Share

LOVE KILLA
LOVE KILLA
Author: RHEI PRADIPTA

PROLOG

Prolog

"Aku sudah membereskannya. Aku harap, kau tidak melupakan kesepakatan kita." ancam seorang pria pada orang lain diseberang telepon. Pria itu bahkan menarik sudut bibirnya sambil membayangkan keuntungan yang akan ia dapatkan dari kesepakatan itu.

Kakinya yang terbalut sepatu coklat berbahan suede memainkan daun-daun maple yang berguguran di atas tanah. Dan dalam sepersekian detik, pria itu tertegun. 

"Apa? Membuangnya?" tanya pria itu pada orang di seberang telepon.

Pria itu memainkan revolver ditangan kirinya. Sedikit mempertimbangkan tawaran dari lawan bicaranya ditelepon. Lalu menengok ke belakangnya. Menatap dua tubuh yang sudah terkapar tidak berdaya dan bersimbah darah. 

"Cih! Baiklah!" jawab pria itu, akhirnya.

KLIK

Panggilan terputus, "Sial! Menambah beban pekerjaanku saja!" umpat pria itu sambil memasukan telepon genggamnya ke dalam saku jaket hitam miliknya yang tebal.

Pria itu berbalik. Berjalan dengan santainya, menghampiri dua tubuh tadi. Lalu berjongkok di antara keduanya. Tubuh seorang pria dan wanita. Wanita di sebelah kanannya sudah terbujur kaku setengah jam yang lalu. Matanya terbelalak dan cairan merah yang masih terus mengalir dari perutnya. 

Menyedihkan! cibir pria itu dalam hatinya.

Pria itu mengalihkan perhatian ke samping kirinya. Tubuh pria di sampingnya masih bernapas. Tentu saja dengan susah payah. Sekujur tubuhnya dipenuhi banyak luka dan darah. Bahkan wajahnya hampir tidak bisa dikenali, karena terlalu parahnya luka yang ia alami.

"Wah! Aku tidak menyangka kalau kau sekuat ini." ucap pria itu dengan nada sinis.

Pria yang sekujur tubuhnya terluka itu hendak berbicara, namun karena tubuhnya terlalu lemah ia hanya bisa membuka sedikit mulutnya. Bahkan suaranya mengambang entah kemana. 

"Hahaha! Tidak bisa berbicara, ya? Kasihan sekali! Hahaha!" tawa pria itu terdengar meremehkan korbannya. Ia lalu merogoh kembali saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah jarum suntik.

"Kau tahu apa ini?" pria itu menatap jarum suntik yang dipegangnya.

"Ya, benar! Ini adalah racun yang akan mengantarkanmu bertemu dengan kekasihmu itu." Pria itu menyeringai dan merasa sangat puas ketika menyadari kalau korbannya -pria yang tidak berdaya dengan banyak luka ditubuhnya- merasa ketakutan.

"Hei, tenang saja, kawan! Ini tidak akan menyakitkan. Rasanya hanya seperti kau meminum obat pereda nyeri biasa."

Pria itu lalu mulai memberi suntikan pada korbannya. Satu detik... Tiga detik... Lima detik... Obat itu mulai bekerja. Tubuh pria yang penuh luka itu mulai kejang-kejang. Bola matanya berbalik dan berubah warna menjadi putih. Tepat dalam lima belas detik, tubuh pria itu kembali tenang. Terdiam. Bahkan napasnya pun ikut menghilang.

"Kau tidak akan mati dengan sia-sia, Andrea."

Pria itu hanya memandangi tubuh korbannya dengan pandangan yang sangat dingin.

***

Hai... salam kenal penulis 😊

Panggil aku Areilla atau Rei

Terima kasih sudah bersedia membaca bagian awal dari cerita ini. Semoga ke depannya penulis bisa konsisten untuk terus update dan membuat ceritanya semakin menarik.

Semoga kalian suka dengan cerita ini 😄

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status