“Kenapa? Anda masih hidup?”Pertanyaan yang sama seperti saat berhadapan dengan Richardson. Kali ini Farel Branson juga mengatakannya, namun ia juga menganggap Halbert sebagai hantu sebab dirinya memilih untuk menyangkal keberadaannya.“Jawablah, di mana Gaston?”“Tidak tahu! Aku sudah bilang bahwa aku tidak tahu!”Di dalam lingkaran api yang kian merajalela, keduanya masih berbincang, atau lebih tepatnya Halbert yang mendesak Farel berbicara tentang sesuatu.“Aku sudah bilang, bahwa aku tidak tahu. Apa kau masih tidak mengerti juga?”“Maaf, ya. Aku bertanya terlalu keras. Baiklah jika kau tidak tahu.”Untuk sesaat Farel merasa senang, mungkin ia mengira bahwa lelaki yang ada di hadapannya saat ini akan melepaskannya begitu tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa.“Tapi!” teriak Halbert serayw mengacungkan pedang ke arahnya. “Jawab pertanyaanku, apa peperangan ini karena ulah kalian?!”Farel bergidik merinding. Nampaknya ia kesulitan menjawab sebab jawaban itu tentu pasti ada di tangannya.
Matahari telah meninggi hingga ke atas kepala, teriknya yang panas mengengat tubuh mati miliknya. Kesendirian yang membuat ia semakin jenuh, namun langkahnya tetap tak bisa berhenti bila merasa urusan itu belumlah selesai. Setidaknya uruslah sebagian kecil urusan itu sebelum masuk neraka atau surga, kelak kedamaian hati 'kan menanti jiwanya tenang.Saat itu, tiba-tiba saja Halbert ambruk saat hendak mengejar seorang wanita yang merupakan targetnya juga. Sebab setengah tubuhnya terbakar, entah seberapa besar dampak yang pasti. Namun ini bisa jadi adalah kelemahan undead. Jika kebanyakan undead tak berakal hanya bisa merangkak setelah dibakar, maka ini adalah keajaiban karena Halbert masih memiliki akalnya dan itu membuatnya bisa berlari cepat.“Salamander, aku tertidur sampai kapan?”“Kau tertidur sampai satu hari satu malam. Yah, hampir mendekati dua harian, karena sekarang sudah siang.”“Oh, begitu.”“Apa kau tidak apa, bocah? Begitu terbangun kau langsung berlari.”“Aku tidak meras
Kejadian ini bermula, saat setelah Halbert meninggalkan wilayah kerajaan demi mengejar asas balas dendamnya terhadap Anggota Pedang Raja. Saat itu, Raja tak merasa ada keberadaan orang lain selain Halbert yang barusan pergi ataupun dirinya sendiri yang ada di dalam kamar itu. Namun dalam sekejap, orang itu langsung muncul di belakang sang raja serta menodongkan senjata bilah pedang tersebut tanpa ragu sedikitpun. Entah apa yang mereka bicarakan saat hanya berduaan saja. Ditambah lagi, keesokan harinya, Komandan Earl dan semua prajuritnya baru saja terbangun. Setelah merasakan adanya kejanggalan, ia pun merasa bahwa ini ulah seseorang yang ia kenal dengan baik. Akan tetapi, masa perang yang seakan tak menentu ini membuat semua orang lengah. Yang sebelumnya dikira perang telah berakhir, tapi ternyata belum sama sekali. Sekumpulan undead bersenjata bangkit dari area gudang makanan, berdekatan dengan barak militer bagian belakang. Hampir sebagian prajurit yang barusan terbangun itu la
Hari itu adalah hari yang terasa begitu panjang. Namun sebenarnya hanya berlalu sekitar 2-3 hari saja. Peperangan ini ada, karena bermula suatu insiden kecil dari hilangnya seorang wanita yang kemudian berlanjut anak-anak. Tidak lama insiden itu menjadi besar, dari yang sebelumnya penculikan berubah menjadi insiden pembunuhan. Hal tersebut memicu amarah para penduduk yang bertempat tinggal di wilayah awal sana, yang berpikir bahwa kejadian-kejadian tersebut terjadi karena kerajaan tetangga. Orang yang memprovokasi mereka adalah Richardson—salah satu anggota Pedang Raja. Lalu, tiba-tiba kerajaan Lidah Buaya, dikenal dengan raja yang cinta damai justru mendeklarasikan perang terhadap musuh yang sama. Sedari awal Halbert mengetahuinya, bahwa itu semua mustahil terjadi. Karena ia tahu betul sifat Yang Mulia Raja. Namun pemicu hingga berakhirnya perang tak terelakkan. Sulit menghindarinya dan juga sulit menekan peperangan itu sendiri. Bahkan Komandan Earl menjadi lengah, ia sepenuhny
