Share

Melamar Kerja

Penulis: Winda
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-21 01:22:31

15 menit perjalanan kami lalui, menuju tempat yang di janjikan oleh Mbak Karina. Mas Andri mengurangi laju kendaraannya, lalu membelokan mobilnya dan menepi di halaman sebuah bangunan. Aku melongok dari kaca jendela mobil mataku mengedar keluar, tempatnya sangat asing bagiku.

"Mbak, emang kita sudah sampai?" tanya ku pada Mbak Karina yang duduk di kursi depan samping Mas Andri.

Mbak Karina memutar tubuhnya menoleh padaku, "Iya Sil, kita sudah sampai, sekarang kita turun yuk!" ajak Mbak Karina sambil menganggukkan kepala.

"Iya Mbak." Akupun membuka pintu mobil dan turun ku seret koper berisi baju-baju pemberian Mbak Karina, aku mendongak menatap papan nama yang terpampang di atas kanopi, (Maya coffe shop). Aku langsung menyimpulkan bahwa pemilik tempat ini bernama Maya.

Kami bertiga berjalan menaiki undakan tangga menuju pintu. Aku berjalan paling belakang mengikuti Mbak Karina, Mas Andri mendorong pintu kaca yang masih ada tulisan tutup yang menempel di kaca.

Aku mengekori sepasang suami istri ini kedalam, semua karyawan cafe sedang berkutat dengan pekerjaan dan tugasnya masing-masing, kedatangan ku membuat semua orang tertoleh, mungkin karena rasa ingin tau, atau mungkin apalah, hanya mereka yang tau, ada pula yang menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan, ada juga yang melempar senyuman, dengan anggukan ada juga yang acuh, Aku membalas mereka dengan senyum ramah, serta anggukan.

Aku tak peduli dengan tatapan mata yang kurang enak di lihat, aku di sini mau mencari rezeki sama seperti mereka. Kami berjalan melewati jejeran meja tamu, dan sofa yang empuk menurut ku dari bentuk nya, cafe ini sangat nyaman dan adem.

"Hai Jeng!" sapa Wanita bertubuh proporsional dengan balutan blouse tunik lengan pendek dan celana bahan warna hitam, wajahnya oval bibir sedikit tebal, berambut ikal. Dia menghampiri kami.

"Hai juga," balas Mbak Karina dengan senyuman yang merekah, mereka berdua saling berjabat tangan lalu cipika-cipiki.

"Kok baru sampe?" tanya perempuan itu pada Mbak Karina tangan keduanya masih saling bertautan.

"Ma'af Jeng! Lagi repot, soalnya baru abis pulang kampung," jawab Mbak Karina santai, mereka saling melepaskan tangannya.

"Hai Mas Andri, makin gede aja," celetuk wanita itu dan saling berjabat tangan, Mas Andri hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. Lalu pandangan wanita itu beralih ke arah ku.

"Jeng Karin, ini Anak yang kamu bilang kemaren kan? Untuk melamar kerja di sini?" tanya nya sambil menunjuk padaku.

"Iya, Jeng... ini kenalin! kerabat saya," jawab Mbak Karina, seraya menoleh pada ku. "Silvi, ini Bu Maya, owner di sini, nanti beliau ini, yang akan menjadi Majikan kamu!" jelas Mbak Karina. Aku hanya mengangguk kecil.

"Hai, nama kamu Siapa?" tanya Bu Maya, masih dengan senyum ramahnya. Aku mengulurkan tangan, dan dia pun membalas uluran tanganku.

"Silviana Bu," ucapku gugup.

"Oh, Silviana, nama yang bagus dan cantik, sama seperti orang nya,"

"Makasih Bu," sahut ku dengan senyum tipis.

"Oh iya, Silahkan duduk dulu!" tawarnya ramah, "Saya sampai lupa, saking keasyikan ngobrol, Ma'af ya!" lanjutnya sambil tertawa terkekeh.

"Gak apa-apa, biasa aja kali Jeng," balas Mbak Karina.

Kami pun duduk bersama di kursi tamu paling depan, dekat ruangan sang owner sepertinya dari tulisan yang berada di atas pintu masuk, Mbak Karina dan Bu Maya berbincang sejenak, sekitar beberapa menit, lalu Mbak Karina berpamitan.

"Jeng Maya, saya pulang dulu ya," ucap Mbak Karina sambil memegang tangan Bu Maya.

"Kok buru-buru amat sih?" sergahnya.

