Warning...!!! Konten untuk 21+++ Bijaklah dalam membaca !
Hari demi haripun berganti tanpa terasa satu minggu sudah Bintang dan Nyai Kembangsari berada di desa Rantangpuri. Dan selama itu pula hubungan antara Nyai Kembangsari dan Bintang semakin mesra, kedua-duanya telah benar-benar seperti sepasang suami istri yang tengah menikmati bulan madu mereka didesa tempat kelahiran Nyai Kembangsari sendiri. Bahkan kini tidak ada rasa sungkan diantara keduanya untuk saling menunjukkan rasa cinta diantara mereka, dimana diantara keduanya telah tercipta satu hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengerti satu sama lain. Bagi Bintang sendiri, pelayanan dan kehangatan cinta yang diberikan oleh Nyai Kembangsari kepadanya benar-benar telah membuat Bintang tergila-gila kepada Nyai Kembangsari, dan secara perlahan tapi pasti Bintang mulai melupakan tujuan utamanya yaitu mengembara dalam menumpas keangkara murkaan. Sementara bagi Nyai Kembangsari, keperkasaan dan kejantanan yang diberikan oleh Bintang benar-benar membuatnya tak bisa lepas dan jauh dar
“Byuuuurrrrr..”. tiba-tiba saja dua sosok tubuh keluar begitu saja dari dalam air dan kini terlihat kedua sosok tubuh yang baru saja keluar dari dalam air tersebut, ternyata kedalaman air itu hanya setinggi dada keduanya hingga kini kedua sosok itu terlihat berdiri diantara kedua kaki mereka, tapi bukan itu pemandangan yang paling mengejutkan dari keduanya, melainkan kedua sosok tersebut ternyata adalah sosok Bintang dan Nyai Kembangsari sendiri dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh keduanya terlihat polos tanpa selembar benangpun yang menempel ditubuh keduanya dan tubuh keduanya terlihat sudah saling merapat satu sama lain bahkan bibir keduanya terlihat saling melumat satu sama lain, rupanya kedua muda-mudi ini tengah memadu birahi ditempat itu. Untunglah tidak ada seorangpun manusia lagi yang berkeliaran ditempat itu, jika tidak tentu pemandangan panas itu dapat disaksikan dengan jelas. Entah sudah seberapa lama keduanya saling bergelut birahi ditempat itu, dinginnya air terjun itu
“Paman.....bibi.”. sebuah suara mengejutkan keduanya yang langsung berpaling, dari kejauhan terlihat sosok seorang bocah kecil yang tengah berlari kearah mereka. “Layung”. ucap Bintang dan Nyai Kembangsari hampir bersamaan saat mengenali sosok yang telah mendekat itu. Dan bocah kecil itu terlihat langsung menghela nafasnya karena tadi telah berlari. “Paman, bibi, bopo menyuruh cepat pulang” ucap Layung lagi. “Yah, kami memang baru saja mau pulang Layung”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. “Anu, itu...kata bopo, ada orang dari desa Tawung Sari yang datang mencari bibi”. ucap Layung lagi hingga mengejutkan Bintang dan Nyai Kembangsari yang kini saling pandang satu sama lain. “Siapa Layung. ?” “Layung juga tidak tahu bi, tapi jumlah mereka banyak sekali”. ucap Layung lagi sehingga semakin membuat Nyai Kembangsari dan Bintang heran dan bertanya-tanya, tapi tak mungkin anak sekecil Layung bisa menjelaskan semuanya, maka ; “Kalau begi
Malam menyelimuti kegelapan alam, alam terlihat begitu sepi dan sunyi, sementara sang rembulan malam itu tampak bersinar dengan terangnnya, bahkan Bintang-Bintangpun tampak bertaburan dengan indah diangkasa raya malam itu seakan ikut menemani sang rembulan. Malam itu memanglah malam Bulan Purnama hingga sinar sang rembulan bersinar cukup terang dari malam-malam biasanya. Suasana yang hening mencekam itu tampak menghiasi dataran sebuah lembah yang cukup curam yang ada disebuah kaki bukit, tak ada sesosok mahlukpun yang terlihat berkeliaran dilembah itu, hanya sesekali suara binatang malam terdengar membahana. Dua ekor kuda terlihat dipacu dengan cepat menembus kegelapan malam mengitari lembah tersebut, penunggangnya adalah dua sosok lelaki, dan salah seorang diantara mereka terlihat langsung menghentikan langkah lari kudanya saat dihadapan mereka terbentang satu jalanan yang begitu terjal dan curam yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda mereka. Sosok pemuda yang berada t
