“Jika dia tidak bisa bertahan di Alam ini, dan tidak bisa naik ke Alam Atas, berarti dia tidak layak menjadi anakku!” _________ Xiao Tian, anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Awalnya, dia hidup bahagia, menjadi putra mahkota dari Kerajaan Wang. Namun, tragedi besar menimpa keluarganya. Pamannya yang ia cintai melakukan kudeta, membunuh Ibu dan Ayahnya, beserta orang-orang yang setia terhadap orang tuanya. Namun, kematian orang tuanya adalah kepalsuan. Itu hanya skema untuk meninggalkannya di Alam Tianwu, alam terendah di Alam Semesta. Dia bangkit sendirian, menapaki jalan yang sangat sulit. Ketika dia tahu Ayah dan Ibunya tidak mati, dia merasa marah. Amarahnya tidak membabi buta, melainkan memperkuat tekadnya untuk menjadi lebih kuat. Dengan semangat yang tinggi, dia berhasil bangkit dari Alam Rendah, naik ke setiap Alam, hingga ia melampaui Ayahnya dan menjadi penguasa seluruh Alam Semesta! “Aku, Xiao Tian, bersumpah akan mengubah ketidakadilan ini. Aku akan mencapai keabadian, dan menciptakan kedamaian agar tidak ada satu pun yang tertindas lagi di Alam Semesta, dan kekuatan bukan lagi tolak ukur untuk mendapatkan keadilan! Jika kekuatan adalah kunci, cukup aku menjadi yang terkuat dan mengendalikan seluruh keadilan Alam Semesta!”
View MoreDi Kota Wuyu, sebuah kota besar dari Dinasti Ming, penguasanya adalah kerajaan Wang. Namun, raja saat ini tidak bermarga Wang, melainkan bermarga Xiao. Nama raja saat ini adalah Xiao Jian, menantu raja Wang sebelumnya. Istri Xiao Jian adalah putri sulung raja Wang sebelumnya. Kini, Xiao Jian bersama istri dan anaknya sedang dikelilingi oleh jenderal dari kerajaan Wang sendiri, yang dibantu oleh tokoh-tokoh kuat dari kekuatan lain.
Xiao Jian berdiri bersama istrinya, Wangmei, sementara di belakang mereka ada anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Xiao Tian. “Xiao Jian, sekarang aku akan mengambil nyawamu dan juga anak, istrimu. Aku akan mengambil tahta yang semestinya milikku!” Orang yang berbicara adalah Wang Chong, dia adalah adik Wangmei. Namun saat ini, adik yang paling dia sayangi memberontak, bahkan dia berani membunuh semua orang yang setia pada Xiao Jian. "Adik Wang Chong, mengapa kamu melakukan ini? Jika kamu menginginkan tahta, aku tidak akan sungkan untuk memberikan semuanya padamu. Lagipula, aku memang tidak menginginkan tahta. Aku hanya menjalankan pemerintahan dan menunggumu hingga dewasa. Setelah kamu dewasa, aku akan memberikannya kepadamu," tegas Xiao Jian kepada adik iparnya. "Ha ha ha," Wang Chong tertawa terbahak-bahak. "Xiao Jian, tidak perlu naif. Apa kamu mengira aku bodoh? Siapa yang ingin turun tahta setelah merasa nyaman di posisi itu? Tidak ada! Aku tidak bisa membiarkanmu turun tahta dengan hati yang tidak rela. Aku akan menyingkirkan kalian semua!" Wangmei sebagai kakak perempuan Wang Chong sangat kecewa dengan tindakan adiknya. “Wang Chong, sekarang izinkan kakak pergi! Kakak berjanji tidak akan mengganggu kepemimpinanmu di Kota Wuyu.” “Ha ha ha, maafkan adikmu ini Kakakku, aku tidak bisa membiarkanmu pergi,” jawab Wang Chong, kemudian dia menatap seluruh pasukannya yang sudah membantai semua pengikut setia Xiao Jian. “Bunuh mereka semua!” perintahnya dengan wajah yang sangar. Ribuan prajurit Kerajaan yang menggunakan baju besi dipimpin oleh jenderal kerajaan mengepung Xiao Jian dan anaknya. “Kalian bertiga harus mati! Kalian tidak pantas memimpin kerajaan Wang ini!” Semua orang berlari sambil menyeret senjata mereka. Xiao Jian, Wangmei dan anaknya Xiao Tian diserang dari berbagai arah. “Bunuh!” “Bunuh!” Suara langkah kaki bergemuruh hingga menggetarkan Bumi. Melihat begitu banyak pasukan yang datang dari