"Berani kamu datang kesini, hah?"
Satu pukulan mendarat di wajah Ardi.
"Aku bilang hah? Jangan sakiti adikku."
Lagi, bertubi-tubi Raka menghajar Ardi yang datang menemui Riri, Ardi mencoba melawan tapi Raka yang mantan atlet silat itu terus menghajarnya. Ibu dan Riri yang mendengar suara keributan di luar segera datang.
"Asgafirullah, Raka Raka hentikan."
Ibu berteriak, Riri sigap melerai keduanya ia mendorong kuat tubuh kakaknya agar menjauh dari suaminya, ia tak bisa menyembunyikan cinta yang bersarang di hatinya untuk Ardi, melihat lelaki yang menghuni hatinya itu dihajar sang kakak membuat dia merasakan sakitnya.
Raka berhenti menghajar adik ipar sekaligus temannya itu. Nafasny
"Argh…."Ardi berteriak, memukul keras tembok kamar dan genggaman kuat di ponselnya."Perempuan licik. Argh….."Emosinya meledak dan karuan, Ardi baru saja melihat foto-foto kebersamaan Rianti dengan Bayu, suaminya. Disaat pernikahannya diambang kehancuran justru pernikahan Rianti baik-baik saja, Rianti masih terlihat bahagia dan baik-baik saja. Bayu rupanya tak terusik oleh apapun, tangis yang keluar dari air mata Rianti serta sikap Rianti yang pura-pura akan pergi mampu meluluhkan Bayu.
“Mas sebetulnya percaya sama semua bukti itu?” tanya Riri masih mencoba menerawang pemikiran Bayu.“Riri …, siapa pun yang melihat mereka pasti akan bertanya sejauh mana hubungan mereka? Aku sudah curiga sejak menikah, syarat yang diajukan Rianti padaku sebelum akhirnya kami resmi menikah membuatku menaruh curiga sepanjang pernikahan kami,” ucap Bayu.“Syarat?”Riri semakin terlihat heran, dia tak tahu ternyata pernikahan Rianti dan Bayu tak seharmonis yang terlihat, ada banyak hal yang mereka sembunyikan.“Sebagai lelaki yang punya perasaan, saya tak tega melihat nenek merengek meminta saya segera menikah dan akhirnya saya menyetujui perjodohan itu.”&nbs
“Riri….”Ardi menatap nanar sekaligus terkejut melihat istrinya sudah kembali padanya, segera ia meraih tangan Riri lalu membolak balik badannya memastikan ini bukan mimpi.“Kamu pulang sayang?” tanya Ardi.Tapi tak ada suara apapun dari mulut Riri, Riri masuk ke dalam rumah melewati Ardi. Ardi yang masih terlihat bahagia seolah tak peduli dengan sikap Riri, dua hari dia tak mendapat kabar apapun dari istrinya bahkan semua pesan dan panggilannya diabaikan. Lalu kini Ardi mendapati Riri ada di depannya maka hilang sudah galau yang menderanya selama ini.“Kamu tidak berusaha membujukku, mas.”Ardi terpaku dengan suara Riri, ah suara yang ia r
"Kemana sayang sudah rapi?" tanya Ardi ketika melihat Riri sudah berpakaian rapi."Ikut kamu ke outlet.""Serius?"Riri mengernyit, dugaannya salah. Riri pikir Ardi akan terkejut kaget heran tapi nyatanya Ardi terkejut dengan wajah yang berbinar. Riri masih bersikap dingin pada Ardi."Ya, mulai hari ini aku akan turut andil mengelola outlet mu itu.""Nggak usah sayang, aku gak mau kamu ca
Bu, Bu Riri."Riri menghentikan langkahnya sesaat sebelum masuk ke dalam ruangan suaminya. Karyawan dikuncir itu membuat Riri terheran penuh tanya."Kata bapak, ibu tunggu saja dulu di meja kasir. Di dalam ada tamu suplier barang." "Oh, ya. Ya sudah," ucap Riri.Tanpa banyak berkata lagi, Riri membalikkan badan dan hendak berjalan kembali menyusuri tangga, tiba-tiba langkahnya terhenti kembali di tangga kedua, kepalanya ia tolehkan ke belakang. Sesaat hening mencoba menangkap sesuatu yang aneh di ruko lantai tiga nya ini. Outlet Ardi terdiri dari tiga lantai, lantai pertama tentu saja dimana barang dijual, lantai kedua tempat stok dan tempat istirahat karyawannya, serta lantai ketiga hanya ada satu ruangan yaitu tempat Ardi beristirahat atau menerima tamu pada suplier atau para investor yang ikut menanam modal di usaha ponselnya itu. Perlahan Riri mendekati pintu, ia tempelkan telinganya. Sepertinya tamu Ardi perempuan dan kenapa Ardi marah-marah begitupun dengan tamunya. Seketika
"Kurang ajar…."Teriakan Bayu di ujung sana setelah mendengarkan cerita Riri membuat telinga Riri kesakitan, lelaki di ujung sana itu pasti sangat terluka sama seperti Riri. "Kalau Mas mau bukti, pulang saja dulu Mas." "Oke Ri, aku akan atur untuk pulang.""Baiklah Mas, itu yang mau aku sampaikan." "Terima kasih banyak Ri," pungkas Bayu. Setelah menjawab Riri menutup panggilan itu, ia kini sudah tak peduli dengan semuanya. Laras benar, Riri belum punya anak maka tak akan sulit mengobati diri sendiri dan tak menyakiti hati anak cukup fokus pada kesembuhan luka diri sendiri saja, berbeda jika sudah punya anak maka kita harus memikirkan mental mereka setelah perpisahan."Aku yakin kamu kuat kok," ucap Laras menepuk pundak temannya itu. Riri mengulas senyum, lalu ia menelepon seseorang kembali. Rasanya keputusannya sudah tak bisa diganggu gugat, Riri sudah bulat untuk melepas suaminya dan memberikannya pada Rianti, Rianti sudah sangat berharap untuk bisa dinikahi Ardi, meski mungkin
"Cukup Mas…."Teriakan Riri membuat Ardi terdiam, Riri mengatur nafasnya hingga merasa tenang. "Dengar, aku sudah memberikan kamu kesempatan bahkan hubungan kita nyaris menghangat kembali tapi kamu merusaknya lagi. Aku pikir hubungan kalian sudah keterlaluan Mas, kamu selalu tak ada setiap malam dan dia selalu datang ke outlet setiap tiga kali dalam seminggu lalu kalian berduaan di dalam ruangan apa bisa aku berpikir kalian tidak ngapa-ngapain, hah?" "Dia bosan Ri, katanya dia bosan di rumah terus lalu aku bisa apa ketika dia mau main ke outlet toh itu ada jasa dia juga." Riri melengos, selalu itu yang jadi alasan. Rasanya Riri sudah tak bisa menerima alasan itu, terlalu klise dan berlebihan. "Ayolah Ri, kita bisa melaluinya. Ini ujian untuk pernikahan kita, aku sudah hampir tak pernah menghubunginya kan kamu tahu itu?" "Iya, tapi kamu tetap masih melayaninya jika dia menghubungi atau perlu kamu." "Aku bisa apa Ri? Outlet kita, kehidupan kita selama ini mungkin karena jasa dia t
"Apa sebaiknya dipikirkan kembali nak, perceraian itu sangat dibenci Allah apalagi dengan alasan yang masih bisa diperjuangkan, jangan tertipu dengan tipu daya syetan yang akan bahagia melihat setiap pasangan yang menikah itu bercerai. Menurut ayah semua masih bisa diperbaiki."Riri tertegun mendengar nasihat yang keluar dari mulut ayahnya itu. Kedatangannya tak disambut hangat, keputusannya tak diindahkan oleh ayahnya sendiri, seolah ayahnya ingin Riri menderita terus. "Ayah, aku gak bisa menjalani rumah tangga dengan bayang-bayang orang ketiga. Aku sudah memberikan kesempatan pada Mas Ardi tapi dia tidak menggunakan manfaat itu dengan baik. Aku sakit yah," ucap Riri. Tak ada lagi air mata terurai, Riti sudah menghabiskannya sebelum ia datang ke rumah orang tuanya."Pikirkan dan ingat apakah dia tidak menggunakannya dengan baik? Jangan-jangan bukan dia yang tak memanfaatkan kesempatan itu dengan baik tapi hati kamu yang ditutupi setan oleh rasa gengsi untuk mengakuinya. Pikirkan ba