Sepuluh Tetua Villa Hati Seribu Bintang terkapar, tubuh mereka berdarah dengan luka yang mengerikan. Mereka terhempas di berbagai sisi arena, tubuh mereka membentuk garis melingkar mengitari titik pusat tempat Xiao Tian berdiri. Suasana yang tadinya penuh tekanan kini dipenuhi suara napas berat dan desahan tertahan dari para Tetua yang berusaha tetap sadar.Mereka tidak berharap, seorang Tetua yang telah hidup ribuan tahun, akan dikalahkan oleh pemuda yang berusia kurang dari 35 tahun. Apalagi, ranah aktualnya hanya berada di Alam Setengah Dewa. Kenyataan ini membuat mereka terdiam, bukan karena malu, tapi karena keterkejutan yang tidak mudah dijelaskan.“Sungguh kekuatan garis darah yang terlalu mendominasi! Kami tidak hanya dikalahkan dalam teknik bertarung, tapi kami dikalahkan dalam hal garis darah.”Salah satu Tetua bersuara lirih, suaranya serak, napasnya tidak teratur. Dia memegangi bagian rusuk kirinya yang terlihat menonjol tidak wajar.“Benar, tapi aku tidak menyangka akan m
Sepuluh orang itu langsung menyerang Xiao Tian tanpa menahan diri.Mereka menebas Xiao Tian dengan kekuatan penuh!Tanpa ada aba-aba lebih lanjut, sepuluh aura kuat itu menyatu membentuk badai serangan yang datang dari berbagai arah. Pedang dan tombak dipenuhi kekuatan Dewa Sejati peringkat tinggi, menghantam udara dengan suara meraung, mengguncang ruang di dalam formasi tertutup Villa Hati Seribu Bintang.Xiao Tian mengangkat tangannya. Kemudian, mereka melihat telapak tangan Xiao Tian membesar, membentuk sebuah cakar naga yang melepaskan aura kekerasan yang sangat ekstrim. Bentuk cakarnya bukan sekadar perwujudan energi, tapi menampakkan kontur otot dan urat kekuatan yang menyatu sempurna.BAANG!!!Pedang salah satu Tetua menghantam cakar naga, tapi cakar naga itu tidak bergeming sedikit pun. Yang ada, pedang Tetua itu langsung memiliki banyak retakan. Suara retakan itu terdengar menusuk, seperti tulang yang patah karena menabrak baja abadi.“Senior, gunakan senjata terbaik kalian!
Setelah para Tetua setuju untuk bertukar pukulan dengan Xiao Tian, Pemilik Villa Hati Seribu Bintang tidak berkata banyak. Dia langsung mengeluarkan banyak bendera formasi dari cincin dewanya. Bendera-bendera itu bukanlah bendera biasa. Setiap satu di antaranya memancarkan riak kekuatan formasi yang menyatu dengan kehendak wilayah. Dalam sekejap, tubuhnya melesat ke beberapa titik di sekeliling arena, meletakkan bendera itu di tempat yang sudah diperhitungkan dengan sangat akurat.BUZZ!!!Sebuah suara rendah menggema dari dasar arena. Diiringi getaran yang hampir tidak terdengar oleh telinga biasa, formasi itu mulai aktif. Garis-garis cahaya merambat dari ujung ke ujung, membentuk pola rumit yang saling terhubung di udara. Dalam waktu yang sangat singkat, sebuah formasi yang sangat agung menyelimuti seluruh area terlarang Villa. Udara di sekitar mulai mengeras. Ruang terdistorsi. Di luar formasi, dunia tetap tenang. Tidak satu suara pun yang keluar. Tidak satu pun cahaya pertarungan a
Xiao Tian telah tiba kembali di Villa Hati Seribu Bintang. Udara di dalam villa terasa sunyi dan tenang, seolah seluruh ruang menahan napas saat sosok pemuda itu melangkah masuk ke dalam ruangan tertutup yang hanya digunakan untuk pembicaraan penting. Di sana, Pemilik Villa Hati Seribu Bintang telah menunggunya dengan tatapan penuh penilaian. Sorot matanya tak setajam biasanya, namun tetap memancarkan otoritas dari seorang pemimpin yang sudah menyaksikan banyak generasi naik dan jatuh.“Teman muda, apa yang kamu butuhkan?” tanya Pemilik Villa, suaranya tenang namun mengandung ketertarikan.“Senior, aku membutuhkan bantuanmu. Aku ingin menguji kemampuanku, jadi aku meminta beberapa Tetua yang telah memasuki ranah Dewa Sejati peringkat tiga dan empat untuk bertaruh denganku,” jawab Xiao Tian, sikapnya tenang, namun nada bicaranya jelas membawa maksud yang tidak bisa dianggap ringan.“Dewa Sejati peringkat empat?” Pemilik Villa Hati Seribu Bintang mengulangi dengan nada terkejut. Alisnya
Xiao Hu menunduk, tubuhnya membeku dalam sikap penuh hormat. Walaupun dia telah memanggilnya dengan sebutan Kakak, rasa segan dalam dirinya belum pudar. Kepalanya tetap tertunduk dalam, tak berani diangkat meski ruangan kini hanya diisi oleh mereka berdua.“Xiao Hu, apakah maksud kedatanganmu hanya untuk menyampaikan pesan kompetisi?” tanya Xiao Jian, suaranya datar namun menyimpan ketajaman yang tak bisa diabaikan.“Kakak, benar,” jawab Xiao Hu tanpa mengangkat pandangan. “Aku diperintahkan oleh Kakak, Xiao Qinyan, untuk memberitahu Kakak, bahwa tuan muda Xiao Tian sudah berada di Alam Langit Berbintang, dan ada kemungkinan dia akan mengikuti kompetisi ini. Jadi Kakak Xiao Qinyan menyuruhku agar Kakak kembali,” ucapnya, dengan nada penuh kehati-hatian.Alih-alih menjawab langsung, Xiao Jian mengalihkan pandangannya ke atas. Langit-langit istana yang semula tampak biasa kini seperti tidak ada batasnya. Pandangannya menembus jauh ke luar, melampaui cakrawala ruang dan waktu, seakan sel