berbagai arah, Xiao Jian menatap mereka semua dengan penuh napsu pembunuh. “Mei’er, lindungi anak kita, aku akan membuka jalan agar kalian bisa selamat,” ujar Xiao Jian dengan suara yang berat. "Suamiku, aku tidak bisa meninggalkanmu mati sendirian. Jika kamu ingin mati, kita akan mati bersama," kata Wangmei dengan nada tegas, tanpa rasa takut menghadapi ribuan pasukan yang semakin mendekat. Wangmei melihat salah satu anggota kekaisaran dari Dinasti Ming. Namun sayang, orang dari Dinasti Ming hanya duduk menonton tanpa mempedulikan mereka. “Tidak! Jika kamu dan Tian’er mati, tidak akan ada yang mencari keadilan untuk kita. Tetapi, jika kalian selamat, kalian bisa mencari keadilan untukku dan juga orang-orangku yang mati di tangan mereka!" Xiao Jian mengeluarkan pedang berwarna hitam pekat. Lalu dia mengangkat pedangnya. “Bunuh!” Tanpa menunggu jawaban Wangmei, Xiao Jian mengikat anak istrinya dengan tenaga dalamnya, lalu dia berlari ke arah pasukan yang berada di hadapannya. Dia menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam pada pedang dengan sangat kuat, lalu dia menebasnya dengan sangat ganas. Xiao Jian seperti binatang buas yang sedang mengamuk, setiap kali dia mengayunkan pedangnya, beberapa kepala akan terpenggal. Namun, walaupun jumlah lawan sangat banyak, beberapa tusukan dan tebasan pedang sudah melukainya. Klang ~~~~ Klang ~~~~ Suara benturan senjata terus terdengar. “Jangan biarkan dia melarikan diri!” Wang Chong berteriak dari jauh. “Yang mulia tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang bisa meninggalkan tempat ini. Mereka bertiga akan mati!” Jenderal kerajaan menyahut dengan suara percaya diri. Shot ~~~~ Sebuah senjata menusuk dada Xiao Jian. Namun Xiao Jian tidak berteriak, dia bahkan berubah semakin ganas dan menakutkan. Plof, plof, plof …. Beberapa kepala berhasil dipenggal oleh Xiao Jian. Dia terus berlari sambil membunuh siapapun yang menghalangi jalannya. Setelah membunuh banyak orang, akhirnya Xiao Jian berhasil lepas dari kepungan banyak pasukan. Namun, walau dia sudah berhasil masih banyak pasukan yang berusaha mengejarnya. Tubuhnya sudah penuh dengan luka, tubuh yang terus menerus mengeluarkan darah. Hingga jubah putih yang mempesona, kini sudah berubah berwarna merah karena darah segar yang terus menerus keluar. Akhirnya, Xiao Jian berhenti berlari. "Istriku, kamu harus membawa Tian’er pergi dari Kota Wuyu, pergi sejauh mungkin, dan ingat, bahwa adikmu, paman anak kita, yang telah melakukan semua ini. Kalian harus membalas dendam untuk kematianku!" “Suamiku, tidak! Aku akan menemanimu di sini! Kita akan hidup dan mati bersama!” Wangmei tidak ingin meninggalkan suaminya yang sudah pucat pasi karena mengeluarkan darah yang banyak. “Tidak, kalian harus hidup. Pergi!” Xiao Jian melemparkan istri dan anaknya menjauh. Lalu dia berbalik dan menatap jenderal klan Wang dan seluruh pasukannya. “Aku akan membantai kalian semua.” Xiao Jian melompat sambil menebaskan pedangnya. Sekarang dia tidak menahan lagi tenaga dalamnya. Sebagai pendekar raja tingkat 6, kultivasi Xiao Jian cukup tinggi. Sedangkan Jenderal klan Wang hanya pendekar raja tingkat empat. Namun dia diuntungkan dengan jumlah. Shoott ~~~~ Xiao Jian menebaskan pedangnya, dan energi pedang langsung meluncur dengan kecepatan tinggi. “Aaahhh!” Ratapan suara yang menyedihkan terus terdengar. Banyak anggota klan Wang yang tubuhnya terpotong menjadi dua bagian. Shoott ~~~ Plof …. “Kakak ipar, aku tidak bisa lagi membiarkan terus hidup!” “Uhuk, uhuk, uhuk!” Xiao Jian berdiri mematung, dia terus menerus memuntahkan darah. Dia melihat pedang dengan racun yang terus menetes sudah menembus tubuhnya, bahkan jantungnya