Share

Episode 3

Penulis: Mars Mipai
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-15 01:59:14

Dodi POV.

Sepulang dari rumah Pak Ahmad, aku senyum-senyum sendiri mengingat jawaban Luna yang setuju menikah denganku. Wajahnya terlihat polos sekali seperti anak-anak. Ya, memang Luna itu masih belia, tapi aku jatuh cinta padanya dan aku ingin segera menikahinya.

Semua persiapan pernikahan sudah selesai, tinggal saatnya menunggu hari esok. Aku sangat senang sekali, akhirnya sebenar lagi aku akan menyandang status sebagai suami.

Hari pernikahkan pun telah tiba. Tidak menyangka,hari ini aku akan menikah dengan gadis cantik seperti Luna. Hati hatiku berdetak kencang saat berjabat tangan dengan Pak Ahmad, mengucapkan kata-kata yang sangat sakral yaitu ijab qobul.

Setelah para saksi dan tamu undangan mengucapkan 'sah' hatiku lega sekali. Akhirnya mulai detik ini aku sudah menjadi suami.

Ku lihat Luna berjalan menghampiriku. Dia memakai kebaya putih dan hijab ditambah make up yang tidak terlalu tebal. Aku terhipnotis dengan penampilannya hari ini, dia cantik sekali. Karena, Luna biasa tidak memakai make up saja sudah cantik apalagi ditambah pakai make up.

Luna mencium punggung tanganku sebagai tanda penghormatan dia kepada aku, suaminya. Lalu, akupun mencium keningnya beberapa detik.

Rasanya aku bahagia sekali. Hari ini adalah hari yang paling bahagia yang pernah aku alami seumur hidup. Ku lihat Lunapun juga tersenyum bahagia saat menyalami tamu yang memberi selamat.

Luna POV

Alhamdulillah, acaranya selesai juga. Kakiku pegal sekali berdiri menyalami tamu. Terkadang duduk sebentar terus ada tamu yang datang lagi. Begitu terus sampai malam tiba.

Saat aku sudah resmi menjadi istri dari suamiku, ku lihat mata bapak yang meneteskan air mata. Bapak terharu bahagia melihat anak perempuan satu-satunya menikah. Melihat pemandangan itu,akupun tak kuasa membendung air mata yang sudah mendesak ingin keluar.

Bapak adalah bapak yang terbaik sedunia untukku. Beliau selalu mengajarkan agama kepadaku. Sewaktu aku pertama kali haid, beliau langsung memberitahuku dan memerintahkanku untuk memakai hijab.

***

Aku masuk ke dalam kamar suamiku. Kami hanya berdua di dalam kamar. Aku malu kalau harus melepaskan pakaianku di depannya,tapi aku sudah tidak tahan lagi ingin melepas gaun yang ku pakai.

"Luna, ayo lepas gaunnya lalu mandi." Seru suamiku dengan lembut.

"Iya." Jawabku bingung karena dia terus berada di hadapanku.

"Kamu bisa ganti baju di kamar mandi. Itu kamar mandinya." Suamiku memberitahu letak kamar mandi di kamarnya. Kenapa dia enggak ngasih tahu dari tadi kalau kamar mandinya ada di situ. Badanku sudah lengket sekali ingin mandi.

Akupun bergegas ke kamar mandi dan mandi, rasanya segar sekali badanku. Setelah mandi,aku memakai baju tidur lengan panjang dan memakai hijab juga. Entah kenapa aku malu kalau dia melihat bagian dari tubuhku yang biasa tidak terlihat.

Dodi POV

Istriku sedang mandi, akupun memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang ada di dapur. Setelah selesai mandi, aku kembali ke kamar dan ternyata istriku belum selesai juga mandinya. Aku menunggunya sambil rebahan di kasur dan membalas chat dari teman-temanku yang memberi selamat.

Karena aku terlalu asyik membalas chat teman-temanku, aku tidak sadar kalau Luna ternyata sudah memejamkan matanya. Aku tidak melihat dia keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba dia sudah ada di kasur dan tertidur.

Aku sedikit tertawa melihat istriku yang masih mengenakan hijab. Akhirnya aku coba untuk melepaskan hijabnya dengan hati-hati agar dia tidak terbangun.

"Eh! Mau ngapain?" Istriku terbangun dan kaget karena aku ingin melepas hijabnya.

"Sayang, hijabnya dilepas saja." Ucapku dengan lembut.

"Tapi aku belum siap." Jawab istriku sambil menunduk.