"Saya kan harus ke cafe, dari kemaren saya belum melihat keadaan di sana, sudah beberapa hari ini,"

"Oh... gitu." Bu Maya membulatkan bibirnya sambil manggut-manggut.

"Jeng, saya titip Silvi ya! Beri arahan sama dia! Tapi jangan keras-keras! Harap maklum, Silvi kan baru pertama kali ini bekerja, tentunya dia belum berpengalaman," terang Mbak Karina.

"Iya Jeng, pasti, saya akan bimbing Silvi!" jawab Bu Maya sambil mengulum senyumnya. 

Lalu Mbak Karina dan Mas Andri, bangkit dari duduknya. Aku pun ikut bangkit juga Bu Maya. Mbak Karina memegang kedua bahu ku.

"Silvi, Mbak pulang ya!" ucap Mbak Karina menatap wajahku, "Silvi, kamu harus rajin, dan patuhi peraturan di sini! Jangan bantah apapun perintah atasan kamu! Silvi, jaga dirimu baik-baik!"

"Iya Mbak, makasih ya udah mencarikan ku pekerjaan." Mbak Karina menarik tubuh ku lalu memeluk nya erat.

"Iya, Sama-sama." Kami saling mengurai pelukan.

 Mbak Karina merogoh tas selempang nya lalu ia menyelipkan sesuatu di telapak tangan ku. Aku mengangkat tangan, dan menundukkan kepala seraya menatap benda yang berada dalam genggaman ku.

"Apa ini Mbak?" tanya ku, dan beralih pandang menatap wajah perempuan bertubuh bongsor itu.

"Itu sedikit uang, untuk kamu jajan, dan untuk tambah-tambah sewa kos-an, jangan di tolak! Anggap aja sebagai permintaan maaf Mbak." Mbak Karina begitu baik pada ku, aku takkan bisa membalas kebaikan nya.

"Gak usah Mba! Aku juga ada pegangan sedikit,"

"Terima! Silvi, jika ada waktu, Mbak akan tengok kamu sesekali kesini," ucap Mbak Karina sambil berlalu.

"Iya, Makasih Mbak."

Bu Maya menatapku sambil tersenyum, dia sepertinya orangnya ramah dan baik, beruntung aku bertemu dengan orang yang baik di kota ini.

"Ayo ikut, ke ruangan saya!" ajak Bu Maya, akupun ikut ke ruangan kerjanya. Dia duduk di kursi empuk berwarna hitam. Sambil menautkan kedua tangannya di atas meja.

"Silahkan duduk Silvi!" titah Bu Maya.

"Iya Bu." Aku pun duduk di kursi berhadapan dengannya.

"Kamu mulai hari ini kerja dengan saya ya!" ujarnya.

Aku mengangguk, Bu maya menatapku lalu dia membuka berkas lamaran ku, dan membacanya dengan seksama. Kegugupan ku membuat tangan ini basah dengan keringat dingin, maklum baru pertama kali aku ke kota dan langsung dapat pekerjaan.

 Apalagi aku berhadapan dengan pemilik usaha seperti Bu Maya yang sangat berwibawa, dia membuka map merah dan mengambil selembar kertas lalu meletakkan nya di hadapan ku.

"Silvi, ini baca dulu! Ini adalah peraturan kerja di sini, pelajari prosedur yang telah di tentukan!" ucapnya menatap wajahku seraya menyodorkan keras putih itu.

"Iya Bu, saya akan pelajari." Akupun menerima, dan membacanya.

"Nah, Silvi kamu tandatangani surat kontrak kerja ini! selama 3 bulan masa percobaan, kamu harus rajin dan disiplin! Patuhi peraturan yang berlaku! Jika kerja kamu baik dan tak pernah mangkir dari tanggungjawab, kontrak kerja kamu akan saya perpanjang sampai dengan 6 bulan ke depan,"

"Iya Bu, saya mengerti." Aku mengangguk seraya mengulas senyuman. Lalu ku ambil pena yang tersedia di meja, aku pun menandatangani surat perjanjian kerja di Maya coffe shop.

Bu Maya bangkit menuju lemari yang tak jauh dari tempat duduknya, dia membuka pintu lemari itu dan mengambil sesuatu. Lalu memberikan nya pada ku.

"Silvi, ini seragam kamu, baju yang kamu pakai, harus di ganti! dengan baju ini!" titahnya sambil menepuk-nepuk polibag bening berisi seragam karyawan cafe ini.

"Terimakasih Bu,"

"Selamat bekerja ya! Di mohon kerjasamanya dengan baik!" Kami saling berjabat tangan, sebagai kesepakatan bersama.

"Iya, baik Bu, saya permisi dulu! Kalau gitu." Aku pun bangkit sambil memegang benda yang di berikan Bu Maya, lalu berbalik badan menuju pintu keluar.

"Silvi,"

"Iya Bu." Aku membalikkan badan dengan seketika.

"Koper kamu, yang ada di depan, simpan di mushola ya! Jangan di tinggal, nanti mengganggu para pengunjung!"

"Baik Bu, kalau gitu, saya permisi." Aku mengangguk patuh dan berlalu dari hadapan Bu Maya. Aku kembali ketempat yang tadi saat aku baru tiba.

Aku mengambil koper ku lirik jam dinding di tembok, masih pukul 09.10 pagi, keadaan cafe masih sepi, karena belum buka, sementara para karyawan sedang sibuk seperti tadi dengan aktivitasnya masing-masing, ada yang mengelap meja juga furniture yang ada di dalam ruangan itu, hingga bersih.

Guna menjaga kebersihan dan kenyamanan calon para pengunjung yang datang ke sini, ketika sedang menikmati secangkir kopi atau makanan yang di hidangkan.

Aku menghampiri perempuan berambut sepundak, berseragam merah kombinasi hitam di sisi kanan tubuhnya, sama seperti baju yang di berikan oleh Bu Maya padaku.

"Iya, ada apa?" sahutnya tanpa menjeda pekerjaan nya yang sedang mengepel lantai.

"Toilet di mana?" tanya ku. Dia menegakkan tubuhnya.

"Lurus aja, terus ada tulisan di atas pintu masuk ke lorong nya. Toilet dan musholla," jelasnya sambil menunjuk jarinya ke arah yang ia sebutkan.

"Makasih Mbak!" Aku pun berlalu dari kursi tempat ku duduk tadi lurus dan belok ke arah 

kiri, lorong menuju toilet berdampingan dengan pintu dapur cafe.

Aku pun membuka koper dan mengambil celana jeans hitam pemberian Mbak Karina, mudah-mudahan pas di badanku, lalu aku mendorng koper ke musholla. Sebelum masuk ke dalam toilet perempuan sebelah kiri musholla, dan toilet laki-laki di seberang kanan.

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan melepaskan pakaian ku, lalu aku mengenakan seragam kerja dan celana jeans hitam, pinggang nya agak sedikit longgar sehingga aku harus memakai tali pinggang, beruntung aku membawa ikat pinggang ke dalam toilet, karena aku berfikir takut di butuhkan di waktu yang tak ku duga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kulakukan Demi Keluarga   Akhir sebuah kisah.

    POV Author.Gadis yang tengah terlelap, ia terkesiap seketika seraya membuka matanya, saat bahunya di cekal erat oleh seseorang."Siapa kalian?" tanya Silvi pada lelaki berkaos hitam tanpa lengan, dengan celana jeans robek-robek di bagian dengkulnya, kulitnya hitam dan berambut gondrong berwajah garang."Tolong, jangan sakiti saya!" rengek Silvi ketakutan, dia meremat handuk yang ada di pelukannya, dengan tubuh gemetar."Gadis cantik, kenapa kamu sendirian? Kami temani ya, biar kamu tidak kesepian!" timpal Pria berbadan gempal dengan kemeja garis-garis, lengannya ia lipat sebahu. Celana jeans sama robek-robek, berambut gimbal berkumis tebal dan berkulit gelap.Sorot ke-dua mata pria itu penuh dengan nafsu saat melihat bagian paha Silvi yang putih dan mulus."Ayo ikut kami!" ajak Pria berambut gondrong tersebut. Mencekal kedua lengan Silvi."Tolong! Tolong!" Silvi berteriak sekuat tenaga, saat dia di seret oleh kedua Pria itu. Dan membawa Sil

  • Kulakukan Demi Keluarga   Hanya Mimpi.

    POV Devan.Aku mengitari kota ini hingga larut malam tak ada tanda-tanda keberadaan Silvi sama sekali, sambil mengemudi pandangan ku terus mengedar ke kanan dan kiri berharap menemukan gadis itu.Semoga Tuhan melindungi kekasihku! Aku takut terjadi apa-apa dengan dia, Aku begitu menghawatirkannya, ku susuri kota ini hingga ke setiap pelosok, namun hasilnya sama saja nihil.Ku menepikan kendaraan di bahu jalan yang sepi, lalu ku ambil ponsel yang ada di Dashboard mobil, dan ku tekan tombol navigasi lalu ku usap layar gawai, gegas aku klik aplikasi berwarna hijau dan mulai menghubungi Reno, yang aku perintahkan mencari Silvi."Ren, bagaimana, apa sudah ketemu?" tanyaku dengan perasaan cemas."Maaf Pak! Saya belum menemukan Non Silvi," jawab Reno dari seberang sana."Hah." Ku tarik nafas dalam-dalam, ya Tuhan... Harus kemana lagi aku mencari Silvia, sudah hampir dini hari namun keberadaan Silvi belum sama sekali di ketahui."Lalu, bagaimana ini

  • Kulakukan Demi Keluarga   Aku Takut.

