Demi mengibur hatinya yang gundah gulana, Delisha ingin memanjakan diri. Bosan juga di rumah sakit, kesembuhan Oma berjalan di tempat.
Tak ingin memikirkan Ayden, tapi laki-laki itu benar menghilang. Delisha mencoba untuk menghilangkan semua perasaan buruk, nyatanya tak bisa.
Hari ini, Delisha ingin mengunting rambutnya dan juga rambut Cheryl. Mereka akan memangkas rambut dengan model yang sama. Dengan tas sandang putih, Delisha keluar dari rumah sakit bersama Cheryl. Cheryl adalah alasan di balik semua alasan dia bertahan dengan semua hal yang menimpa hidupnya.
Delisha masuk ke dalam elevator dan memegang tangan Cheryl. Merasa Dejavu, saat di mencoba menelpon Ayden dan berakhir ponsel laki-laki itu tak aktif hingga sekarang. Cheryl menarik napas panjang dan melihat wajah cantik Cheryl. Melihat wajah Cheryl seperti ada obat sendiri buatnya.
Jika memang seluruh dunia tak suka padanya, Delish
"Kau bodoh, tolol atau tak punya otak?" maki Ayden sambil memukul setir. Emosinya memuncak, setelah kepalanya bocor dan kemarahan Delisha yang memuncak, laki-laki itu mengumpulkan puing-puing informasi apa yang terjadi sebenarnya. Sungguh, dia tidak melakukan hal yang macam-macam.Tapi Delisha menuduh dirinya seperti penjahat kelamin. Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menyeleweng sungguh. Ayden mencintai perempuan bodoh itu. Bahkan dia sudah merancang masa depan yang akan dia bangun bersama Delisha dan Cheryl, bersama adik-adik Cheryl yang cantik seperti Delisha.Setelah memungut ponsel itu, Ayden tahu apa yang terjadi. Maura mencari gara-gara dan ingin memperpendek usianya. Ayden tak suka mengurus hidup orang, tapi jika kamu mengusik hidupnya, maka kamu akan menerima lebih dari itu.Sebelum meledak, laki-laki itu pergi ke klinik dan mengobati kepalanya yang bocor. Jika tidak Ayden yang mati kehabisan darah. Masih dengan kepala p
Manusia bisa berencana, tapi takdir yang menentukan.Ayden pikir, setelah dia membereskan kekacauan yang Maura buat, dia bisa bersatu bersama Delisha. Apa yang dia pikir akan semulus pantat bayi, nyatanya semua terasa runyam. Hidup ini seperti sungai, saat air mengalir ada saja tai yang lewat. Mungkin itu gambaran hidup Ayden.Delisha salah paham. Gadis bodoh dengan segala asumsi bodoh yang dia punya. Sudah bodoh, keras kepala. Delisha yang merusak segalanya dan membuat dirinya seolah-olah korban yang paling tersakiti."Dan kamu pikir aku peduli dengan semua yang kamu lakukan? Tidak! Semua kepercayaan aku hilang! Kamu menghilang di saat aku butuh, Oma sakit, dan sampai meninggal, sedikitpun kamu tak pernah ada di sana. Aku bersabar, dan memberi kamu waktu berkali-kali, tapi kamu tidak pernah tahu itu dan selalu seenaknya.""Oma?""Ya! Oma meninggal!" Delisha berteriak s
"Masuk aja ke dalam. Mami tunggu di luar." pesan Delisha pada Cheryl yang mengangguk. Bocah cantik itu begitu bersemangat, memakai seragam baru, sepatu baru, tas baru, beli aksesoris baru, tempat bekal baru, buku baru.Bahkan Cheryl sudah bangun subuh hari agar pergi ke sekolah karena tidak sabar memakai semua perlengkapan sekolah yang baru.Yang bikin Delisha geleng-geleng dan senyum, adalah Cheryl tidur malam sambil memeluk barang-barang baru tersebut. Antusiasnya luar biasa, itu yang membuat Delisha sibuk dan tak ada waktu untuk memikirkan hal-hal sial lainnya.Seperti biasa, banyak orang tua yang menunggu anak mereka di luar bersama pasangan masing-masing. Delisha hanya menunduk melihat dirinya, tubuhnya yang kecil membuat dirinya masih seperti anak remaja walau sudah punya anak.Dia duduk di halte dan menunggu Cheryl pulang sekolah, kebetulan Delisha ada jam kuliah siang, jadi dia punya
Delisha tidak membenci Cheryl, tapi jiwanya terkuras habis membuatnya seperti mengabaikan Cheryl, padahal dia selalu memperhatikan putrinya.Delisha duduk dari kejauhan, dan melihat Cheryl yang sedang menggambar, Cheryl paling semangat sekolah dan mengerjakan PR, diam-diam Delisha bangga jadi seorang ibu."Ayam-ayam punya ekor. Eh maksudnya, ayam-ayam punya sayap." Cheryl berbicara sendiri dan meralat perkataannya sendiri.Cheryl membongkar tas miliknya dan mengeluarkan pewarna dan mulai memberi warna sesuai dengan imajinasinya.Delisha langsung berangkat membuatkan susu untuk Cheryl. Dia mengaduk susu begitu lama, sambil memikirkan Ayden yang menguras emosinya begitu dalam.Delisha menggeleng, dan membawa susu itu di hadapan Cheryl dan mulai belajar bersama Cheryl.Ayden sudah lulus kuliah. Baiklah! Delisha tak ingin memikirkan laki-laki itu, walau pikirannya tetap ke sana meski raganya berada dalam ruang
Delisha tahu, Cheryl menganggap dirinya ibunya yang kejam. Dia tidak bisa mencegah saat Cheryl tumbuh menjadi anak tidak mendapatkan kasih sayang orang tua.Hubungan mereka dingin, bahkan tidak bertegur sapa. Cheryl sudah besar, sudah kuliah, walau Delisha terus memperhatikan putrinya dari jauh. Saat melihat Cheryl dia selalu merasa bangga, menjadi seorang ibu. Dia tidak pernah membenci Cheryl.Delisha pusing dengan toxic relationship yang dia jalani bersama Ayden, terus bertengkar, berbaikan lagi, dan circle itu kembali. Delisha sudah dewasa, mandiri, punya karir bagus tentunya dia tidak butuh Ayden jika terus-terusan terjebak dengan toxic relationship.Bertahun-tahun juga Delisha tak pernah membuka hatinya untuk laki-laki lain, rasa itu hanya tersimpan untuk Ayden, dan juga Delisha malas untuk drama. Dia sudah tahu bagaimana capeknya menjalani hubungan relationship. Ayden sering menemui dirinya berbicara baik-baik dan ingin bertemu Cheryl tap
Delisha memperhatikan garis dan lekuk wajah Cheryl. Sudah besar, tidak menyangka, bayinya yang dulu merah dan perjuangannya melahirkan sendiri di toilet sampai ada rasa untuk mencekik bayi itu hingga mati, tapi lihatlah kini, bayi itu menjelma jadi seorang gadis cantik.Delisha senang hubungannya bersama Cheryl kembali membaik, bahkan begitu hangat. Dia sedang makan, sedangkan Cheryl juga makan, walau dia fokus pada ponselnya. Delisha tahu ada yang tidak beres, dia juga tahu jika Cheryl menyukai Juna, dan Cheryl harus membunuh perasaan itu.Mungkin butuh waktu, agar Cheryl bisa mengenal Ayden sebagai ayahnya. Cheryl tumbuh tanpa sosok ayah dan itu tak mudah."Mau tambah?" Cheryl menggeleng. Begitu sayangnya seorang ibu pada anaknya.Delisha pandangi Cheryl dengan sayang, dia ingin Cheryl senang dan tidak merasa sia-sia di dunia ini. Delisha tersenyum, ingin dia peluk Cheryl dan mengatakan dia
Cheryl dan Delisha bertengkar. Masalahnya sepele, Delisha melarang Cheryl menyukai Juna, Cheryl keras kepala tidak ada yang boleh mengaturnya."Sekarang, mami cuman mau jangan dekati Juna lagi. Dan tolong buang perasaan itu." pinta Delisha baik-baik."Atas dasar apa mami melarangku?" tantang Cheryl."Aku, Mamimu.""Alasan yang konyol!" Cheryl tersenyum meremehkan."Aku tahu yang terbaik buatmu!""Tapi tidak dengan melarang dan mengaturku. Apalagi tentang perasaan aku. Ini bukan jaman dulu, sekarang semua orang bebas menaruh perasaan pada siapa aja.""Bagaimana, mami bilang kalau kamu dan Juna saudara kandung? Ayah Juna, ayahmu juga!""A-pa?"Cheryl langsung terkejut, Delisha tersenyum. Dia tahu, ini akan jadi beban buat Cheryl, tapi dia ingin Cheryl tahu dan mungkin sudah saatnya Cheryl mengenal langsung siapa ayahnya.Delisha perlahan mendekati Cheryl yang langsung terdiam, dia akan memberi peng
Detik ini Delisha tahu hidupnya berubah, menit ini dia tahu putrinya yang cantik hanya tinggal nama. Berkali-kali dia pingsan, terbangun dan kembali pingsan, jika dia belum siap menerima kenyataan yang ada.Wanita itu terbaring lemah di atas kasur, jiwanya dibawa pergi, Cheryl pergi! Cheryl meninggalkan dirinya untuk selamanya, putri yang dia rawat dari kecil, putri cantik yang Delisha cinta sepenuh hati. Hatinya begitu sakit, tidak bersemangat untuk melakukan apa-apa."Lisha!" Delisha tak ingin mendengar apa-apa. Rasanya dia hanya ingin menangis, atau ikut meloncat ke kuburan Cheryl.Tubuhnya lemah. Saat merasakan sapuan itu Delisha semakin menutup matanya, jiwanya serasa ikut terbang, tidak ikhlas sama sekali!"Sayang." Delisha memekakan telinga dan mengunci semua indranya.Ini berat! Sangat berat!Ayden tahu, semuanya berubah dan tak lagi sama. Mungkin seumur hidupnya akan dia habiskan untuk penyesalan.