"Kenapa belum siap? Inikan di kamar sayang. Cuma ada aku dan kamu di sini. Dan sekarang aku sudah menjadi suami kamu. Kalau Luna buka hijabnya tidak akan dosa, tapi akan mendapat pahala" Jelasku agar dia setuju untuk melepaskan hijabnya.

"Tapi aku malu dan belum siap untuk melakukan hubungan suami-istri." Kata istriku yang membuat aku inhin tertawa.

"Malam ini aku tidak meminta kamu untuk melakukan itu. Setelah acara tadi, kamu pasti lelah sekali. Aku hanya minta Luna melepas hijab saja." Jelasku yang memang tidak meminta itu malam ini, karena aku juga lelah sekali.

"Ya sudah, akan aku lepas hijabnya." Akhirnya istriku setuju untuk melepas hijabnya. 

Luna POV

Aku terbangun, karena ada orang yang ingin melepas hijabku. Setelah tersadar sedikit,ternyata dia suamiku. Dia ingin agar aku melepas hijabnya. 

Saat tanganku ingin melepas hijab tiba-tiba suamiku bilang "jangan!". Aku menatapnya bingung,tadi katanya minta dilepas,tapi sekarang bilang jangan.

"Jangan! Biar aku saja yang melepas hijab kamu." Ucap suamiku yang perlahan melepas hijabku. Kini dia bisa melihat rambutku yang tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek.

"Kamu cantik sekali sayang!" Puji suamiku setelah aku melepas hijab.

"Terima kasih" Jawabku malu-malu.

"Ya sudah, sekarang kita tidur yuk!" Ajak suamiku dengan senyum dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Dodi POV

Aku merasa, jarak aku dengan Luna jauh sekali. Jika aku semakin mendekat, Luna semakin mundur sampai-sampai Luna ada di ujung ranjang dan sebentar lagi hampir jatuh.

"Luna.. aku boleh minta satu permintaan lagi tidak malam ini?" Tanyaku yang membangunkannya lagi.

" Hhmm tapi aku belum siap." Jawab istriku seperti ketakukan.

"Tenang! Aku tidak meminta kamu untuk melakukan itu sekarang. Tapi, aku ingin tidur sambil memeluk kamu. Boleh tidak?" Pintaku yang membuat Luna terdiam bingung. Setelah beberapa menit Luna tidak menjawab permintaanku. 

"Ya sudah kalau tidak mau, tidak apa-apa." Ucapku dengan lembut dan bersiap ingin memejamkan mata.

"Aku mau." Tiba-tiba Luna menjawab.

Akhirnya aku langsung memeluk tubuh Luna dengan sangat erat sampai Luna merasa sesak nafas. Aku mencium aroma rambut Luna yang wangi. Dan kamipum tidur berpelukan sampai pagi.

Terdengar suara adzan berkumandang aku langsung bangun dari tidur dan mengambil air wudhu. Dilihatnya Luna yang masih tertidur pulas aku merasa kasihan jika harus membangunkannya. Tapi aku tidak ingin jika Luna terlambat sholat subuh.

"Luna! Luna! Bangun sudah subuh!" Ucapku membangunkan Luna.

Lunapun bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan aku berangkat ke masjid.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 28

    Brian povAlhamdulillah Sindy mau menerima lamaranku. Aku bahagia sekali,penantianku selama ini tidak sia-sia. Aku memang sudah ikhlas kalo Sindy memilih laki-laki lain. Tapi, ternyata dia masih menerima aku.Beberapa hari lagi pernikahan akan di langsungkan di kediaman rumah Sindy. Pestanya hanya sederhana,tidak terlalu mewah. Di rumahku juga, sedang mempersiapkan membuat seserahan dan lain-lainnya.Semua persiapan di rumahku, ibu yang mengatur. Sesekali beliau bertanya kepadaku tapi, aku percayakan semua pada ibu.Satu-satunya keluargaku adalah ibu. Aku tidak mempunyai keluarga besar. Jadi,aku hanya mengundang teman-temanku dan karyawan yang ada di kantor. Oh iya, mungkin ibu akan mengundang keluarga besar suaminya.***Setiap hari aku selalu mencoba latihan ijab qobul. Agar pada saat hari H aku tidak salah ucap. Aku berlatih di dalam kamar agar tidak ada yang melihat dan mendengar. Tapi suatu hari tiba-tiba aku melihat ibu berdiri di

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 27

    Author POVSetelah beberapa tahun, akhirnya mereka wisuda. Luna teringat dengan Brian yang ingin menikahi Sindy setelah lulus kuliah.Luna mengajak Rasya untuk ke rumah Brian karena memang sudah lama sekali mereka tidak ke sana."Rasya! Kita ke rumah Brian yuk! Aku kangen sama dia," kata Luna mengajak Brian."Sama aku kangen enggak?" Rasya bergelayut manja di lengan Luna."Setiap hari kita ketemu,masa kangen," ucap Luna yang bikin Rasya cemberut."Ya sudah. Ayo kita ke rumah Brian."Merekapun jalan ke rumah Brian. Di perjalanan Luna bicara sama Rasya tentang rencana Brian akan akan menikah dengan Sindy. Rasya kaget,karena dulu dia sempat tertarik sama Sindy juga. Tapi,Rasya tidak memberitahu Luna tentang Sindy.Setelah mereka sampai di depan pintu rumah Brian,mereka mengetuk pintu berkali-kali. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Mereka berpikir Brian sedang tidak ada di rumah. Luna mencoba menelepon Brian, tapi tidak aktif.

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 26

    Akhir-akhir ini papah selalu mengajak aku berbicara. Papah mencoba membuat aku menjadi pemimpin yang baik,entah itu di dalam keluarga ataupun di perusahaan. Papah juga menceritakan pengalam-pengalaman pahit yang sudah pernah beliau lewati,agar menjadi pelajaran buat aku.Setelah makan malam, Luna biasanya langsung masuk kamar. Tapi, malam ini dia menemani aku mengobrol sama papah."Sini Lun! Kita ngobrol bareng," ajak papah."Iya,Pah. Hehe." Luna mengangguk tersenyum dan duduk di sebelahku."Luna! Rasya! Kalau bisa kalian harus cepat-cepat punya anak ya. Papah ingin sekali melihat cucu dari kalian.""Iya,Pah. Doakan semoga Luna cepat hamil," ucapku sambil melihat ke arah Luna.Banyak sekali yang papah ceritakan kepada aku dan Luna. Di mulai dari masa kecil sampai tua sekarang. Dulu juga papah bukan orang yang sukses seperti sekarang. Papah memulai bisnisnya dari 0 dan bersungguh-sungguh hingga aku dan keluargaku bisa menikmati hasilnya.Luna

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 25

    Saat kami sedang berjalan menuju kelas, ada Arif menghampiri kami."Luna! Kamu baik-baik saja kan? Akhir-akhir ini kamu jarang ke kampus." Tanya Arif."Alhamdulillah aku baik." Jawabku."Nanti siang kita makan bareng yuk. Kamu mau enggak?" Tanya Arif. Aku melihat ke arah wajah Rasya yang bingung dengan Arif."Maaf, aku enggak bisa. Aku duluan ke kelas ya!" Tolakku yanb langsung jalan dan melambaikan tangan ke Arif.Rasya tak bisa menutupi rasa penasarannya kepada Arif."Siapa tadi?" Tanyanya."Dia Arif namanya." Jawabku."Siapanya kamu?" Tanyanya lagi."Teman.""Tapi kok perhatian banget ya sama kamu." Tanya Rasya terus penasaran."Kayaknya sih Dia suka sama aku." Jawabku jujur agar Rasya penasaran lagi."Terus, kamu juga suka sama Dia?" Tanya Rasya terlihat tidak suka wajahnya."Ya enggak lah! Aku kan sudah punya suami." Jawabku agar Rasya tidak salah paham.Rasya lega mendengar jawaban

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 24

    Papahku senang sekali melihat Luna kembali ke rumah."Luna, bagaimana kabarnya?" Tanya papah."Alhamdulillah, Luna baik-baik saja,Pah." Jawab Luna tersenyum."Luna, kalau Rasya berani macem-macem sama kamu, bilang sama Papah ya." Kata Papah membela Luna."Hhmm,iya Pah." Jawab Luna tertawa kecil.Kata-kata Papah kepada Luna sepertinya memberikan peringatan juga kepadaku, aku akan mencoba menjadi suami yang baik buat Luna.Di dalam kamar, Luna masih belum bicara dengan denganku. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbicara lebih dulu."Lun, sekali lagi aku minta maaf ya. Bukan maksud aku ingin menyakiti hati kamu soal kata-kataku waktu itu. Hanya saja aku tidak mengerti bagaimana menjadi seorang suami.""Iya." Jawab Luna."Lun, kalau ada sesuatu kamu boleh bilang sama aku. Jangan ada yang di tutup-tutupi biar aku mengerti.""Iya." Jawab Luna lagi."Kamu kok dari tadi cuma bilang 'iya' terus?" Tanyaku heran."Kam