    POV Silvi.Aku berteduh dari derasnya hujan, yang mengguyur seluruh kota ini, hingga Malam terasa begitu dingin menusuk tulang, langit pun begitu gelap tak ada cahaya rembulan yang menyinari.Di tengah heningannya malam dan derasnya hujan, ku duduk di bale bambu sebuah warung bangunannya terbuat dari kayu, ku kira warung bekas penjual bensin, menurut asumsi ku, terlihat dari rak kayu kecil yang ada di ujung tiang, dengan beberapa botol beling yang bertengger di sana.Aku ketakutan dan kesepian, pandangan ku mengedar ke sekeliling warung, sepertinya tempat ini lama tak di tinggali, terlihat dari debu yang tebal menempel di seluruh permukaan tempat ini.Di keheningan malam dengan cahaya temaram lampu pijar lima wat yang menggantung di atap, aku duduk seorang diri menekuk lutut seraya memeluk tubuh yang menggigil, begitu sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, kendaraan pun tak ada yang lalu lalang melintasi jalan di hadapan ku ini.Semakin malam h

  • Kulakukan Demi Keluarga   Silvi Kau Dimana?

    POV Devan.Hati ku begitu gelisah fikiran ku di penuhi oleh bayangan Silvi, entah apa yang terjadi padanya, semoga saja dia baik-baik di rumah. Tadi pagi aku titipkan dia pada Bi Rika, hanya dia satu-satunya orang yang bisa aku percaya, untuk menjaga calon istri sekaligus calon ibu dari anakku.Agenda di kantor hari ini begitu padat sehingga aku melupakan Silvi, padahal aku sudah berjanji akan segera pulang dan mengantarkan dia ke kampung halamannya.Ku lirik jam di pergelangan tangan, menunjukkan pukul setengah dua siang, kemungkinan nanti aku pulang agak telat.Semoga saja Silvi masih mempercayai ku! Dan dia bersedia aku nikahi.Tapi aku berharap dia mau mengerti dengan pekerja'an ku di kantor yang tak bisa aku tinggalkan begitu saja.Setelah selesai mengurus dokumen persyaratan dan surat pengantar ke KUA, sekarang aku sudah siap sepenuhnya untuk menikahi Silvi, tak ku pungkiri aku begitu bahagia ingin segera membina rumah tangga

  • Kulakukan Demi Keluarga   Ku Pergi Dengan Luka

    POV Silvi.Aku bangkit dengan perlahan, satu tangan menumpu di lantai, mengumpulkan kekuatan untuk ku berdiri, tangan ku yang lain memegangi perut yang sakit akibat benturan, saat Nyonya Amelia mendorong tubuh ku, hingga aku terhempas ke lantai konblok.Dengkul ku menghantam kerasnya lantai hingga lecet dan mengeluarkan darah. Sakitnya di tubuh tak seberapa jika di bandingkan dengan hancurnya hati ini."Silviana, cepat bangun! Dan segeralah angkat kaki dari rumah ini! Bawa barang rongsokan mu, jangan sampai ada yang tertinggal!" hardik Nyonya Amelia, dia berkacak pinggang di hadapan ku."I-iya Nyonya, saya akan segera pergi, dari sini!" jawab ku tergagap. Aku meringis masih memegangi perut, sambil berusaha bangkit, dan berdiri tertatih-tatih."Lelet banget sih, jadi Orang! Jangan sok mengiba, saya tidak mudah terpengaruh, dengan sandiwara kamu! Pake pura-pura lemas segala lagi!" Dia memutar bola matanya mendelik tajam pada ku."Saya, tidak p

  • Kulakukan Demi Keluarga   Kau Harus Pergi!