Di balik awan yang tinggi, terdapat sebuah istana kecil yang terlihat sederhana. Namun, istana ini bukan sembarang istana. Bentuknya memang tidak mencolok, tetapi keberadaannya menggetarkan semesta. Ia memancarkan kekuatan yang begitu agung, seolah setiap partikel udara di sekitarnya membawa tekanan tak kasatmata. Bahkan, istana ini sangat sulit didekati jika seseorang hanya memiliki ranah Raja Dewa Tertinggi. Bukan karena penghalang atau penjaga, tetapi karena batasannya ada di luar nalar—seolah ruang dan waktu enggan tunduk di wilayahnya.Langit di atas istana pun berbeda. Tidak seperti langit-langit lain yang hanya menampakkan bintang-bintang dalam keterbatasan ruang pandang. Di balik awan ini, seseorang bisa melihat milyaran bintang bersinar dalam keabadian. Tidak hanya itu, delapan galaksi yang terbentang triliunan mil jauhnya tampak jelas seakan hanya sejengkal dari jangkauan mata. Cahaya dari tiap galaksi itu menyatu di langit istana, seperti lukisan tak berbingkai yang dibuat
Xiao Tian tetap tenang duduk, namun dalam hati ia terus mencari sesuatu. Lebih tepatnya, seseorang. Tatapannya mengamati sekitar, hingga akhirnya ia berkata dengan nada sopan namun penuh maksud, “Senior, aku tidak melihat nona Xiao Lian. Aku dengar dia adalah generasi muda Klan Xiao cabang yang paling berbakat. Walaupun aku tidak mengikuti kegembiraan di dunia Warisan Langit Berbintang, aku mendengar reputasi nona Xiao Lian sangat mengagumkan, bahkan bakatnya melebihi rata-rata generasi muda dari Klan Xiao inti.”Ucapan itu membuat sebagian orang dalam ruangan saling menoleh. Xiao Zhanfeng, yang duduk di kursi utama, tersenyum bangga. “Putriku saat ini sudah menjadi anggota Klan Xiao inti, dia tidak lagi tinggal di sini.”Mendengar itu, para anggota generasi muda dan para pemimpin kekuatan besar tidak terkejut. Bagi mereka, hal itu sangat wajar. Bakat Xiao Lian memang sangat mengagumkan, dan menjadi anggota Klan inti adalah konsekuensi logis dari pencapaian seperti itu.Namun, suasana
Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi tidak menjawab secara langsung. Namun, melalui transmisi suara yang hanya bisa didengar oleh Xiao Tian, jawabannya terdengar tegas.“Teman muda, buat mereka menderita! Tenang saja, aku akan menjamin keselamatanmu!”Xiao Tian mengangguk ringan.“Tetua, aku percaya padamu!”Setelah mengatakan itu, Xiao Tian melangkah perlahan ke halaman yang lebih luas. Setiap langkahnya menggema di tengah keheningan yang menegangkan. Ia menatap lurus ke arah para pemuda-pemudi yang telah berdiri dalam formasi, menunggu untuk menyerang.“Majulah bersama!”Suaranya bergema tanpa tekanan, namun justru itulah yang membuat mereka meledak dalam kemarahan.“Bajingan!”Teriakan kemarahan menggema dari lebih dari tiga puluh murid. Mereka melesat ke arah Xiao Tian tanpa menunggu komando lebih lanjut, aura mereka melebur membentuk gelombang tekanan yang kuat.Namun, baru saja mereka mendekat—di saat jarak hanya tinggal beberapa meter—auranya meledak!BAANG!!!Ledakan mengerik
“Patriark, jika seperti itu, aku ingin mengajukan permintaan.”“Katakan!”“Untuk mengikuti kompetisi generasi muda Terkuat Klan Xiao inti, seorang peserta harus benar-benar teruji. Karena mereka mewakili Alam Langit Berbintang. Aku ingin menantang salah satu dari mereka. Jika orang itu tidak bisa mengalahkanku, maka dia tidak pantas untuk ikut kompetisi!”Ucapannya tegas dan penuh percaya diri. Beberapa murid yang berdiri di belakangnya berseru pelan, tidak menyangka ia berani mengajukan tantangan langsung di hadapan para pemimpin kekuatan besar.Xiao Zhanfeng tersenyum kecil. Senyum yang samar, namun penuh makna. Ia masih berada di dalam Aula, tidak menunjukkan diri, membiarkan segalanya mengalir sesuai arah yang telah ia tentukan.Sementara itu, Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, Pemilik Villa Hati Seribu Bintang, Pemilik Villa Hati Seribu Api Kelam, dan Pemimpin Paviliun Lonceng Emas masih berdiri di luar. Mereka belum memasuki Aula tamu, dan semuanya menatap situasi dengan pan