sudah hancur. Wang Chong telah muncul di belakang Xiao Jian, dan langsung menusukkan pedangnya. "Tidak... Ayah!" Xiao Tian yang melihat ayahnya tertusuk pedang berteriak histeris. Xiao Tian ingin kembali, namun ibunya menghentikannya. "Tian’er, kita harus pergi. Jangan sia-siakan perjuangan ayahmu yang menginginkan kita hidup!" “Tidak ibu, aku harus menyelamatkan ayah!” Xiao Tian meronta-ronta ingin melepaskan diri dari genggaman ibunya, namun ibunya tetap menahannya dan mereka berlari semakin cepat. Mata Xiao Tian sudah berubah menjadi merah, dia mengeluarkan air mata darah. Dia terus menatap ayahnya yang kini sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk hidup. Puluhan tombak dan pedang sudah menembus tubuh ayahnya dari depan dan belakang. Xiao Jian berdiri dengan pedangnya sebagai penopang. Dia menatap Wang Chong dengan tatapan penuh napsu membunuh. "Wang Chong, tidak akan lama lagi kematian menjemputmu. Anakku pasti akan membalaskan dendamku." Wang Chong mendengus dingin. "Kamu tidak perlu banyak berharap. Mereka tidak akan bisa melarikan diri! Aku akan mengirim mereka ke neraka untuk menemanimu!" Wang Chong menatap pasukannya. "Tangkap mereka dan bawa mereka dan bawa mereka kembali, entah hidup atau mati!" "Baik, Yang Mulai."Setelah berkultivasi selama lima hari penuh, akhirnya Xiao Tian berhasil membuat tiga terobosan secara sekaligus. Dia menembus dari peringkat dua, langsung menuju peringkat lima Dewa Sejati. Tubuhnya bergetar hebat, namun matanya memancarkan keteguhan seperti bintang abadi di tengah kehampaan semesta. Setelah dia berhasil menerobos, Xiao Tian melihat miliaran bintang yang tadinya bersinar kini redup seperti bintang mati. Alam semesta mini di ruang pencerahan ini tidak lagi menakjubkan seperti sebelumnya. Sekarang lebih seperti dunia kosong yang tidak memiliki energi ilahi sama sekali. Keheningan itu bukanlah ketenangan, melainkan kehampaan yang muncul setelah segalanya dikuras hingga akar terdalamnya. Kaisar Pemakan Jiwa yang masih menyaksikan dari kejauhan hanya bisa menggelengkan kepala perlahan. “Anak ini terlalu mengerikan. Bahkan hanya untuk menerobos tiga tingkat saja, energi bintang yang aku siapkan dikuras habis olehnya. Wan Ren, sekarang aku paham mengapa kamu memberikan te
“Kaisar Pemakan Jiwa,” bisiknya, nyaris tak terdengar, seperti gema yang tercekat dalam dada. “Ranah apa Xiao Jian itu yang sebenarnya? Bahkan dia bisa menyusun formasi beladiri sehebat ini.” “Aku tidak tahu,” jawab Kaisar Pemakan Jiwa, kali ini dengan suara serius. Nada suaranya berat, seperti batu abadi yang tak bergeming di tengah pusaran waktu. “Tapi sepertinya dia telah menembus ranah Penguasa Dewa Sejati.” “Sssttt!!!” Wan Ren refleks menghirup udara dingin. Suaranya mengandung keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. Dadanya terasa sesak, seolah sebuah fakta yang seharusnya tidak mungkin telah menembus nalar dan merobek batas realitasnya. Meskipun dia belum sepenuhnya percaya, tapi dia tahu siapa yang sedang bicara dengannya. Dan dia tahu, Kaisar Pemakan Jiwa tidak akan berkata sembarangan jika tidak benar-benar yakin. Ranah Penguasa Dewa Sejati. Sebuah ranah yang bahkan di era kuno hanya bisa dicapai oleh ahli tertinggi dari galaksi kesembilan. Ranah yang sudah dianggap