    POV Silvi.*Pagi ini aku keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badan, ku kenakan baju dress tunik lengan panjang, dan bawahan se-dengkul, warna pastel, di padu padankan dengan sepatu flat warna senada, rambut panjang ku. Aku ikat separuh di bagian atasnya.Aku tak mengenakan seragam seperti yang lain, karena hari ini Devan berjanji akan mengajak ku pulang ke rumah ibu, untuk melamar ku dan dia juga berjanji akan mengikat janji suci di hadapan penghulu.Aku tak mengharapkan pesta pernikahan yang megah, aku hanya menginginkan status Ayah untuk anak ini.Sekarang perutku masih rata dan mungkin tak akan ada yang mengetahui kehamilan ku, jika aku pulang kampung. Aku akan merahasiakan kehamilan ku dari ibu dan juga semua orang, aku tak mau ada tau tentang aib ini.Sesa'at aku ke luar dari kamar mandi, dan berdiri di teras belakang, melihat kawan ART ku sedang sibuk menjemur pakaian ada juga yang menyirami tanaman, sambil menghirup udara se

  • Kulakukan Demi Keluarga   Anak Haram

    POV Silvi.Diri ini menegang seketika sa'at Nyonya Amelia datang dan menyerang ku, dia mencerca ku habis-habisan, hati ku hancur berkeping-keping, mendengar cacian yang terlontar dari mulutnya yang tajam dan pedas, begitu pedih mengiris sanubari, membuat fikiran ku kalut seakan dunia ini gelap di penuhi kabut, tak ada setitik cahaya sama sekali dalam hati ini.Wanita itu begitu kasar padaku, kebenciannya pada Raya begitu mendarah daging, hingga wajah ku yang hanya mirip sekilas, membuat dia kalap, dan begitu jijik melihat ku.Apalagi kini aku sedang mengandung benih dari anak semata wayangnya, kebenciannya kini terhadap ku kian bertambah besar.Tidakkah dia melihat sisi gelap putranya, dan jangan terus-terusan mengintimidasi ku, hingga aku terpojok, aku begini karena perbuatan bejat putra kesayangannya.Ku seka air mata yang masih membasahi pipi, dengan jemariku, hati ku kini luluh lantak, hancur sehancur-hancurnya oleh dua orang yang tak punya ha

  • Kulakukan Demi Keluarga   Tinggalkan Dia

    POV Devan.Aku sangat bahagia mendengar Silvi mengandung anakku, namun aku bingung dengan Mama, karena Mama tambah membencinya."Devan, kamu pilih Mama, atau perempuan itu, jika kamu lebih memilih dia, Mama akan angkat kaki dari rumah mu! Dan Mama takkan pernah, menginjakkan kaki lagi di rumah ini!" sungut Mama menuding tangannya ke arah Silvi.Tak ada yang harus aku pilih, kedua wania itu sama-sama penting dalam hidupku. Aku kini berada di posisi yang sulit, jika aku memilih Silvi.Mama akan begitu marah pada ku, aku tak mau menjadi anak yang membangkang, tapi aku juga tak mungkin mencampakkan gadis yang sudah aku rusak masa depannya.Aku bersimpuh di hadapan Mama, yang sedang duduk di sofa menyilang kaki seraya menyedekapkan tangannya di depan dada dengan angkuh.Ku tundukan kepala di pangkuan Wanita bertubuh proporsional dengan balutan dress tunik lengan panjang warna coklat tua, berharap hatinya bisa sedikit terbuka untuk Silviana.

  • Kulakukan Demi Keluarga   Bertanggung jawab

    POV Silvi."Oh, iya Dok, kira-kira usia kandungan istri saya berapa Minggu?" ucap Devan, menatap wajah Dokter Hendri dengan serius."Eum, kalau di lihat dari hasil HPHT, sekitar tujuh Minggu,""Tapi, saya heran Dok, kenapa istri saya bisa begitu mual, dengan mencium aroma tubuh saya?" tanya Devan keheranan dengan tingkahku yang mendadak mual dan ingin muntah bila dekat dengannya."Itu hal yang wajar Pak Devan, karena di trimester pertama kehamilan, seorang wanita hamil mengalami peningkatan hormon, itulah yang menyebabkan istri Bapak, mual dan muntah," ujar Dokter panjang lebar.Devan begitu serius menanggapi penuturan Dokter Hendri."Saya faham Dok, tapi apakah ini berpengaruh terhadap janinnya? Apakah berbahaya?""Tidak, jika itu masih di batas wajar. Namun asupan nutrisi harus di perhatikan, meskipun Bu Silvi merasa mual, tapi harus di usahakan untuk tetap makan, meskipun sedikit, dan konsumsi susu emesis untuk mengurangi rasa mual,"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status