Asmara di Kehidupan 303

Asmara di Kehidupan 303

Oleh:  Dee Renjii  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
83Bab
579Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Panglima Tiang Feng sudah tak sanggup menjalani hukuman seribu kali derita cinta. Dia memohon agar dimasukkan saja ke neraka daripada bereinkarnasi menjadi manusia dan kembali merasakan derita cinta. Raja Akhirat yang iba mencoba membantu, dia memberi bocoran takdir bahwa di kehidupannya yang ke-303, Panglima Tiang Feng akan dilahirkan sebagai seorang senopati sakti mandraguna bernama Mbayang Pranaya. Dia bisa mengubah takdir, selamat, dan tidak menderita asalkan tidak jatuh cinta sampai akhir hayat. Sanggupkah seorang senopati yang gagah perkasa dan banyak diidolakan para wanita menahan diri untuk tidak jatuh cinta demi mengubah takdirnya? Yuk simak perjalanan Mbayang yang merupakan titisan panglima Tiang Feng dalam upayanya terlepas dari hukuman seribu kali derita cinta dalam kisah Asmara Di Kehidupan 303

Lihat lebih banyak
Asmara di Kehidupan 303 Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
83 Bab
Bab 1. Tangisan Sang Panglima
“Oh Raja Akhirat, lempar saja aku neraka. Biar hancur lembur rohku di sana. Aku tak mau lagi bereinkarnasi. Aku tak sanggup lagi harus hidup dan menderita karena cinta!” Sosok berbaju putih, rambut panjang awut-awutan itu terus berlutut dan mengiba di hadapan raja akhirat, memohon agar tidak bereinkarnasi lagi. Sosok itu terlihat lusuh suram dan penuh duka, tak akan ada yang mengira kalau pria lusuh itu dulunya adalah seorang Dewa perang yang membawahi seratus ribu pasukan langit. Dulu, dia begitu gagah perkasa dan disegani semua dewa-dewa di langit, populer di kalangan para dewi, sebelum dia melakukan kesalahan, jatuh cinta pada dewi kayangan bernama Chang-e.Chang-e pada saat itu dikejar panah api hingga ke kayangan. Sang Panglima berusaha menolong tapi sayang dia kalah cepat dari Wukang, salah seorang dewa yang bertugas sebagai tukang di istana langit. Wukang lebih dulu menolong sang Dewi. Wukang dan Chang-e pun jatuh cinta pada pandangan pertama, sesuatu yang membuat Sang Pangli
Baca selengkapnya
Bab 2. Mengubah Takdir
Dewa Pengatur Nasib menatap iba pada Panglima Tiang Feng yang berusaha berontak, tapi sia-sia. Di akhirat, siapapun akan kehilangan segala kesaktian. Panglima yang dulu membawahi seratus ribu pasukan langit itu harus diseret paksa oleh pengawal akhirat, menjalani hukumannya, merasakan seribu kali derita cinta.“Maafkan atas kelancangan roh penasaran itu, Dewa Pengatur Nasib!” Raja Akhirat menjura memberi hormat karena merasa tak enak, seorang Dewa utusan langit baru saja mendapatkan makian di tempatnya.Dewa pangatur nasib mengangkat tangannya memberi tanda kalau dia sama sekali tak masalah dengan apa yang baru saja terjadi.“Tak perlu sungkan. Bagaimanapun, dia dulu adalah seorang pejabat yang setara denganku. Nasibnya saja buruk, hingga harus mendapat hukuman yang berat.”Raja akhirat mengangkat kepalanya, berjalan mendekati Dewa Pengatur Nasib yang mengelus-elus jenggotnya menyayangkan apa yang terjadi pada Panglima Tiang Feng.“Apakah nasib bisa diubah, wahai Dewa Pengatur Nasib?”
