Beranda / Fantasi / Lahirnya Kultivator Dewa Samudra / 90. Petinggi Sekte Black Ocean

Share

90. Petinggi Sekte Black Ocean

Penulis: VAD_27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 19:10:13

"Sebenarnya apa maksudnya? Apa yang mereka berdua bicarakan?" Tanya salah satu petinggi di bawah lautan, markas mereka.

Mereka sedang menonton Kael yang bertarung dengan Plagius lewat kerang yang dibawa Jeral.

"Kenapa Pangeran menyebut namanya sendiri seperti nama orang lain?" Tanya satu petinggi.

"Apa maksudnya bahwa Kaelthar sudah mati? Lalu yang kita lihat sekarang ini siapa?" Tanya Harkas bingung.

Sementara Grandmaster Varyon merenung dengan raut wajah menurun dan tatapan mata tajam. Dia memikirkan hal lain yang lebih darurat daripada percakapan antara Ayah dan anak itu.

Ia merasakan kehadiran Plagius seperti dentuman pukulan langsung ke dada.

“Dia sudah menyatu dengan Tanah Purba Ardor... dia menjadi Roh Daratan itu sendiri,” gumam Varyon setelah diamnya.

Sontak hal itu memicu rasa terkejut berlebihan dari petinggi yang lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   92. Akhir balas dendam Vaeli

    Langit mulai memudar ke warna kelabu ketika perang di laut dan daratan memuncak di segala penjuru. Laut telah menelan kekaisaran, tapi masih tersisa banyak titik perlawanan di berbagai wilayah pantai.Di satu sisi tebing pesisir yang masih berdiri, sebuah medan pertempuran kecil berkecamuk hebat.Di antara puing dan bebatuan tajam, Demata berdiri dengan tubuh berlumur darah. Di sekelilingnya, mayat-mayat kultivator bumi yang mencoba menyerang titik perlindungan Sekte Black Ocean berserakan tak bernyawa. Gelombang air mengalir pelan dari tubuh-tubuh mereka yang remuk, tersapu bersih oleh kekuatan air yang sangat presisi dan mematikan.Teknik yang digunakan Demata tadi adalah teknik rahasia sektenya: “Napas Ketujuh Laut Dalam.”Tidak seperti Kael yang mengendalikan air dalam skala besar, teknik Demata adalah penggabungan antara gerakan tubuh dan manipulasi tekanan air di sekitarnya. Saat ia bergerak, ia menciptakan semburan air tipis setajam pisau y

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   91. Kael VS Plagius

    Langit menghitam. Awan menggumpal seperti daging langit yang luka. Petir menyambar dari balik gumpalan awan gelap, menyinari siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan di garis batas antara laut dan tanah.Di satu sisi, berdiri Kael, tubuhnya dibalut Tide Armor—mantel air laut membentang dari bahu hingga pergelangan, rambutnya berkibar dihembus badai. Di sekelilingnya, air bergolak, seolah dunia basah itu sendiri merespons kehadirannya.Di sisi lain, menjulang tinggi, berdiri Kaisar Plagius dalam bentuk barunya—Golem Daratan Ardor. Tubuhnya bukan lagi berdaging, melainkan terdiri dari batu, mineral, dan magma. Tingginya mencapai dua puluh meter. Tubuh raksasa itu berdetak seperti jantung bumi. Dari punggungnya, pilar-pilar batu melesak seperti duri, dan matanya menyala merah menyilaukan.Pertarungan terakhir telah dimulai.Kael melangkah pertama.Air di bawah kakinya berputar, membentuk semacam landasan loncatan. Dalam satu dorongan,

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   90. Petinggi Sekte Black Ocean

    "Sebenarnya apa maksudnya? Apa yang mereka berdua bicarakan?" Tanya salah satu petinggi di bawah lautan, markas mereka. Mereka sedang menonton Kael yang bertarung dengan Plagius lewat kerang yang dibawa Jeral. "Kenapa Pangeran menyebut namanya sendiri seperti nama orang lain?" Tanya satu petinggi. "Apa maksudnya bahwa Kaelthar sudah mati? Lalu yang kita lihat sekarang ini siapa?" Tanya Harkas bingung. Sementara Grandmaster Varyon merenung dengan raut wajah menurun dan tatapan mata tajam. Dia memikirkan hal lain yang lebih darurat daripada percakapan antara Ayah dan anak itu. Ia merasakan kehadiran Plagius seperti dentuman pukulan langsung ke dada. “Dia sudah menyatu dengan Tanah Purba Ardor... dia menjadi Roh Daratan itu sendiri,” gumam Varyon setelah diamnya. Sontak hal itu memicu rasa terkejut berlebihan dari petinggi yang lain.

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   89. Kebangkitan Besar

    Suara gelombang yang mereda tidak berarti ketenangan telah kembali. Di seberang puing-puing Kekaisaran Ardor yang baru saja ditelan tsunami, laut tampak lebih suram dari biasanya. Air berwarna keperakan memantulkan cahaya matahari yang tertutup kabut abu-abu, dan dari arah reruntuhan, aura bumi yang sangat pekat mulai meresap keluar.Sekte Black Ocean masih berjaga dalam lingkaran luas di luar kubah air. Tubuh-tubuh lelah berdiri dengan napas tersengal, memeluk luka dan kehilangan. Di antara mereka, Wastron dan Jeral berdiri berdampingan, tangan mereka masih siap dengan segel esensi jika serangan datang kembali.Kael berdiri di atas punggung King Seadragon, memandang reruntuhan benteng tertinggi Kekaisaran Ardor yang kini setengah tenggelam. Namun sesuatu mengusik pikirannya—suatu getaran tak wajar yang merambat dari dasar laut, langsung menusuk ke sumsum spiritualnya dan mengguncang Thal Energy dalam tubuhnya."Apa yang terjadi?" Gumam Kael saat merasaka

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   91. Kael VS Plagius

    Langit menghitam. Awan menggumpal seperti daging langit yang luka. Petir menyambar dari balik gumpalan awan gelap, menyinari siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan di garis batas antara laut dan tanah.Di satu sisi, berdiri Kael, tubuhnya dibalut Tide Armor—mantel air laut membentang dari bahu hingga pergelangan, rambutnya berkibar dihembus badai. Di sekelilingnya, air bergolak, seolah dunia basah itu sendiri merespons kehadirannya.Di sisi lain, menjulang tinggi, berdiri Kaisar Plagius dalam bentuk barunya—Golem Daratan Ardor. Tubuhnya bukan lagi berdaging, melainkan terdiri dari batu, mineral, dan magma. Tingginya mencapai dua puluh meter. Tubuh raksasa itu berdetak seperti jantung bumi. Dari punggungnya, pilar-pilar batu melesak seperti duri, dan matanya menyala merah menyilaukan.Pertarungan terakhir telah dimulai.Kael melangkah pertama.Air di bawah kakinya berputar, membentuk semacam landasan loncatan. Dalam satu dorongan, tubuhnya melesat seperti tombak, menerjang dad

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   87. Serangan mematikan

    Angin laut berembus perlahan, tapi udara di pesisir itu terasa berat. Di antara mayat prajurit kekaisaran yang terdampar di pasir basah dan rakyat Tydoria yang mulai sadar dari trauma, dua pria berdiri saling berhadapan. Pollux, Tetua Laut Tengah, berdiri tegap, jubahnya bergoyang seiring arus yang berputar lembut di sekitarnya. Di depannya, berlutut di pasir yang basah oleh darah dan hujan, adalah Jenderal Shipor Black. Wajah Shipor lusuh. Rambutnya acak-acakan. Matanya merah bukan karena amarah, tapi karena beban yang menghancurkan dirinya dari dalam. “Pollux…” suaranya lirih, patah-patah. “Aku… aku tak punya pilihan…” Pollux tidak menjawab. Pandangannya tetap dingin, menembus lubuk hati Shipor yang paling gelap. “Aku tahu aku salah.” Shipor mengepalkan tangannya. “Aku tahu Kael mempercayaiku lebih dari siapa pun. Aku… aku bersumpah setia padanya. Tapi… saat mereka mengancam keluargaku, istri dan anakku… aku tak bisa. Aku tak bisa bertaruh nyawa mereka!” Tangis lirih keluar da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status