Tanpa terasa waktu terus berputar. Keadaan di dalam mansion keluarga Buana kini kelihatan normal. Dan kini adalah akhir pekan, Elmand dan Ribka memutuskan untuk pergi ke Paris untuk berlibur. Mereka pergi selama 2 Minggu, katanya untuk merayakan Ukang tahun pernikahan mereke yang ke-30 tahun.
“ Menyenangkan ya kak, papa dan mama pergi sesuka hati mereka sekarang. Mereka santai saja karena ada kakak yang memegang kendali perusahaan saat ini. Umur pernikahan mereka panjang juga.” ucap Michael mengagumi pernikahan kedua orang tua mereka. Kini kedua putra Buana itu sedang duduk santai di ruang tengah.“Ya, begitulah. Ada masanya dimana orang tua harus memberikan tanggung jawab mereka kepada anaknya lalu menikmati masa tua mereka. Saat ini, waktunya bagi kita untuk menunjukkan bakti kepada mereka.” jawab Marcel pada adiknya. Tiba- tiba Selena datang menghampiri Marcel sambil memeluknya. “Papa! Tita te lumah opah yukk!!” ajak Selena pada Marcel. Pria itTerkadang, cinta memang membuat orang menjadi mengesampingkan logika demi mengikuti kata hati. Karena memang, hati itu lebih licik dari pada apapun- Michelle 2k21
“Mau minum apa?” tanya Adinata pada Marcel.“Tidak perlu repot, pa.” jawab Marcel dengan ramah dibarengi senyuman ramah diwajahnya.“Kenapa harus repot? Kamu itu seperti putra saya sendiri. Pelayan, tolong buatkan teh dua untuk kami ya.” suruh Adinata pada salah seorang pelayan di rumahnya.“Kalau boleh tahu, kamu pake pelet ke adik aku ya? Kok dia jadi manis banget gitu? Padahal, sudah bertahun-tahun dia merasa terpuruk karenamu.” tanya Heinry dengan nada agak menyindir ke Marcel.“Bukan begitu, kak. Kami sudah sama-sama berkomitmen untuk memulai semuanya dari awal dan mencoba saling memaafkan. Memang, pengorbanan di pihak Mikaela lebih besar, apalagi untuk mencoba menerima pria seperti saya. Oleh karena itu, saya akan melakukan apa pun untuk menyenangkan Mikaela dan Selena.” jawab Marcel dengan nada ramah membuat Heinry dan Adinata agak kagum. Adinata tersenyum tipis saat melihat cara berbicara Marcel yang sangat sopan dan tidak menyombongkan dirinya. Inilah alas
Sesudah puas bertemu dengan keluarganya, Mikaela dan Marcel memutuskan kembali ke Mansion mereka. Mereka berdua seakan disadarkan bahwa mempertahankan hubungan ini sangat penting. Seakan mereka berdua sudah sama-sama memutuskan untuk mempertahankan hubungan dan membuat hubungan baru. “Kamu sepertinya bercerita panjang lebar pada kakak iparmu. Dan saya, mala di introgasi habis-habisan oleh ayah dan kakakmu.” Marcel memulai pembicaraan. “Wah, benarkah? Tapi, bukannya kalian asyik bermain golf tadi?” tanya Mikaela karena melihat Marcel tadi bermain golf bersama ayah dan kakaknya. Bahkan, Marcel membuat ayahnya merasa tersaingi karena pria itu mampu mengalahkan ayahnya. “Iya benar! Itu terjadi setelah saya di introgasi. Tapi bukan masalah, itu artinya saya harus lebih berhati-hati dalam memperlakukanmu. Oh iya, kamu dan kakak iparmu membicarakan apa saja? Sampai sore juga.” jawab Marcel diakhiri dengan tanya. “Mau tahu saja pembicaraan wanita!” jawab Mika
Mereka bertiga sedang berkumpul di meja makan, tak lama Michael dan Michelle pulang setelah berjalan-jalan. “Baru sampai? Ayo makan malam.” ajak Marcel kepada mereka. Keduanya pun duduk sambil mengambil piring dan seperti biasa Michelle menyiapkan makanan Michael. “Kakak tahu? Kencan kami hari ini menyenangkan. Kami bertemu dengan teman-teman kuliah dulu. Walau akhirnya, Michelle malah sibuk dengan sahabat-sahabatnya. Padahal kemarin juga baru bertemu, bukan.” ujar Michael membuat Michelle terkejut. Dia tak menyangka Michael masih mengingat kebohongannya yang bilang kalau dia bertemu dengan teman-temannya beberapa hari lalu. Marcel dan Michelle bertatapan diam-diam mendengar ucapan Michael barusan. “Itu biasa, namanya juga wanita. Sekalinya berjumpa, banyak hal yang ingin diceritakan. Tapi sayangnya, sebagian besar sahabatku pada sibuk. Hanya satu yang ada di dekatku.” balas Mikaela mendengar ujaran Michael barusan. “ Maaf ya Mike, kamu marah ya
