Demi biaya pengobatan sang suami, Renata rela menjadi teman tidur Dion atasannya, awalnya Dion meminta Renata untuk baper karena hubungan mereka hanya untuk kesenangan semata namun beberapa hari tidur bersama membuat Dion malah memiliki perasaan lebih. Seiring berjalannya waktu, Renata juga sama nafkah batin yang dirinya dapat dari Dion membuat Renata juga memiliki perasaan lebih. Akankah pasangan mereka mengetahui hubungan gelap mereka?
Lihat lebih banyak"Tidurlah denganku!" kata Dion yang membuat Renata membatu.
Air mata Renata merembes keluar, dirinya tidak menduga kalau Dion atasannya meminta hal yang tidak seharusnya diminta oleh seorang pria beristri.
Renata menatap Dion dengan tatapan yang tak biasa, dia tidak menduga jika Dion tega terhadap bawahannya sendiri.
Suami Renata sakit keras saat ini sehingga dia memerlukan banyak uang untuk biaya operasi sang suami dan Dion lah opsi terakhir Renata namun syarat dari Dion pantang dilakukan.
Apa ini, bagaimana bisa seorang istri tidur dengan pria lain saat suaminya sakit keras?
"Pak, suami saya sedang sakit keras bagiamana anda bisa meminta saya untuk tidur dengan anda?" tanya Renata dengan air mata yang terus mengalir.
Dion tertawa lalu beranjak dari kursi kebesarannya, dia mendekati Renata dan
meletakkan sebagian pantatnya di ujung meja dengan kaki yang ikut menumpu tubuhnya."Itu masalah kamu Renata, aku hanya memberikan dua opsi, pertama tidur denganku dan dapatkan uangnya. Kedua, kamu menolak permintaan aku dan melihat suami kamu meregang nyawa," kata Dion.
Air mata Renata mengalir semakin deras, hatinya sungguh tercabik, dilema kini bersarang di hatinya. Apa dia terima saja keinginan Dion, toh Andika suaminya juga nggak akan tau.
"Cepatlah Renata, aku tidak ada waktu menunggumu berpikir apalagi dibarengi dengan tangisan yang membuat aku muak," ucap Dion.
Renata mengiba dan memohon namun Dion tidak mau diajak berunding sehingga mau nggak mau dirinya menyetujui keinginan Dion.
"Baiklah," kata Renata.
Tersungging senyuman di bibir Dion, akhirnya dia dapat menyalurkan hasrat yang selama sebulan ini tak tersalurkan.
Dion adalah seorang CEO, dia memiliki istri seorang dokter, sedangkan Renata adalah staf di kantor Dion. kemungkinan Dion kurang perhatian dan sentuhan dari sang istri.
"Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Dion.
"Satu Milyar," jawab Renata.
Dion membolakan matanya, tak disangka Renata memerlukan uang yang sangat banyak.
"Banyak sekali," sahut Dion.
"Anda bisa memotong dari gaji saya setiap bulan Pak?" ucap Renata.
Dion tertawa, kalau dipotong dari gaji, berapa tahun Renata baru bisa melunasinya.
"Karena kamu adalah staf aku jadi kamu nggak perlu hutang," tukas Dion.
Mata Renata berbinar tak disangka Dion masih berbiak hati padanya.
"Terima kasih pak," ucap Renata.
"Tapi satu kali kamu tidur denganku aku akan membayarnya seratus juta, kalau kamu memerlukan uang satu milyar bearti kamu harus tidur denganku sepuluh kali," ungkap Dion.
Lagi-lagi Renata membolakan matanya, dia kira Dion hanya sekali tidur namun Dion meminta lebih.
Kalau dipikir seratus juga adalah nilai yang kecil jika ditukar dengan harga dirinya tapi bagaimana lagi? biaya rumah sakit untuk pasien kanker memang tidak murah apalagi harus kemoterapi dan lain-lain.
"Kenapa harus begitu?" tanya Renata.
"Seratus juta itu sudah angka yang fantastis mengingat kamu tidak virgin lagi, tapi kalau menurut kamu harga yang aku tawarkan terlalu murah, kamu cari saja orang lain," jawab Dion lalu dirinya beranjak dan siap-siap untuk pulang.
Pikiran Renata kalut, dia sungguh dilema. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menerima harga yang ditentukan bos nya tersebut.
"Bagus, habis ini ikut aku ke hotel," kata Dion.
"Baik Pak," sahut Renata.
Setibanya di kamar hotel, Dion membersihkan diri lalu keluar dengan handuk kimono yang sudah di sediakan oleh pihak hotel sedangkan Renata hanya diam membatu di sofa sembari meremat jari-jemarinya.
Dion menghela nafas, dia sungguh kesal dengan Renata yang malah duduk mematung di sofa.
"Renata, apa kamu pikir dengan hanya duduk di sana hasrat aku akan tersalurkan?" protes Dion.
"Maaf pak, kalau begitu saya mandi dulu," sahut Renata lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Setalah selesai mandi, Renata keluar dengan memakai pakaiannya kembali. Dion yang melihatnya menepuk tempat di sampingnya meminta Renata untuk mendekat.
"Kemari lah Renata," titah Dion.
Dengan langkah pelan dan tubuh gemetar, Renata mendekati Dion, dia duduk di tepi ranjang dengan pandangan ke bawah alias menunduk.
"Kalau kamu duduk membelakangi aku kira-kira kapan kita bisa memulai percintaan kita Renata." Lagi-lagi Dion protes pada Renata.
Dion sungguh heran perasaan Renata adalah wanita bersuami seharusnya dia tau bagaimana adabnya orang yang akan bercinta.
"Maaf Pak," kata Renata.
Renata menghela nafas, perlahan dia mendekat namun masih dengan pakaian lengkapnya.
"Kamu sungguh membuat aku pusing, aku memberi kamu pilihan, aku atau kamu sendiri yang melepas pakaian kamu," kata Dion dengan nada yang tinggi.
"Biar saya saja," sahut Renata dengan takut.
"Oh ya tapi aku ingatkan, kamu jangan sekali-kali baper dengan percintaan panas kita, ini hanya untuk kesenangan semata nggak lebih," kata Dion.
Renata mengangguk sambil melepas satu persatu kancing bajunya.
Setelah semua terlepas dari tubuhnya, Renata menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.
"Aku heran denganmu, baju dilepas tapi kini tubuh dibungkus selimut, mau kamu itu apa?" tanya Dion heran.
"Saya malu pak," jawab Renata, seakan tidak ingin tubuhnya dinikmati oleh Dion.
"Buka!" bentak Dion, dirinya sudah kehilangan kesabaran.
Dengan gemetar Renata membuka selimut yang menutup tubuhnya dan kini tubuhnya polos di samping Dion.
Dion menelan salivanya, sungguh Renata memiliki tubuh putih bersih dengan bagian dada yang lumayan besar.
"Apa kamu siap dengan percintaan panas kita?" tanya Dion yang juga ikut melepas handuk kimono yang dia pakai.
Langsung saja Dion menerjang Renata, dengan hasrat yang terus bergejolak dirinya menikmati bibir manis Renata, tangannya terus bergerilya menjelajah seluruh tubuh wanita yang akan memuaskannya.
Air mata Renata lolos sudah, tubuh yang seharunya dia jaga untuk sang suami kini harus dia bagi dengan pria lain yang tak lain adalah bosnya sendiri.
"Maafkan aku mas Andika yang telah berhianat," batin Renata.
Lidah Dion terus menjelajah pucuk dada Renata sehingga membuat Renata mengeluarkan desahan lirih.
Puas dengan dada Renata dia segera menyatukan miliknya dan milik Renata.
"Aaahhhhhhh," lengu-han panjang dari keduanya terdengar nyaring.
Baik Dion maupun Renata sama-sama merasakan nikmat yang luar biasa. Goa yang masih sempit membuat Dion terasa dijepit.
"Nikmat sekali Renata, bagiamana bisa wanita bersuami memiliki goa yang begitu menggigit seperti ini," kata Dion yang mulai memaju mundurkan miliknya.
"Iya," sahut Renata dengan memejamkan matanya membayangkan kalau yang bercinta dengannya adalah Andika sang suami.
Renata memang masih memiliki goa yang sempit karena dirinya baru dua tahun menikah dan setahun terakhir ini dirinya jarang sekali disentuh karena sakit yang diderita Andika sang suami.
Keduanya hanyut dalam percintaan panas penuh nikmat hingga mereka lupa kalau mereka adalah istri dan suami orang.
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen