Ketika cemoohan dan hinaan menjadi santapan sehari-hari hanya karena dirinya yatim. Apakah menjadi anak yatim adalah kesalahannya? Dia juga tidak ingin seperti ini, lantas mengapa banyak orang yang menghinanya? Namanya Bella, gadis dari kalangan atas yang diusir dari keluarganya karena hidup sebagai anak yatim. Lagi-lagi, apakah menjadi anak yatim adalah kesalahannya...??
Lihat lebih banyakPagi-pagi sekali Bella mulai melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Saat memasuki gerbang sekolah, suasana masih sepi, belum banyak yang datang.
Bella berjalan sambil menunduk, tangannya ia gunakan untuk memegang tali tas punggungnya. Langkahnya sangat pelan, seperti biasa.Di ujung koridor, Bella melihat lelaki yang bernama Daniel. Lelaki itu adalah cowok yang Bella sukai. Tidak ada yang tahu, Bella terlalu takut untuk bercerita pada orang-orang.Bella menatap Daniel dari kejauhan, lelaki itu sedang duduk sendiri sambil membaca buku. Bella berjalan melewati Daniel, niatnya ingin menarik perhatian Daniel. Lelaki itu bahkan tidak meliriknya sama sekali.Bella mulai masuk ke kelas dan duduk di kursinya. Dengan cepat, Bella membuka tasnya dan mengambil buku kecil untuk menulis sesuatu. Ya, bisa dibilang seperti Diary.Banyak hal yang Bella tulis, termasuk tentang Daniel tentu saja.Setelah menyelesaikan pekerjaannya itu, Bella merebahkan kepalanya hingga bel masuk berbunyi.Guru sudah masuk ke kelas, pengajar itu memberikan tugas dan pergi setelah itu.Deringan ponsel mengalihkan perhatian Bella. Ada telepon masuk dari Dika, cowok yang selalu merusuhi Bella.Bella membiarkan saja deringan itu hingga mati sendiri. Bella membuka roomchat dengan Dika, lelaki itu meminta jawaban tugas yang baru saja diberikan.Dari ujung sana, Dika berjalan mendekat dan menggebrak meja dengan kasar."Kerjain cepatan!" Bella hanya mengangguk pelan. Ia mulai menuliskan jawaban di bukunya."Kalo udah, pap di gc!" Lagi-lagi Bella hanya mengangguk tidak membantah.Saat itu, Bella mau memainkan ponsel, tiba-tiba saja mendapatkan notif bahwa Dika sudah memasukkan ke group chat bersama teman-temannya itu. Bella bertanya apa alasannya, dengan enteng Dika menjawab agar mudah untuk meminta tugas. Bella hanya mengangguk paham, tidak bertanya lagi. Bella cukup paham, fungsinya hanya untuk mengerjakan tugas Dika dan ketiga temannya itu."Sekalian tulisin punya gue, jangan lupa, awas!" Setelah itu Dika pergi keluar kelas. Sebelum memegang buku Dika, Bella menghela nafas sejenak. Rasanya sedikit letih.Bunyi notifikasi ponsel menandakan ada pesan masuk mengalihkan atensi Bella. Dengan segera Bella membuka pesan itu dan tatapannya berubah malas. Lagi-lagi meminta jawaban."Bel, udah belum? Cepetan elah!" Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Revan, salah satu anggota group yang dibuat oleh Dika.Bella tidak menjawab, lebih baik ia kembali mengerjakan dan mengirim jawaban kepada mereka.Lagi-lagi bunyi notifikasi pesan membuat konsentrasi Bella hilang. Kali ini pesan yang dikirimkan oleh Andra, salah satu teman Dika."Bel, pap dong!"Bella kembali mengabaikan pesan singkat itu dan melanjutkan pekerjaannya.Gembrakan pada meja Bella membuat gadis itu terpekik, Alfa—lelaki yang paling kasar diantara teman-teman Dika—menghampirinya. Alfa menarik paksa bukunya dan membawanya ke meja tempat lelaki itu duduk. Bella hanya pasrah saja.Gadis ini melanjutkan menulis jawaban pada buku Dika, hanya berbekal ingatan, karena jawabannya sudah diambil paksa oleh Alfa.Bunyi bel sudah berbunyi nyaring, satu per satu teman sekelasnya sudah meninggalkan kelas dan pergi ke kantin. Tapi, Bella berbeda, saat istirahat tiba, dia hanya berdiam diri di kelas. Bella tidak ingin orang-orang merundungnya jika pergi ke kantin. Bella merasa takut.Baru saja ingin merebahkan kepalanya di meja, seseorang menarik rambut panjang Bella. Gadis ini meringis, rasanya sangat sakit, seperti rambut kepalanya tercabut dari kepalanya."Ahhh, sakit. Tolong lepasin..." Orang yang menarik Bella itu ada cewek dari kelas sebelah. Sebut saja Cherry."Kerjain tugas gue, anak yatim! Kalo gue kesini tugas gue harus selesai, ngerti!?" Bella masih mengelus kepala kepalanya pelan. Rasanya masih terasa sakit."Ngerti gak!?" Bella hanya mengangguk terpatah-patah, setelah itu Cherry pergi bersama antek-anteknya.Bella menatap buku yang ada di hadapannya. Totalnya ada empat buku, bagaimana bisa ia menyelesaikannya?Bella mulai mengerjakan tugas di buku yang diberikan oleh Cherry.Sudah lewat lima menit, suasana kelas masih sepi, Bella merebahkan kepalanya pada meja karena merasa sedikit letih. Mata gadis ini terpejam sesaat, sedetik kemudian terbuka dengan terpaksa.
