Jungkir Balik Dunia Alana

Jungkir Balik Dunia Alana

last updateLast Updated : 2025-09-09
By:  Bintang PerakUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dianugerahi kecantikan sempurna, Alana menjalani kehidupan bagai kutukan. Dilecehkan pemujanya, dikhianati kekasih hati, hingga dijual pada Juragan perkebunan oleh bibinya, Alana terus dalam tekanan. Menderita hingga tak sanggup, kemudian melarikan diri dan menemukan cinta sejati.

View More

Chapter 1

Chapter 1

"Tolooong! Tolooong! Siapa pun tolong aku!"

Sudah terpojok, punggungnya menyentuh dinding ruangan remang tempat dia disekap. Kalaupun ada celah melarikan diri, Alana tak yakin akan berhasil. Pria itu berada tepat dihadapannya. Tidak ada benda secuil pun untuk dijadikan senjata. Hanya debu dan aroma sesak dari lapuknya kondisi ruangan.

"Teriak! Teriaklah sepuasmu! Tidak akan ada yang menolong dan mendengar suaramu di tempat ini!” Laki-laki itu menyeringai. Ketukan kakinya tanpa suara, melangkah semakin mendekat pada Alana. Matanya liar dan lapar, siap menerkam.

Alana beringsut gemetar.

"Jangan, Tuan! Aku mohon ... lepaskan aku!”

“Semua laki-laki di desa begitu tergila-gila padamu. Dan sekarang kamu sudah ada di hadapanku, mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini!” Satu per satu kancing kemeja yang dikenakan dilepas lelaki itu. Dia adalah salah satu dari sekian banyak OLD (Obsessive Love Disorder), yang tergila-gila pada Alana.

Menangis dan menggeleng tanpa bisa berbuat melebihi kesanggupannya yang hanya sebatas memukul-mukul dan mendorong dengan tekanan lemah, Alana putus asa.

Perlawanannya tidak ada pengaruh, kekuatannya sama sekali bukan tandingan seorang penculik berbadan kekar.

“Ya, Tuhan ... tolong selamatkan aku.” Sebatas itu harapan yang menggema di dalam hati.

"Tenang, Cantik. Aku akan bermain dengan sangat lembut. Kau juga akan sangat menikmatinya." Sekarang kemejanya sudah terlepas, ada di genggaman tangan, kemudian melemparnya ke sembarang arah, pria itu siap dengan kebejatannya.

“Tidak! Kumohon ... jangan."

“Aku sudah 'tak tahan untuk segera merasakan tubuhmu yang mulus ini. Ayolah, Cantik. Tidak seru kalau terus berontak, pasrah saja dan kita bersenang-senang."

“Cuihh!”

Bukannya marah, lelaki itu malah tersenyum seringai saat Alana meludahinya, lalu menyesap jemarinya dengan erotis. "Bahkan air liur mu pun begitu terasa manis. Benar-benar membuat gila.”

Benar-benar menggila. Leher dan wajah Alana dijelajahnya dengan kecupan liar dan kasar, tidak lembut seperti katanya sesaat lalu.

Jeritan Alana menantang jagat. Memukul-mukul dan mendorong hanya berakhir nahas. Aroma kalaf pria itu membuatnya terdesak.

“Tolooooong!"

Tempat itu sepi dan jauh dari keramaian, bangunan tua yang terbengkalai.

Tidak ada siapa pun, tidak untuk sekedar membuatnya merasa punya kesempatan untuk terbebas.

Nafsu pria itu sudah tidak bisa dikendalikan. Pakaian atas Alana koyak secarik bagian pundak.

“TIDAAK!”

Akan tetapi ... bersamaan dengan teriakan keras terakhir kali ....

BUGGGH!

“Arggh!"

Ya, masih ada Tuhan.

Keadaan membeku sesaat, pria itu memegani tengkuknya sembari menoleh ke belakang dengan gerakan kaku, urat wajahnya meregang karena tekanan sakit yang teramat sangat.

“Kamuー”

Tanpa sempat melawan, sudah lebih dulu kehilangan kesadarannya.

Alana terkejut, pria bajingan itu ambruk menimpa tubuhnya. Lalu pasang matanya melihat sosok yang sangat dia kenali berdiri dengan tatapan cemas.

“Isan!”

Seorang anak laki-laki bisu, 14 tahunーtetangganya di Tanjung Sekar, malaikat yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkannya.

Setelah melempar balok yang digunakannya memukul, Isan menarik tubuh pria penculik dari tubuh Alana dan mengempasnya ke tepi. "Hmm! Hmm!" Lalu mengulurkan tangannya ke hadapan Alana.

Alana mendongak menatap wajah anak lelaki yang tidak bisa bicara itu. “Terima kasih, Isan,” ucapnya. Diterimanya uluran tangan Isan lalu berdiri.

Isan mengangguk dengan senyuman tipis, yang mungkin maknanya: 'senang bisa menolong Kakak'.

Setelah itu keduanya berjalan bergandengan menuju jalan keluar dengan langkah Alana yang masih lemah.

“Kamu hebat, San.”

Satu tangan Isan menepuk dada, sombong. Alana terkekeh di antara lelah. Sampai sesaat kemudian eskpresinya berganti bingung. "Tapi, San ... dari mana kamu tahu kalau Kak Lana dibawa ke sini?”

Isan menjelaskan dengan bahasa isyarat, yang makna penjelasannya; Dia melihat Alana diseret paksa masuk ke dalam sebuah mobil bak tua di jalanan sepi, dari sana anak itu langsung mengikuti dengan sepeda butut yang kebetulan sedang dikendarainya.

Alana terharu dan melontar berulang terima kasihnya.

Mereka berdua memutuskan pulang berjalan kaki. Sepeda usang milik Isan tidak cukup kuat dipakai bonceng berdua.

Satu jam termakan untuk sampai ke Tanjung Sekar, desa tempat tinggal Alana dan Isan. Matahari sudah hampir lenyap saat keduanya sampai di depan halaman rumah Alana.

“Kamu pulang saja, San. Mbok pasti sudah sangat mengkhawatirkan kamu. Sekali lagi terima kasih, ya.”

Isan tersenyum dan mengangguk, lalu mengayuh sepedanya meninggalkan Alana.

Selepas kepergian Isan.

Pelan dan hati-hati, Alana menginjakkan dua kakinya di teras rumah berbahan kayu. Pintu tidak terkunci saat ruas jari-jemari memutar handle.

Tepat saat tubuhnya satu langkah melewati pintu ....

"Dari mana saja kamu, Jalang?!"

Jantung Alana terlonjak kaget.

Sambutan Marni memekakkan gendang telinga. Dengan perlahan kepalanya bergerak ke sisi itu. “Bibi.”

Ya, Marni adalah bibinyaーbibi yang garang, tidak ada lembut-lembutnyaーberlaku hanya pada Alana.

Alana menunduk takut, jari-jari tangannya saling menjalin satu sama lain di depan perut.

“Jawab pertanyaanku, Bodoh!" bentak Marni, perhatiannya tertuju pada robekan di baju Alana, lalu berdecak, “Ck, benar-benar jalang!”

“A- aku. Aku ta- tadi..." Alana tergagap, bingung. Marni sudah pasti tak akan menerima penjelasannya.

“Jawab yangー”

“Lana!” Suara Kakek Sadeli memecah tema, mengusik perangai Marni. “Kamu pulang, Nak? Dari mana saja kamu? Kakek cemas sekali!” Dia keluar dari kamarnya karena mendengar teriakan putri keduanya itu.

Marni mendelik 'tak suka, lagi-lagi bapaknya datang menyelamatkan keponakan yang sangat dibencinya nyaris sampai ke ubun-ubun itu.

“Maafkan Lana, Kek, sudah membuat Kakek khawatir,” ucap Alana, menyambut hangat pelukan kakeknya.

Sesaat pelukan itu dilepas, sekarang Kakek Sadeli menelisik tampilan Alana yang tidak biasa. “Apa yang terjadi padamu, Nak? Kenapa berantakan seperti ini?"

“Anu ... aku ... aku tadi ....” Alana ragu mengutarakan. Namun pada Kakek Sadeli, dia tidak akan mungkin bisa berbohong. “Aku tadi diculik, Kek! Aku hampir dilecehkan!"

“Apa?!” Kakek Sadeli terkejut setengah mati. “Siapa yang menculikmu, Nak?! Di mana kejadiannya?!” Dari wajah lalu ke lengan Alana, Kakek menelisiknya dengan gerakan rusuh. “Kamu tidak apa-apa, 'kan?!”

“Aku baik-baik saja, Kek,” jawab Alana. “Orang itu ... aku tidak tahu. Aku tidak mengenalinya sama sekali. Tiba-tiba dia membekapku di jalan sepulang dari perkebunan.”

“Halaah ... jangan bohong kamu!” Marni menyergah. “Pasti kamu memang sengaja pergi bersama lelaki itu, 'kan? Pakai alasan diculik segala.”

"Tidak, Bi. Aku tidak berbohong!" tampik Alana. “Aku benar-benar diculik. Orang itu membawaku ke bangunan tua yang cukup jauh dari desa ini."

“Lalu siapa yang dengan senang hati menyelamatkanmu?! Apakah si Dirga kekasihmu itu, hah?!"

Alana menunduk, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan, Bi."

Bibir Marni tersenyum remeh. "Sudah kuduga, kamu pasti berbohong. Mana bisa kamu terlepas begitu saja dari penculik."

Alana kembali ragu memberitahu, tapi lagi-lagi dia selalu sulit mengarang cerita. "Isan yang sudah menyelamatkan aku, Bi.”

"Hahaha!" Tawa Murni meledak keras, menggema di seluruh ruang. "Siapa katamu? Isan? Isan si bocah gagu itu? Hahaha! Lalu menurutmu aku akan percaya begitu saja, huh?!" Dalam sekejap rautnya kembali bengis, matanya melotot lebar seolah menelan Alana.

"Benar, Bibi. Memang benar Isan yang sudah menyelamatkan aku." Alana berusaha meyakinkan walaupun hasilnya jelas bisa ditebak.

“Dasar perempuan sialan! Sudah tahu salah, masih menyangkal juga!"

“Cukup, Marni!" Kakek Sadeli membentak keras, sabarnya hilang. "Lana, pergilah ke kamarmu, Nak. Nanti saja kamu ceritakan pada Kakek. Sekarang beristirahatlah.”

Alana menurut tanpa berkata. Melangkah seraya mengusap sisa basahan air mata di garis pipi.

“Dan kamu Marni, jaga mulut kotormu itu!”

"Bapak selalu saja membela anak sialan itu." Marni tak terima. Kakek Sadeli sudah berlalu tanpa mendengar apa yang dia ucapkan.

Koridor kosong yang tadi dilalui Alana tajam ditatap Marni. “Dasar gadis sialan! Kamu akan menyesal seumur hidup karena telah hadir di tengah-tengah keluarga kami."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status