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mencari keberadaannya, Gaston Bruke justru muncul di tempat tak terduga. Alih-alih mengancam nyawa Yang Mulia Raja Eadric, namun Halbert merasa bahwa tujuannya adalah dirinya sendiri. Seolah Raja hanya umpan, dan Halbert yang kembali berhadapan sudah berada dalam tangkapannya. “Sihir itu, teleportasi? Yah, itu wajar. Di memiliki sihir gelap sekarang. Sementara sihir semacam itu adalah sihir yang memotong ruang dan waktu, sihir terlarang.”Dalam perjalanan, pergi dari wilayah kota kerajaan, Halbert kembali menyamar dengan mengenakan pakaian desa yang kebetulan tergantung di sudut kotak dalam gang kecil di dekat sana. Entah milik siapa namun mungkin pakaian itu baru saja dibuang. Dengan pakaian semacam ini, Halbert takkan mudah dicurigai. Membaur di antara penduduk desa adalah perkara mudah guna menyelesaikan urusannya. “Karena dia punya sihir semacam itu, berarti mudah baginya untuk berpindah tempat dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Inila
Perawakan yang tampak kurus apabila mengenakan pakaian serba hitam. Rambut yang sama hitamnya membuat sosok lelaki itu tampak seperti dewa kematian. Suara yang tegas namun menenangkan seolah sedang melucu, reaksinya saat mudah panik membuat ia terlihat semakin lucu. Meski kedua matanya tak terlihat ada pergerakan ekspresi, namun ia tahu betul pria ini sedang menanti sesuatu yang besar. Dan walau senyum masam ada di balik kain hitam tersebut, ia juga yakin ada hal yang perlu disembunyikan baik-baik. “Saat melihatmu, aku memiliki perasaan bahwa kamu adalah dia. Entah kenapa aku bernostalgia. Ah, apa itu benar dirimu?”Sosok lelaki yang pernah ditemui Halbert saat di kedai. Lelaki pertama yang ditemuinya setelah masa kebangkitan menjadi Undead. Awalnya mungkin ia tidak menyangka kalau pria tersebut adalah Halbert. Atau bahkan sampai sekarang ia masih berusaha untuk menyangkal. Ia menerima bahwa Halbert telah tiada. Namun,“Pria itu?!!” Saat melihat punggung pria berpakaian hitam yan
Sudah beberapa kali Ramon menyela setiap perkataan Halbert yang enggan ia dengarkan. Ramon yang hari ini, mengutarakan semua yang ia ketahui dalam waktu singkat melalui Diana. Ia juga merasa lega saat melihat wajah temannya itu kembali setelah sekian lama tak berjumpa. Sungguh, Ramon merasa senang. Sampai tidak sempat mengucapkan selamat tinggal, di hari kematiannya sendiri.“Ramon?” Diam dengan kedua tangan gemetar. Halbert merasa marah. Darah segar yang mengalir terasa begitu dingin ketika disentuhnya. Sorot mata yang sepintas tampak seperti batu obsidian itu mengukir rasa dendam setiap kali teringat dirinya yang terbunuh di tangan Gaston. “Ramon, maaf.” Halbert kemudian berlari meninggalkan mayat Ramon di sana. Ia tak bisa lagi menahan amarah ini. Sementara pelaku yang tega membunuh penduduk biasa non sihir, masih berada di sekitar. Rupa-rupanya tak jauh dari sana. Diana telah ditemukan oleh beberapa prajurit yang memang sedang mencari keberadaannya.“Anda Nona Diana, Saint be
Diana adalah seorang wanita yang cukup cantik, banyak pria mengincarnya termasuk Halbert. Namun sebuah perasaannya itu tak pernah tersampaikan sebab dirinya selalu sibuk bekerja membasmi monster. Namun jika dipikir kembali, rasanya Halbert kecewa. Lebih tepatnya setelah kematian Halbert sendiri, ia jelas kecewa dengan Diana yang ternyata juga mengkhianati. Tak hanya itu saja, bahkan Diana juga sudah berubah sifatnya. Ia yang dulu lemah lembut, namun sekarang menjadi wanita penggoda. “Kau merayu banyak lelaki dengan cara begini? Ditambah lagi kau membunuh seseorang yang tidak kau sukai? Betapa kejamnya dirimu, Diana.”“Tunggu sebentar, kau? Tuan Stanley?” Diana mencoba memproses pemikirannya saat ini. Ia tak pernah berpikir bahwa akan ada sosok Halbert di hadapannya saat ini. Tapi sekarang cukup jelas hingga membuatnya terdiam membisu.“Tidak mungkin. Kau pasti orang yang kebetulan mirip dengannya.”“Tidak mungkin? Apa yang membuatmu merasa itu tidak mungkin? Bukti sihir gelap pada