“Sawungpati, bawa Ki Tayub menjauh, aku akan menyelesaikan urusanku dengan mahluk itu!”. ucap Bintang lagi seraya menyerahkan sosok tubuh Ki Tayub kepada Sawungpati yang ada didekatnya. Tanpa banyak membantah Sawungpati segera memapah tubuh Ki Tayub menjauhi tempat itu, sementara itu Bintang sendiri kini telah kembali berhadapan dengan sosok mahluk penghisap darah. “Kenapa kau lakukan semua ini Sunarya. ?”. ucap Bintang. “Bagaimana kau bisa tahu namaku anak muda ?”. ucap lelaki itu lagi dengan sedikit keras. “Aku hanya menduganya Sunarya, tidak ada orang yang memiliki alasan yang lebih kuat untuk membunuhi orang-orang terdekat Nyai Kembangsari selain dirimu. ?”. “Ha ha ha...!!! kau benar anak muda, takkan kubiarkan seorangpun didunia ini yang ingin memiliki Kembangsari kekasihku itu, siapapun yang berani melakukan hal itu, maka dia harus mati ditanganku”. “Untuk itu kau telah mempersekutukan dirimu dengan iblis” “Benar dan dengan
Tapi untunglah Bintang sudah menduga akan hal itu, maka ; “Huppp”. dengan cepat sosok Bintang melompat tinggi untuk menghindarinya, hingga ; “Duarrr....duarrr...duarrrr”. batu-batu yang ada dibelakang Bintang langsung hancur berantakan saat terkena hantaman sinar merah yang tadi keluar dari 10 jari mahluk penghisap darah tersebut. Untung saja tadi Bintang bergerak cepat menghindar, kalau tidak tentu tubuh Bintangpun akan mengalami hal yang sama dengan batu-batu tersebut. Melihat buruannya lolos, Sunarya kembali menggeram dan kembali memburu kearah Bintang dan lagi-lagi mahluk penghisap darah itu melepakan cahaya-cahaya merah dari kuku runcingnya. “Duarr....duarrrrr.....dduuuaarrrrrrr”. dan kembali batu-batu yang menjadi sasaran kosong oleh mahluk penghisap darah itu hancur berantakan, dan kini terlihat tempat itu benar-benar berubah menjadi hancur lantak akibat serangan-serangan mematikan yang dilepaskan oleh Sunarnya. Sementara itu Bintang masih terus berger
“Gggrrrr...”. kembali terdengar geraman dasyat dari mulut manusia penghisap darah itu, pandangannya terlihat gusar menatap kearah Bintang, sementara itu Bintang hanya tersenyum melihat hal itu dan Bintang segera mencabut pedangnya kembali dari tubuh manusia penghisap darah itu dan kembali memasukkan pedangnya kedalam warangkanya. “Aku akan membiarkanmu hidup jika kau mau bertobat dan meninggalkan kesesatanmu ini Sunarya”. ucap Bintang lagi, tapi bukannya jawaban yang didapatkan oleh Bintang melainkan satu geraman keras yang keluar dari mulut bertaring tersebut. “Sepertinya aku memang sudah tidak mungkin lagi untuk menyadarkanmu Sunarya”. ucap Bintang lagi “Gggrrrrr...”. hanya itu sambutan yang didapatkan oleh Bintang dan terlihat Bintang hanya dapat menarik napas panjangnya. Dan sesaat terlihat wajah mahluk penghisap darah itu terlihat kembali mengadah kearah langit, dan ; “Dlebbbb...”. sosok raut wajah yang tadinya begitu mengerikan, kini telah berubah kermb
Malam itu Nyai Kembangsari tampil dengan pakaian indahnya yang semakin memperlihatkan sosoknya yang anggun dan cantik juga memperlihatkan akan kebangsawan dirinya, sesaat Nyai Kembangsari terlihat menatap kearah Bintang yang saat itu berada tak jauh darinya, dan bibir Nyai Kembangsari terlihat tersenyum saat melihat Bintang juga sangat menikmati pertunjukan yang ada dihadapannya. Dan saat itupun Bintang tanpa sengaja tengah berpaling kearahnya, dan Bintangpun melemparkan senyumnya kearah Nyai Kembangsari yang saat itu juga tengah tersenyum kepadanya. Sesaat terlihat Nyai Kembangsari berpaling kearah Ki Tayub yang saat itu juga berada tak jauh darinya. “Ki Tayub, aku ingin beristirahat dulu dikamarku, biarkan saja pesta ini berlangsung sampai subuh ki...”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Baik Nyai....”. ucap Ki Tayub lagi menganggukkan wajahnya. Dan Nyai Kembangsari terlihat berdiri dan sebelum dia beranjak meninggalkan tempat itu, Nyai Kembangsari sempat berpaling kearah Bintang yang sa