Baca selengkapnya
Bab 3. Gerbang Reinkarnasi
“Lepaskan Aku! Aku tak mau bereinkarnasi lagi, lempar saja aku ke neraka!” jerit roh Panglima Tiang Feng terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman pengawal akhirat yang menyeratnya menuju gerbang reinkarnasi.Dua orang pengawal yang menyeretnya pun sebenarnya sudah mulai kewalahan menghadapi tingkah polah dari roh yang dulunya seorang dewa yang membawahi seratus ribu pasukan itu. Selama ini, roh roh yang mereka bawa ke gerbang reinkarnasi tak ada yang bersikap seperti roh Panglima Tiang Feng. Roh roh biasanya akan menurut, menunduk dan mengikuti semua apa yang di perintahkan petugas akhirat. Membawa roh Panglima Tiang Feng benar-benar menguras energi mereka.“Tiang Feng! Percuma saja kau melawan! Kau bukan Panglima langit lagi, sekarang!” hardik Pengawal akhirat kesal. Wajahnya sampai memerah menahan amarah.“Huaa!” jerit roh Panglima Tiang Feng berontak melepaskan diri dari cengkraman kedua Pengawal Akhirat.Cengkraman itu terlepas, membuat kedua Pengawal akhirat m
Baca selengkapnya
Bab 4. Ramalan Sang Resi
Sepasang suami istri berjalan beriringan di sebuah pasar yang riuh ramai dengan orang-orang yang sibuk menawarkan dagangan atau sedang mencari barang. Sang suami yang berusia kisaran empat puluh tahunan itu dengan sigap menuntun dan melindungi istri yang jauh lebih muda, bahkan separuh dari umurnya, kisaran dua puluh lima tahunan, agar tak tersenggol orang yang berseliweran di pasar. Wanita itu sedang hamil empat bulanan, perutnya terlihat mulai membuncit. Wanita yang jadi istri saudagar kaya itu makin terlihat menarik saat hamil. Wajahnya makin berseri dan tubuhnya makin padat berisi, membuat suaminya makin sayang, terlebih sudah lama sekali dia menantikan kehadiran seorang anak dalam pernikahan mereka.“Kang Mas…. itu penjual dawetnya!” wanita bernama Anjani itu menunjuk ke arah wanita paruh baya yang duduk di depan dawet dagangannya.“Baik Diajeng, biar pengawal saja yang membeli, kita cari tempat berteduh dulu,” ajak Juragan Karta mencari-cari tempat berteduh untuk istrinya.“Parj
Baca selengkapnya
Bab 5. Awal dari Karma Buruk
Kejadian malam itu membuat Anjani jadi takut pada suaminya sendiri, dia khawatir kalau-kalau suaminya akan kembali lepas kendali dan merudakpaksanya. Begitu juga dengan Juragan Karta, penolakan dari Anjani membuatnya kesal. Dia jadi jarang pulang ke rumah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah dan mulai jarang pulang. Juragan Karta yang biasanya bersikap manis pun mulai dingin pada Anjani, membuat wanita yang sedang hamil empat bulan itu jadi merasa bingung dan serba salah, dia sadar perbuatannya itu menyakiti suaminya, tapi dia juga takut ramalan itu terjadi. Tak mau terus berlarut-larut, Anjani berusaha melawan rasa takutnya, memperbaiki hubungannya dengan sang suami. Dia akan mencari cara untuk memuaskan suaminya tanpa harus bersebadan.“Kakang …. Aku sudah menyiapkan lodeh nangka muda, kesukaan Kakang!” Anjani tersenyum lebar menyambut suaminya sudah beberapa hari tak pulang itu.Pria bertubuh sedikit tambun, dengan kumis melingkar itu melengos mendengar sapaan Anjan
Baca selengkapnya
BAB 6. Kebekuan yang Mencair
“Hiks…. Hamba hanya orang kecil, kenapa Juragan tega melakukan ini!”Sulastri duduk memeluk lutut di atas tumpukan jerami mengusap air mata, sambil menutupi bagian tubuhnya yang tersingkap, dan menyembul keluar. Pakaiannya sudah sobek sana sini, dikoyak dengan buas oleh Juaragan Karta. Entah mimpi apa dia semalam hingga harus mengalami peristiwa yang begitu mengerikan. Dia tak mampu melawan hingga harus pasrah digagahi oleh Juragan Karta. Dia sadar kalau dia seorang Janda, yang harus merantau ke kota demi menghidupi anak perempuannya di desa, juga demi menghindari niat jahat lelaki hidung belang di desa. Tapi, nyatanya meski sudah merantau ke kota, di tetap saja di mangsa oleh lelaki hidung belang.“Lastri…. Jangan menagis lagi. Maafkan aku, aku benar-benar Khilaf, tadi!” hibur Juragan Karta yang rebah di samping Sulastri. Lelaki bertubuh tambun itu masih bertelanjang dada, dengan peluh yang masih menetes. Dia juga tak percaya sudah melakukan hal yang tercela pada Sulastri.“Hiks…. H
Baca selengkapnya