“Dao Bao, sekarang apa yang akan kamu lakukan?” tanya Wan Ren, nadanya penuh rasa ingin tahu, namun tetap berhati-hati. Meski nada suaranya terdengar ringan, tekanan di balik pertanyaannya menyiratkan bahwa ia tidak akan menerima jawaban asal-asalan. “Kita akan pergi ke lautan kosmik.” Jawaban Kaisar Pemakan Jiwa datang tanpa jeda, mantap, seperti keputusan yang sudah lama diambil dan tak bisa diganggu gugat. “Di sini tidak ada sumber daya untuk kita. Sudah saatnya kita mengetuk pintu-pintu yang hidup damai di lautan kosmik. Terlebih lagi, aku ingin bertemu seseorang.” “Oh?” alis Wan Ren naik sedikit, matanya menyipit. “Siapa yang ingin kamu temui? Perasaan selain aku, kamu tidak memiliki teman di era kuno.” “Dia bukan pembudidaya era kuno, tapi pembudidaya saat ini.” Tatapan Kaisar Pemakan Jiwa mengeras, lalu beralih menatap wajah Wan Ren. Sorot matanya dalam dan tak bisa ditembus. “Wan Ren, kamu telah tersegel lama di Alam Zuwu, alam yang berada di galaksi Divine Lightning Fire,
Xiao Tian tidak hanya berusaha bertahan melawan rasa sakit, tapi dia juga harus fokus terhadap teknik tubuh Dewa Perangnya. Teknik itu seperti tulisan langit yang terus bergeser dalam pikirannya, dan dia harus menahan rasa sakit yang luar biasa sembari menyalin setiap goresan simbol suci ke dalam tubuhnya. Simbol itu menari-nari, menembus kulitnya, mengukir makna keabadian ke dalam setiap otot dan tulangnya. Mereka bukan hanya lambang kekuatan, melainkan hukum-hukum realitas yang ia paksa untuk tinggal dalam dirinya. Proses tempering tubuh fisik sangat memerlukan waktu. Jadi Xiao Tian dengan sabar duduk bersila, menghancurkan tubuh fisiknya, sebelum membangunnya kembali. Setiap detik yang berlalu seperti ribuan tahun rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan. Otot-ototnya meledak, kemudian tumbuh kembali lebih kuat. Kulitnya pecah, lalu terbentuk ulang lebih kokoh dari logam abadi. Organ dalamnya pun turut dikonstruksi ulang, menerima pancaran energi warisan para makhluk legendaris itu.
Xiao Tian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Di ruang pencerahan ini, dia bisa memahami jalan beladirinya dengan mudah, tidak hanya tentang kultivasinya, tetapi tentang kekuatan jiwa dan tempering tubuh fisiknya. Udara di sekitarnya terasa seperti cairan murni yang menyelimuti tubuh, membuat setiap tarikan nafas menyusupkan wawasan baru ke dalam kesadarannya. Setiap butir partikel ilahi terasa seperti tetesan ilham, mengalir dalam denyut nadinya, membasahi fondasi kultivasinya dengan ketenangan dan ketajaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Sekarang aku sudah mencapai tingkat 25 puncak tubuh abadi semesta. Sudah saatnya aku mengolah tubuh Dewa Perang,” tegas Xiao Tian, suaranya rendah namun penuh tekad, seolah menggema ke dalam lorong nasibnya sendiri. Kata-katanya bukan sekadar keputusan, melainkan sumpah pribadi yang membakar di dalam dadanya, menciptakan gelombang niat yang menggetarkan ruang meditasi itu. Dia ingin segera bertambah kuat. Dalam waktu beberapa tah
“Anak muda, pembudidaya saat ini mengandalkan peninggalan kami makhluk dari era kuno. Sedangkan kami, kami tumbuh mengandalkan peninggalan dari era Abadi. Era Abadi belum terpecahkan hingga saat ini, bahkan aku belum berhasil mendapatkan banyak informasi tentang era Abadi. Namun, daripada kamu banyak bertanya, lebih baik sekarang kamu segera memperkuat diri. Gelar mu sebagai putra Semesta, tidak ada gunanya ketika kamu sangat lemah. Bahkan garis darahmu yang kuat juga tidak akan berguna, dia bisa berguna, ketika kamu memiliki kekuatan!” Kalimat terakhir itu seperti palu godam yang menghantam keras kesadaran Xiao Tian. Pria itu mengucapkannya dengan penuh tekanan, seperti sedang menyampaikan pesan yang bukan hanya peringatan, tetapi perintah. Nada suaranya seperti menampar logika dan menyentuh batin paling dalam. Xiao Tian sangat terkejut ketika pria paruh baya itu menyebut dirinya memiliki gelar putra Semesta. Gelar itu diberikan oleh pemilik dunia warisan Langit Berbintang. Bahkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments