyap dari pandangan, yang terlihat justru bayangan golok tersebut yang jumlahnya amat banyak sekali, sementara itu didepan sana, Bintang hanya bersiap dengan pedang kecil ditangannya sungguh sangat berbeda sekali ukuran kedua senjata tersebut, bagi sebagian murid-murid Perguruan Tongkat Dewa meragukan apakah pedang Bintang dapat menandingi golok yang ada ditangan Ki Prabaskara, hal ini membuat hampir semuanya harus menahan nafas karena tegang, sedangkan murid-murid Perguruan Golok Hantu sendiri yakin kalau guru mereka segera menenangkan pertarungan itu. “Hiyatttt.....wesshhh....weesshhh.......wesshh.....”. sosok Ki Prabaskara melesat dengan golok ditangannya kearah Bintang, bayangan golok yang jumlahnya telah menjelma menjadi puluhan it
Gusti Patih Suwandaru sendiri segera membantu Bintang yang saat itu terlihat sudah kepayahan berdiri. “Bagaimana keadaanmu anakmas ?”. “Saya tidak apa-apa gusti patih”. ucap Bintang lagi mencoba tersenyum. Dan tak lama kemudian, Ki Lanang, Jaka Laksono, Jaka Daru, Ratih Kumala, Ayuandira dan Gusti Putri Roro Ajeng sendiri segera mendekat. “Daru, kau bantu Bintang”. perintah Jaka Laksono lagi dan dengan cepat Jaka Daru segera memapah Bintang untuk menuju ke rumah kediaman. “Ini semua salahku Romo, kalau saja aku tidak menyetujui adu ilmu kanuragan ini, semuanya tidak akan terjadi”. ucap Gusti Putri Roro Ajeng lagi terlihat menyesali keputusannya. “Tidak Ajeng, ini bukan salahmu, tindakanmu sudah benar dengan begini Ki Prabaskara akan menganggap kalau urusan ini sudah selesai”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. “Tapi karena saya, dia harus terluka dan hampir saja tadi dia celaka ?”. ucap Gusti Putri Roro Ajeng lagi cemas. “Kenapa harus cemas seperti itu Ajeng, apakah kau sudah kena
“Karena dia tak ingin mempermalukan Ki Prabaskara dihadapan banyak orang seperti yang dia lakukan pada Dayungkara”. tiba-tiba suara terdengar menjelaskan pertanyaan Jaka Daru itu, dan suara itu itu berasal dari pintu kamar itu hingga dengan serta merta semua pandangan berpaling kearah pintu kamar itu. “Ajeng...”. hampir bersamaan semua yang ada ditempat itu terkecuali Bintang tentunya menyebutkan nama sosok gadis yang baru saja memasuki kamar itu. Sosok gadis berparas cantik nan jelita yang tak bukan tak lain adalah Gusti Putri Roro Ajeng. Dengan tersenyum lembut Gusti Putri Roro Ajeng terlihat berjalan mendekati mereka. “Oh Bintang, perkenalkan ini Roro Ajeng, dia adalah putri angkat Romo”. ucap Jaka Laksono lagi memperkenalkan. “Dia juga gusti putri kerajaan Bintan, Bintang, jadi hati-hati kalau kau bicara dengannya”. goda Ratih Kumala lagi tertawa kecil. Tapi ucapan itu membuat tanda tanya dihati Bintang terjawab sudah kenapa gadis berparas cantik jelita itu berpakaian seperti la
“Gusti Putri Roro Ajeng sedang ada didalam”. sebuah suara terdengar lembut dibelakangnya hingga membuat sosok itu terkejut, dan serta merta dia berpaling.“Rama Anggada...”. terdengar nama itu disebut perlahan dibalik bibir merahnya yang indah. Wajah gadis berwajah cantik ini terlihat berubah, dan terlihat dengan cepat dia ingin melangkah pergi, tapi ;“Ayuandira, tunggu !!”. tapi kembali suara itu menahannya, suara yang berasal dari seorang pemuda bertangan buntung yang tadi disebut dengan nama Rama Anggada oleh gadis yang dipanggil dengan panggilan Ayuandira itu, langkah Ayuandira terhenti sejenak.“Bb...boleh aku bicara sebentar denganmu Ayuandira ?”. ucap Rama lagi perlahan.“Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan kang”. ucap Ayuandira dingin.“Aku mohon Ayuandira, hidupku tidak akan tenang sebelum aku mengatakan ini padamu”.“Kalau begitu katakanlah, aku aka
Tong....tong....tong....”. malam yang sunyi itu tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara pentungan yang membahana di Perguruan Tongkat Dewa, suara pentungan itu jelas saja mengejutkan semua yang ada diperguruan itu, dengan segera mereka keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan dalam sebentar saja semuanya sudah berkumpul dihalaman perguruan, lampu-lampu obor langsung dinyalakan hingga menerangi tempat itu. Terlihat diantaranya Joko Laksono, Ratih Kumala, Jaka Daru, Ayuandira, Gusti Putri Roro Ajeng dan Bintang sendiri. “Ada apa, siapa yang membunyikan pentungan ?”. tanya Laksono cepat. “Maaf ketua, ss...saya yang membunyikannya tadi”. ucap seorang pemuda kurus yang berada diantara mereka. “Kenapa, apakah ada sesuatu yang amat penting hingga kau membunyikan pentungan itu ?”. tanya Laksono lagi dengan mantap. “Ampun ketua, saat saya tadi sedang meronda, saya mendengar ada suara keributan dikamar raden Rama Anggada, makanya saya kesana untuk melihatny
“Tapi bagaimana kalau kang Bintang menolakku, ah malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi semakin bingung. “Tapi paling tidak aku tahu apakah kang Bintang juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Ah, aku harus menanyakan hal itu malam ini juga pada kang Bintang, paling-paling aku malu bila kang Bintang menolaknya daripada harus menanggung perasaan seperti ini terus menerus”. ucap Ayuandira lagi akhirnya memutuskan, dengan perasaan mantap akhirnya Ayuandira melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bintang, tapi begitu sudah berada didepan pintu kamar Bintang, tiba-tba saja Ayuandira mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar itu, entah kenapa Ayuandira merasakan dadanya berdebar keras, ada keraguan dihatinya. “Ah, bagaimana bila benar-benar kang Bintang menolak cintaku, aduh pasti malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi, meyakinkan hatinya akan hal itu, Ayuandira membalikkan tubuhnya ingin melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah meninggalkan
Sementara itu apa yang dialami oleh Ayuandira tak berbeda jauh dengan apa yang dialami oleh Bintang yang saat itupun juga merasakan getaran yang sama, indah dan menggodanya bibir Ayuandira yang selalu memancing setiap laki-laki yang memandangnya membuat Bintang tak kuasa lagi menahan dirinya, maka Bintangpun akhirnya menundukkan wajahnya.Ayuandira bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa, melihat Bintang menundukkan wajahnya untuk mencium bibirnya, kedua mata indah milik Ayuandira terlihat terpejam, dan ; “Uffhh......”. kedua bibir itupun bertemu dalam satu lumatan hangat dan sangat indah terasa bagi keduanya.Bintang tak perlu menunggu lama, saat Ayuandira memberikan balasan lumatan hangatnya pada bibirnya, maka saling melumatlah keduanya dalam satu lumatan membara, tenggelam dalam alunan birahi, kedua tangan kekar Bintang tampak meraih tubuh Ayuandira yang padat berisi itu kedalam pelukannya, Ayuandirapun tak mau ketinggalan, dilingkarkanny
Dan semua yang terjadi dibangunan besar itu tak luput dari perhatian dua pasang mata milik dua sosok tubuh yang saat itu tengah bersembunyi diatas sebuah pohon tinggi yang berdaun lebat dan rindang, hingga tubuh keduanya cukup tersembunyi ditempat itu, dan bila melihat lebih dekat ternyata sosok keduanya adalah sosok Bintang dan Putri Kipas Kayangan.“Perguruan Golok Hantu...”. ucap Bintang saat membaca tulisan yang tertera dipintu gerbang, dan ingatan Bintang langsung tertuju pada ki Prabaskara, ketua dari Perguruan Golok Hantu yang pernah bertarung dengannya.“Apakah sahabatku ini ditahan ditempat ini nisanak ?”. tanya Bintang lagi.“Sepertinya begitu ? aku mendapatkan informasi ini dapat seseorang yang amat kupercaya ?”. ucap Putri Kipas Kayangan tanpa menoleh. Sejenak Bintang kembali menatap kearah bangunan tersebut dimana penjagaannya benar-benar sangat ketat.“Sepertinya tidak mungkin kita bisa menyidik keda