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 23

    Author POVSudah beberapa hari Luna tidak pulang ke rumah Rasya. Rasyapun tidak mencoba untuk menjemput Luna. Mereka hidup masing-masing untuk sementara. Dan selama beberapa hari itu juga Luna tidak masuk kuliah.Brian senang bisa bersama lagi dengan Ibunya, tapi di sisi lain dia juga sedih. Karena, masalah ibunha belum di selesaikan.Di kampus, Brian berusaha bertemu dengan Rasya untuk berbicara serius dengannya."Aku mau bicara serius." Kata Brian."Ada apa,Brian?" Tanya Rasya."Aku mau kasih pilihan. Mau pertahankan Ibuku atau melepaskannya?" Tanya Brian to the point."Maksudnya?" Tanya Rasya bingung,tidak mengerti dengan pertanyaan Brian."Kamu tidak berusaha menjemput Ibuku dan menyelesaikan masalah?" Tanya Brian lagi."Kami tidak ada masalah kok." Ucap Rasya polos yang membuat Brian sedikit geram."Kalau tidak ada masalah, kenapa Ibuku tidak mau pulang ke rumahmu." Brian bertanya sedikit keras."Mungkin Dia kang

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 22

    Aku tahu, sepertinya ibuku sedang ada masalah dengan suaminya. Tapi, aku enggak mau maksa beliau untuk cerita sekarang kalau beliau belum bersedia menceritakan semuanya sama aku. Ibuku butuh ketenangan di rumah ini, jadi aku tidak boleh mengganggunya.Mobil sudah siap berangkat, tapi ibuku belum siap-siap berangkat kuliah."Bu, ayo berangkat!" Seruku kepada ibu."Brian, hari ini Ibu ijin dulu. Jadi, kamu berangkat sendiri saja." Kata ibu." Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Ucapku sambil mencium tangan ibuku."Wa'alaikumussalam. Hati-hati ya!" Jawab salam ibu.***Rasya POVSaat aku bangun tidur, ternyata Luna tidak ada di kasur. Sepertinya Luna ada di kamar mandi. Eh, tapi kok dari tadi malam dia belum keluar-keluar dari kamar mandi ya? Aku coba buka pintunya, ternyata tidak ada orang. Mungkin dia sudah ada di meja makan duluan.Aku sudah rapi memakai pakaian, tinggal sarapan. Semuanya anggota keluarg

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 21

    Luna tidak tahu kalau mereka menunggunya,dia pun merasa tidak enak dengan semuanya. Rasya tidak memberitahu Luna kalau keluarganya sedang menunggunya."Kita udah nunggu 1 jam. Perut sudah lapar. Kamu enggak datang-datang." Ucap Mamah Rasya dengan sinis."Maaf mah, Luna tidak tahu." Jawab Luna menunduk."Lain kali kalau mau terlambat datang. Kabarin Rasya ya biar kita tidak menunggu." Ucap Papah Rasya dengan lembut."Iya Pah."Saat makan malam Luna hanya makan sedikit. Selain dia sudah makan dengan Brian diapun tidak ada nafsu makan kalau di meja makan bersama keluarga Rasya.Setelah makan malam, Luna dan Rasya masuk kamar. Luna ingin bicara sama Rasya kenapa dia tidak memberitahu Luna kalau keluarganya menununggu untuk makan malam."Rasya, kenapa kamu enggak ngasih tahu aku kalau keluarga kamu nungguin aku. Tadikan aku bilang mau nemuin Brian dulu di rumah.""Aku tidak mau membebani kamu Luna. Kamu bebas mau melakukan apa saja."

  • Kuliah Bareng Anak   Episode 20

    Hari pernikahan pun telah tiba. Keluarga Brian sangat bahagia melihat Rasya menikah. Namun sejujurnya mamah Rasya tidak suka Brian menikah dengan janda tapi karena suaminya sudah mendesak akhirnya setuju juga."Selamat Brian! Akhirnya kamu menikah dan mendapatkan bagian dari bisnis Papah. Kamu beruntung mempunyai istri cantik seperti Luna." Ucap Papah Rasya yang terlihat sangat bahagia."Iya Pah. Terima kasih." Jawab Brian.Di sudut pelaminan Brian terlihat sedih dan bahagia melihat Ibunya menikah lagi. Sedih, karena Ibunya sudah jadi milik orang lain. Bahagia karena ada mau lagi mendampingi Ibu selama ini. Brianpun segera menghampiri dan memeluk Ibunya."Ibu! Selamat ya! Semoga Ibu selalu bahagia dengan suami Ibu." Bisik Brian di telinga Luna sambil menangis."Brian, kamu kok nangis?" Tanya Luna."Aku menangis bahagia,Bu" Ucap Brian yang semakin memeluk erat Ibunya.Rasya yang melihat pemandangan itu langsung menghampiri mereka berdua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status