Marcel POV Aku masih terdiam disini. Aku merasa diriku tidak pantas menghadapi Mikaela. Aku tidak sanggup mengatakan bahwa aku meminta perceraian padanya. Hubungan kami baru saja dimulai. Kami sudah mulai menerima satu dengan yang lain, tapi aku tidak bisa mengabaikan Michelle dan anak kami di dalam kandungannya. Anak itu memiliki hak yang sama dengan Selena mendapatkan ayahnya. Tapi, jika aku dan Mikaela berpisah, Selena pasti tidak akan menganggapku ayahnya lagi. Mungkin Mikaela akan sedikit kecewa, tapi menemukan cinta bukan hal sulit buatnya. Apalagi ada William disisinya, tapi aku tidak bisa membayangkan jika selena memanggil ‘Papa’ pada orang lain. Rasanya sangat sakit, tapi tidak mungkin aku bisa memenangkan hak asuh putriku. Aku akan kalah dari berbagai sisi. “Apa yang harus aku
Semenjak hari itu, sikap Marcel benar –benar berubah. Dia mulai mengacuhkan Mikaela dan tidak mau mengatakan sepatah katapun pada wanita itu. Tentu saja, Mikaela penasaran akan apa yang sebenarnya dipikirkan suaminya itu. Tapi, dia berusaha mengerti perasaan Marcel dan memilih mengabaikan sikap pria itu. Saat ini, mereka berada dikamar dan masih diam satu sama lain. Di depan Selena, mereka terlihat harmonis, tapi mereka kembali lagi ke titik nol seperti pertama kali. “Aku tidak tahan lagi, Marcel! Jelaskan sesuatu!” pinta Mikaela menuntut jawaban pada Marcel. Pria itu menatap datar pada Mikaela sambil kembali memainkan ponselnya. “Apa sih yang kamu lihat disitu? Marcel? Kau ini kenapa, sih?” kesal Mikaela berusaha menarik Handphone Marcel. Tiba-tiba pria itu berdiri dan menarik handphonenya dari wanita itu. Pria iyu kemudian pergi tapi Mikaela menahannya. “Mau kemana?” tanya Mikaela sambil menahan tangan suaminya. “Ada urusan pekerjaan. Akhir-akhir in
Sesudah merayakan bersama Willy, Mikaela pulang menuju rumah ayahnya tentu saja karena mendapat telpon untuk datang ke sana. Biasanya Marcel akan memerhatikannya dengan menjemputnya sepulang kerja, tapi seminggu terakhir ini Marcel tampak tidak memedulikannya sama sekali. Akhirnya, dia membawa mobilnya sendiri untuk bekerja. Sesampainya di rumah keluarga Djuanda, Mikaela turun dari mobilnya. Dia terus berpikir akan sikap Marcel, tidak ada komunikasi sebelum tidur ataupun dongeng. Dia menghela napas saat teringat tidak ada Marcel saat ini. Harusnya pria itu lebih memerhatikannya, apalagi ini hari spesialnya. “KEJUTAN!!!” teriak banyak orang ketika Mikaela membuka pintu rumahnya. Ternyata, disitu ada ayah, kakaknya dan kakak iparnya, Selena serta beberapa sahabatnya. Mikaela langsung tersenyum dan berterima kasih kepada mereka semua. “Carol!! How are you?” tanya Mikaela pada salah satu
Mikaela POV Setelah memberi kata sambutan, Marcel turun untuk menyambut para tamu dan meninggalkan aku sendirian. Ya, sendirian! Apa dia tidak berinisiatif mengenalkanku pada semua koleganya? Ah, sudahlah! Temannya juga laki-laki semua, mungkin dia takut ada yang seperti si Raymond sialan itu. ‘Aku akan sudut sana sajalah.’ pikirku sambil berjalan ke balkon di sudut sana. Ah, aku juga mau makan kue sambil menunggu Marcel siap meladeni tamunya. Jadi, aku mengambil piring kecil berisikan cake yang lezat dan sebuah garpu cantik yang kemungkinan bahannya dari perak. Sejujurnya, aku sangat suka cake apalagi buatan Willy. Aku pun menikamati kue sambil melihat kebawah. ‘Kapan Willy datang, ya?’ pikirku menunggu kedatangan Willy. Setidaknya kalau ada dia, aku bisa bercerita dan tidak bosan. “Kau sombong sekali ya, Mikaela.” sebuah suara berat dibelakangku sontak membuatku berbalik. Sialan, kenapa si Raymond itu kesini. “Kau bahkan tak membalas uluran
Podomoro City Apartement Willy POV Aku terus kepikiran tentang apa yang baru saja menimpa Mikaela. Aku sama sekali tidak habis pikir dengan si bajingan bernama Raymond itu. Rasanya emosiku meluap saat mengingat bagaimana dia mencoba menyentuh Mikaela. “Ukhh!” aku merintih saat merasakan tubuhku gemetar karena mulai emosi. Pikiranku jadi panas dan harusnya aku tidak boleh banyak pikiran. Aku pun melangkahkan kakiku menuju meja kerjaku yang berisi obat-obatan yang biasa kuminum. “Harusnya aku tidak boleh terlalu lelah bahkan keluar malam-malam seperti ini. Tapi, kalau aku tidak ada, entah bagaimana keadaanmu Cassie.” gumamku setelah meminum obat-obatanku. Rasanya gemetar dan nyeri di kepalaku mulai mereda. Meski begitu, aku masih terus memikirkan soal apa yang terjadi sebenarnya dibalik pernikahan Marcel dan Mikaela. Entah kenapa aku sangat penasaran dan benar-be