Bab 7. Percakapan Tentang Nasib
Bab 7. Percakapan Tentang NasibDengan jari telunjuk yang menempel di kening, dan jari-jari lain terlipat ke bawah, Raja Akhirat terus berkonsentarsi mengeluarkan energi agar cermin kehidupan yang menampilkan bayangan kejadian di alam dunia tetap bisa terlihat.“Hiap!” Raja Akhirat melepaskan jari-jari dari kening, menghentikan aliran energi, yang membuat bayangan kejadian di alam dunia menghilang. Dia mengatur nafasnya, dan berjalan mendekati roh Panglima Tiang Feng yang masih terlihat kebingungan.“ Wahai roh Panglima Tiang Feng, Aku sudah bicara dengan Dewa Pengatur nasib tentang kehidupanmu selanjutnya….”“Tak ada yang berbeda, aku akan tetap mati mengenaskan oleh derita cinta,” potong roh Panglima Tiang Feng ketus.“Kauu!” Raja Akhirat menuding roh Panglima Tiang Feng geram. Dia sudah mengambil resiko dan berupaya mengurangi penderitaan Panglima Tiang Feng, tapi malah mendapat sikap ketus seperti ini. “Ah, sudahlah!” Raja Akhirat menghempaskan tangannya ke udara dan berbalik.Ro
Baca selengkapnya
Bab 8. Benih Yang Tumbuh
“Huek, Huek!” Lastri mengeluarkan semua isi perutnya. Wajahnya pucat, tubuhnya jadi panas dingin. Belakangan indra penciumannya juga jadi lebih sensitif, mencium bau-bauan tertentu, perutnya langsung mual-mual.Mbok Darmi rekan sesama pembatu di rumah juragan Karta, memijit-mijit tengkuk Lastri. Wanita paruh baya itu membantu Lastri agar lebih enakan. Sebagai orang tua yang berpengalaman, dia mulai menduga-duga kalau Lastri sedang hamil muda, ciri-cirinya jelas. Tapi yang membuat Mbok Darmi bingung adalah, bagaimana mungkin Lastri bisa hamil kalau dia adalah seorang janda. Mbok Darmi memberanikan diri bertanya pada Lastri tentang kemungkinan itu, barangkali saja Lastri punya hubungan khusus dengan lelaki dan akhirnya keblabasan. Mungkin dengan Parjo dan Timan, mengingat kedua lelaki itu sering menggoda dan dekat dengan Lastri. Wanita yang sebulan terakhir terjerat hubungan terlarang dengan Juragan Karta itu, membantah. Dia bilang kalau masih rutin garap sari. Mbok Darmi pun membuang
Baca selengkapnya
Bab 9. Masalah Baru
Juragan Karta kaget bukan main, mendengar perkataan Lastri. Dia tak menyangka permainan liarnya dengan Lastri menyebabkan janda sintal itu sampai berbadan dua. Sebulan terakhir, mereka memang sering melakukan pergumulan di setiap ada kesempatan. Tak peduli itu siang atau malam, di banyak tempat. Sangat wajar memang, bila dari sekian benih yang ditanamkan di rahim Lastri, salah satunya ada yang tumbuh.Meski kaget, Juragan Karta berusaha berpikir jernih untuk mencari jalan keluar dan yang paling penting adalah menenangkan Lastri terlebih dahulu, dia tak mau Lastri kembali nekat dan punya niat mengakhiri hidupnya. Dan saat melihat Lastri lengah, Juragan Karta bergerak cepat menangkap tangan Lastri yang memegang sabit, mencengkram janda muda itu, berusaha menjatuhkan sabit di tangan Lastri.Srat! “Lepaskan, lepaskan!” Lastri meronta seperti orang kalap berusaha melepaskan diri, tapi dia kalah kuat hingga sabit itu terlepas dari tangannya. Lastri meronta membuat Juragan Karta kewalahan h
Baca selengkapnya
Bab 10. Pengorbanan Lastri
Terdengar langkah kaki menuju dapur, membuat Lastri dan Parjo dengan cepat melirik ke luar secara bersamaan. Dari jauh, terlihat Mbok Darmi datang memondong beberapa kayu bakar kering. Lastri dan Parjo mulai menjaga sikap dan terlihat biasa-biasa saja. Parjo lalu berjalan mendekati Lastri dan berbisik pelan, sambil menepuk-nepuk pundak janda tiga puluhan tahun itu.“Kau pikir-pikir saja, dulu. Jangan coba mengadu pada Juragan Karta, atau aku langsung melapor pada Ndoro Putri!” bisik Parjo penuh ancaman, bergegas pergi meninggalkan dapur.Lastri terdiam tak bisa menjawab, dia meremas-remas ujung jariknya bingung harus bagaimana.“Jo, sebentar lagi sayur lodehnya matang, apa kau tak mau menunggu?” sapa Mbok Darmi saat berpapasan dengan Parjo di pintu keluar.“Nanti saja, Mbok. Saya mau ngarit dulu,” jawab Parjo tersenyum sambil melirik nakal ke arah Lastri yang masih gugup terdiam.“Ha ha, tumben-tumbenan.”Mbok Darmi melangkah masuk ke dapur memondong kayu kering, melemparkannya ke sam
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status