Dika datang dan menarik rambutnya kasar. Bella memukul pelan tangan Dika berharap bisa dilepaskan."Sakit... tolong lepasin..." "Lagi ngapain anak yatim?" Bella mendongak dan menatap mata Dika sejenak."Ditanya malah bengong nih, anak yatim!""Ng-ngerjain tugas..." Ucap Bella tergagu."Punya siapa!?" Dika kembali menjambak rambut Bella kasar. Gadis ini kembali meringis menahan sakit."Ssss... sakit, Dika.." Bella menahan lengan Dika agar tangan lelaki itu mengenai kepalanya lagi."Punya siapa!?" Lagi-lagi Dika mengeluarkan suara dengan nada membentak."Pu... punya, Che--" "Oh, punya cewek gatel itu, iya!?" Bella mengangguk mengiyakan."Siniin bukunya!" Bella menggeleng, kalau bukunya diambil Dika, kemungkinan ia dimarahi Cherry semakin besar."Jangan, Dika... nanti Cherry marah..." Dika menatap tajam Bella, nyalinya menciut.Dengan kasar, Dika mengambil buku Cherry sedikit kasar. Bella membelalakkan matanya saat buku Cehrry yang sudah ada ditangan Dika robek. Lelaki ini merobeknya."Dik, kalo Cherry marah gimana?" Dika hanya tertawa mengejek."Itu urusan lo! Dengerin ini baik-baik, lo gak boleh ngerjain tugas orang lain selain gue dan temen-temen gue!" Bella menunduk takut. Bella hanya mengangguk menuruti.Setelah itu Dika pergi keluar, dan Bella sedikit was-was jikalau Cherry menagih bukunya. Bella berjalan keluar, sepertinya bersembunyi di toilet bisa membuatnya tidak dirundung Cherry dan antek-anteknya. Setidaknya untuk sekarang.Setelah sampai di toilet, dengan cepat Bella masuk kesalah satu bilik dan menguncinya dari dalam.Sampai bunyi bel pulang Bella tidak keluar dari bilik kamar mandi. Setelah di rasa cukup sepi, Bella membuka pintu dan keluar dengan pelan. Betapa terkejutnya Bella, rambutnya langsung dijambak dan kepalanya dijedotkan ke tembok sekolah. Bella hanya menahan lengan gadis sebaya dengannya itu."Sakit... tolong lepasin," ucap Bella pelan. Air matanya tidak bisa dicegah, keluar dengan sendirinya."Oh, sakit? Bayi lo!" Bentak Cherry marah."Lo kayaknya emang minta dirundung kan? Tugas gue gak lo kerjain, SENGAJA!?" Ucap Cherry kembali menjambak rambut Bella dengan kasar. Beberapa helai rambut Bella rontok di tangan Cherry."Sakit, Cher..." Ungkap Bella diikuti rintisan pelan dari bibirnya.
"Tau lo kalo sakit, kenapa gak lo kerjain tugas gue!? Sialan lo!"
"Kerjain hukuman gue! Awas kalo lo kabur lagi, gue bunuh lo, ngerti!?" Bella mengangguk pelan.
"Bersihin toilet sampe bersih, awas kalo guru tau, lo gue bunuh!" Bella kembali mengangguk tergagu-gagu.
"Jangan iya-iya aja, kerjain sana!" Setelah itu Cherry pergi meninggalkan Bella. Gadis ini pun mulai mengerjakan hukuman Cherry sampai malam hari tiba.
Toilet Lit High School sangat banyak. Sekolah SMA ini adalah sekolah favorit di kota ini. Dan Bella sangat beruntung bisa menempuh pendidikan disini. Ya walaupun tidak seperti orang-orang. Tapi, tidak masalah untuknya.
Mendapatkan beasiswa dan dapat merasakan pendidikan dengan fasilitas yang lengkap sangat Bella syukuri.
Bella hanya anak yatim, kehilangan orang tuanya dikala ia masih butuh kasih sayang mereka sangat membuatnya terpukul. Tidak jarang ia merasa sangat insecure jika tersosialisasi dengan teman sebayanya.
Itulah mengapa Bella menutup diri dari orang-orang. Lambat laun, orang-orang sekitar mengira Bella orang aneh, yang menjauh jika ada yang mendekatinya. Dika, lelaki itu adalah orang pertama yang merundungnya.
Setelah Dika, muncullah orang seperti Cherry yang mulai berani menyuruhnya ini dan itu. Dan Bella hanya menuruti saja.
Setidaknya, masih ada orang yang ingin berbicara dengannya walaupun dengan dalih meminta tugas. Bella tidak masalah. Sungguh!
Ah, iya. Sekali lagi, baca terus sampai akhir cerita Bella. Kalian sudah membacanya sampai sini, bacalah sampai akhir agar lebih baik~
Kesenangan yang dilakukan oleh pria itu membuat kehidupan Bella menderita. Setiap malam, mimpi itu menghantuinya, terkadang ketika ia tengah tertidur secara tiba-tiba ia menangis.Ini sudah satu tahun berlalu sejak kejadian itu, tetapi Bella tetap tak bisa melupakan saat ia diculik, dipukul, dan dikurung. Ia trauma pada setiap orang, ia trauma ditinggal sendiri.Jadi, kehidupan Bella semakin tertutup. Ia tidak bisa berinteraksi dengan banyak orang. itu cukup mengganggunya.Ketika ia memberanikan diri untuk keluar berdiri di tengah keramaian, tubuhnya akan bergetar hebat. Tiba-tiba saja ia akan mual lalu memuntahkan isi perutnya.Bella sudah melakukan banyak cara, tapi rasanya tak ada yang bisa membuatnya sembuh melupakah kejadian itu.Bella menatap jendela kamarnya tanpa menampakkan ekspresi apapun di wajahnya, di tangannya ia tengah memegang sebuah benda tajam.Ia tidak bisa hidup dengan perasaan ketakutan yang menghantuinya setiap saat. Bella tidak bisa hidup sendiri, perasaan sepi
Ingatan hari itu begitu membuat perasaannya terpukul. Saat matanya terpejam, bayangan itu selalu hadir menemani tidurnya. Bukankah itu adalah mimpi yang menakutkan?Saat tengah malam tiba, Bella kerap sekali bangun dari tidurnya. Ia berteriak kencang, bayang-bayangan itu bagaikan monster yang akan menerkamnya kapan saja. Ia tidak akan pernah bisa melupakan itu.Suara pekikkannya membuat pria muda datang mendekapnya, bukannya hatinya merasakan ketenangan, ia justru merasakan perasaan takut yang tidak ia mengerti datang dari mana.Ia berteriak kencang, “Pergi! Jangan pukul aku. Lepasi aku, aku mohon. Aku nggak mau dikurung di sini!”Mark yang tengah bersamanya tak melepaskan pelukannya walau Bella memukul tubuh pemuda itu sebagai bentuk pemberontakkan. Mark tidak akan melepaskan ataupun menjauh, ia akan bersama Bella setiap saat menemani gadis itu hingga pulih.“Sst, tenang. Aku nggak akan mukul kamu, aku nggak akan culik kamu, dan aku nggak akan ngurung kamu. Jangan takut ….”Bella mem
Mark yang baru saja sadar langsung berlari dengan sekuat tenaga begitu mengetahui keberadaan Bella. Tubuhnya masih lemah, bercak darah segar masih menempel di bajunya. Akan tetapi Mark tidak memikirkan itu, tujuannya hanya untuk bertemu Bella saja.Saat tiba di depan pintu yang tertutup rapat, jantung Mark berdebar kencang. Ia langsung mendobrak pintu itu, tetapi tenaganya sudah terkuras habis.Stefene yang datang membawakan kunci segera membuka pintu, saat pintu terbuka mata Mark langsung tertuju pada Bella yang terbaring meringkuk di lantai.Mark berlari cepat mendekatinya. Ia berusaha membangunkan Bella dengan suara seraknya, “Bella, bangun ….?”Gadis itu tak kunjung membuka matanya. Tubuh Mark bergetar, ia langsung saja menggendong Bella membawanya ke rumah sakit.“Siapkan mobil!” teriak Mark dengan suara bergetar.Saat di dalam mobil pun mark Kembali memanggil Bella, air matanya menetes, dadanya kembali sesak. “Bella bangun ….”Gadis ini sama sekali tak menyaut, matanya masih ter
Mark belum juga menemukan Bella, ia sudah berjalan mengelilingi gedung penginapan bahkan sudah memeriksa seluruh kamar dengan kekuatan yang ia punya. Tetapi ia tidak juga bertemu dengan Bella.Mark begitu frustasi sekarang, bahkan ia sudah memerintahkan pengawalnya untuk membawa Dika yang terbaring di jalan.Dika tengah pingsan di jalan, tak ada yang membantunya saat itu. Pemuda itu masih tak sadarkan diri karena dipukuli oleh Mark.Saat pengawal membawa Dika dalam keadaan tidak sadarkan diri, Mark mendekati Dika. Ia memaksa Dika untuk bangun dengan pukulan sekali lagi, “Bangun, brengsek! Udah cukup waktu istirahat lo!”Dika membuka matanya perlahan, ia tersenyum setelah itu. “Lo nggak ketemu Bella?”Mark menatap Dika sisnis, ini mencengkram kerah baju pemuda itu dan berkata , “Bilang sama gue, di mana Bella, brengsek!”Bukannya menjawab, Dika kembali tertawa. Ia mendekati Mark dengan langkah lunglainya, “Gue nggak akan ngasih tahu lo di mana Bella.”Dika kembali tertawa melihat kepal
Mark meminta pengawalnya untuk mencari keberadaan Bella, pasalnya hingga malam tiba gadis itu tak kunjung kembali membuat Mark khawatir padanya.Di tengah kekhawatirannya, Daniel mendatanginya. Pemuda itu bertanya, “Kenapa, lo kayaknya bingung banget?”Mark mengangguk, ia menceritakan bahwa Bella menghilang sejak ia keluar di siang hari. “Bella belum pulang ke penginapannya, dia terakhir keluar tadi siang.”Mendengar itu, Daniel langsung mengeluarkan ponselnya menelpon gadis itu. Hingga deringan ketiga, gadis itu tidak menjawab ponselnya. “Nggak diangkat.” Ucap Daniel pelan.Mark mengangguk, ia juga sudah menelpon Bella sedari tadi, tetapi gadis itu tidak mengangkatnya. Pikiran Mark semakin ke mana-mana, takut-takut terjadi sesuatu pada gadis itu.Mark mendatangi Stefene yang baru tiba, pria dewasa itu tadi keluar untuk mencari Bella, “Gimana, kamu tahu ke mana Bella, Stefene?”Stefene menggeleng lemah, “Maafkan saya, tuan muda nona Bella belum juga ditemukan.”Mark memijat keningnya,
Mark yang menatapnya terus menerus membuat Bella mengalihkan pandangannya. Mark berkata pelan, “Daniel suka sama kamu, kenapa nggak coba pacaran aja sama dia?”Bella sudah menduga jika Mark akan berkata seperti ini, jadi Bella menjawabnya dengan senyuman tipis. “Daniel udah tunangan, nggak mungkin aku iyain dia.”Mata mark Membelalak, “Kalau dia nggak tunangan, berarti kamu mau sama Daniel?”Ucapan Mark membuat Bella memukul lengan pemuda itu pelan, pipinya bersemu merah ia sangat malu sekarang. Mark masih saja terbahak menertawakannya.“Jadi kamu beneran suka sama Daniel?”Pertanyaan dari Mark membuat Bella diam, ia tidak tahu apa jawabannya karena sejujurnya ia tidak mengerti perasaannya sendiri. Saat ia bersama Daniel akhir-akhir ini, ia merasa tenang. Jantungnya berdetak dengan stabil.Namun perasaan itu sama ketika ia bersama Mark, ia pun merasakan ketenangan.Tapi ada yang berbeda, ketika Bella bersama Dika hanya ada perasaan marah di dadanya. Seolah Bella muak pada pemuda itu.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen