Kaelthar S. Azure, pangeran buangan yang tak bisa berkultivasi, mencuri artefak kuno demi menggulingkan Kekaisaran Ardor. Namun artefak itu bukan senjata, melainkan roh pohon yang membangkitkannya dari kematian—dan membuka rahasia tubuhnya yang ditakdirkan untuk kultivasi laut, kekuatan yang ditindas Kekaisaran. Dikhianati dan dijatuhi hukuman mati, Kael diselamatkan oleh pemberontak kultivator laut. Kini, dengan kekuatan baru dan sekutu tak terduga, ia bersumpah akan menggulingkan rezim kejam yang telah menindas pewaris sejati dunia. Tapi di tengah politik, pengkhianatan, dan perang lautan, Kael harus memilih: mengubah takdir—atau tenggelam dalam arus kekuasaan.
Lihat lebih banyakLangkahnya dibawa berlari kencang menyusuri lorong marmer, memasukan artefak ke balik sabuk kerajaan, menarik kain yang membebat dibaliknya.
"Pangeran Kaelthar terlihat memasuki lorong ketiga, kepung di bagian pintu depan dan belakang Temple!" Mengabaikan teriakan yang menggema ke langit kuil, Kael melecutkan kain ke arah obor sampai padam. Salah satu penjaga yang berdiri di mulut lorong mengeluh dalam hati tatkala lorongnya berubah gelap, dia tidak bisa melihat sosok Kael berbelok kemana dibanyaknya persimpangan lorong. "Tutup semua pintu yang mengarah keluar." Titahnya sebelum masuk ke lorong gelap berbekal obor. "Pangeran Kaelthar!" Netra Kael mengerjap tatkala mendegar suara dari belakangnya, dia memutuskan berbelok ke lorong kanan, menempelkan punggung pada marmer dingin sambil mengatur napas agar lebih tenang. Suara tegap penjaga terdengar tepat di sampingnya, riak api dari obor memenuhi dinding tempat Kael berdiri, tangan Kael melepas ornamen giok yang menggantung di sabuk kerajaannya, melempar ke arah lorong sebaliknya. menimbulkan suara gema membuat penjaga mengejarnya. Setelah mengelabuinya, Kael kembali berlari lebih dalam ke lorong dengan menekan suara langkah kaki sampai menemukan pintu. "Pangeran Kaelthar ada di balik pintu ini!" "Bersiap masuk!" Kael berdecak tatkala suara-suara bariton terdengar dari arah luar pintu yang terletak dua meter di depannya. Tidak ada jalan lain, lorong ini hanya dibuat lurus mencapai pintu. Brak! Para penjaga masuk lewat pintu namun Kael sudah tidak ada di sana. "Mustahil." Ujar penjaga paling depan. "Tidak ada tempat keluar dari sini! Apalagi Pangeran bukan seorang kultivator!" "Mundur! Kita sergap di depan Temple!" Perintah salah satu penjaga, membuat pasukan meninggalkan lorong. Menyisakan Kael yang menempel di sudut atap lorong seperti cicak. Kael membuang napas lega, satu tangannya bergerak meraba atap lorong untuk menemukan pegangan. Srett! Suara gesekan besi mengiris telinga tatkala Kael membuka pintu lantas masuk ke dalamnya, memanjat ke atas atap. * "Dia lolos?" "Putra Mahkota, mohon ampun! Pangeran Kael berhasil meloloskan diri dari lorong yang hanya terdapat satu pintu!" Ujar kepala penjaga, membungkuk empat puluh lima derajat ke depan dan telapak tangan kanan menempel di pundak kiri. Pria berambut hitam dengan jubah panjang berbahan sutra dan bordiran emas yang membungkus tubuhnya jadi mendesah panjang. "Kael itu anggota keluarga Kekaisaran, dia tahu pintu rahasia di Temple ini. Kepung di bawah, dia akan muncul di atap." Setelah mengangguk dan pergi, Riverin menoleh pada pria yang mengenakan jubah putih dan kacamata bulat berantai emas. "Your highness." Ujar Sylas memberi hormat. "Jadi, apa artefak yang Kael curi dan kegunaanya?" Tanya Riverin tanpa basa-basi. Sylas membenarkan letak kacamatanya. "Hanya artefak biasa yang saya temukan di pesisir pantai di masa lalu. Tidak ada kegunaan pasti maupun cara memakainya, tidak diketahui. Saya membawanya pulang karena bentuknya cantik dan memancarkan energi luar biasa. Tapi anehnya, itu bukan memancarkan energi bumi yang biasa kita gunakan." * Napas Kael memburu, tatkala sudah duduk di atap tiga tingkat berbentuk bilah melengkung. Dia mengeluarkan artefak berbentuk kerang putih yang terbuka dan terdapat mutiara biru di dalamnya. Kael membuka secarik kertas terkait informasi yang dia dapat dari mata-matanya, membacanya. "Namanya tidak diketahui, tapi artefak ini adalah kunci kekuatan besar yang kau cari untuk menggulingkan kekaisaran. Caranya adalah putar kuncinya." "Ha?" Gumam Kael mengangkat sebelah alisnya heran, dia jadi meniti artefak itu lebih dekat. "Apa maksudnya? Aku tidak menemukan kunci dimanapun. Apa yang harus aku putar?" Tanyanya, mencoba memutar mutiara di dalamnya namun tidak bergerak. Kael tersentak tatkala permukaan jarinya serasa tersetrum listrik. Netra Kael melebar dengan napas tercekat tatkala mutiara biru itu sekilas menampilkan ombak. "Apa barusan?" Gumam Kael. "Pangeran Kaelthar! Saya mohon, tolong turun dari sana!" Kael tersentak tatkala Templenya berguncang, dia berdecak. "Ini pasti kekuatan kultivasi bumi." ... "Pangeran Kaelthar! Percuma! Anda tidak bisa lari!" Teriak kepala penjaga, membelalak tatkala Kael melongokan wajah ke arahnya, tidak lagi sembunyi. "Aku minta maaf telah merepotkan kalian, aku kembalikan artefaknya!" Kepala penjaga terkesiap tatkala kantong kain melayang tinggi ke bawah. "Astaga! Hei, tangkap artefaknya!" Sebagian penjaga berlari, berebutan untuk menangkapnya membuat penjagaan di salah satu sisi Temple kosong, Kael memanfaatkannya, dia memasang tambang ke ujung atap yang melengkung lantas turun lewat tali dalam satu tarikan. ... Kepala penjaga membuang napas lega, membuka kantong tadi. "Sial. Ini jebakan. Tangkap Pangeran Kaelthar!" Umpatnya membanting ornamen giok berserta kantongnya ke tanah. Penjaga berlari ke tepian kuil, karena temple dikelilingi sungai, maka hanya satu jalan untuk keluar ke arah pegunungan—paling dekat ke kuil, Kael pasti akan melewati jembatan. Kepala penjaga membelalak dengan jantung mencelos tatkala mendapati jembatan kayu yang terbakar, hancur dan berjatuhan ke sungai. Dia hampir mengumpat tatkala menemukan di sebrang sungai, Kael tersenyum dengan obor di tangannya, melempar obor ke sungai, lantas berlari masuk ke hutan, pegunungan Valtharos. "Sial! Dia berhasil kabur lagi!" Padahal dia hanya manusia biasa tanpa kemampuan kultivasi, tapi sulit sekali menangkapnya dengan mempertimbangkan rasa hormat. ... Kael berlari menerobos hutan Acer palmatum var. atropurpureum yang bersinar seperti ladang emas tatkala daun merahnya disapa cahaya matahari. Napasnya memburu, fisiknya melemah, langkahnya berhenti di depan satu-satunya jenis pohon berbeda di hutan, Yggdrasil. Pohon dengan dahan saling membelit yang celahnya bercahaya kebiruan, terdapat ruang di dalam pohonya. Kael membuang napas lega, "sekarang aku aman." "Kau pikir begitu?" Brugh! Tubuh Kael menghantam tanah, punggungnya diduduki, kedua tangannya ditahan ke belakang punggung. "Tidak!" Pekik Kael tatkala kertas dan artefaknya dirampas. "Kenapa kau membuat keributan hanya demi artefak tidak berharga? Urusan penangkapan para kultivator laut terlarang yang melanggar aturan Kekaisaran masih terbengkalai, seharusnya kau tengah mengurusnya saat ini." Keluh Riverin, dia berpikir lebih cerdik dan mendahului Kael sampai di sini. "Lepaskan aku, ini bukan urusanmu. Dan kembalikan artefaknya!" Riverin mengabaikan, dia menjauh tatkala Kael berontak dan ingin merebut kertasnya terlebih dahulu. Riverin jadi membacanya cepat sebelum membelalak lebar, tubuhnya membeku dengan napas tercekat. "Apa ini maksudnya, Kael? Artefak untuk menggulingkan Kekaisaran?" Riverin tercekat. "Jangan bilang kau berniat memberontak?" Kael diam tapi tatapannya tajam dengan raut wajah mengeruh. Riverin tertegun karena ini dia anggap sebagai pembenaran, dia kesulitan mencerna informasi ini sebelum mengeluarkan pedang dari sarung, menjulurkan ke arah Kael. "Jangan bercanda, Kaelthar." Bisik Riverin dingin. "Jika kertas ini aku bawa ke Hall of Celestial Judgement, kau akan diputuskan sebagai pemberontak dan seluruh orang di dalam Istana akan diselidiki untuk menemukan penghianat yang mengirimkan informasi ini padamu!" Sentak Riverin naik pitam. "Apa aku terlihat bercanda bagimu?" Kael mendesis. "Kekaisaran ini busuk, mendiskriminasi manusia biasa dan menangkap para kultivator laut. Apa salah keduanya? Mereka tidak pernah membuat Kekaisaran rugi dalam hal apapun, tapi mereka tidak mendapatkan keadilannya! Ini salah, Riverin. Ada yang salah dengan aturan yang dibuat Kaisar!" Pundak Riverin merosot dengan ujung pedang menurun, mencerna semuanya sebelum menggertakan gigi dengan urat leher mengencang. "Padahal aku mengharapkan kau menjadi Pangeran yang membantuku mengurus Kekaisaran setelah aku naik tahta. Kau menghianatiku, menghianati Ayah dan semua orang, Kael." Kael menggeleng suram. "Maafkan aku tapi, aku tidak melihat masa depan rakyat di kedua tanganmu." Riverin tersentak dengan jantung mencelos, berdecih keki dengan napas memburu. Api di kepalanya tersulut dan berkobar. "Jaga bicaramu." Bisiknya dingin dengan wajah mengeras. "Manusia lemah yang bahkan tidak bisa berkultivasi sepertimu, tidak pantas membicarakan masa depan rakyat! Memangnya kau bisa apa jika naik tahta? Kau pikir tiga klan besar akan tunduk pada manusia biasa sepertimu? Kau pikir para sekte pemberontak yang mengagungkan teknik kultivasi laut yang terlarang itu tidak akan membawa tsunami untuk menyapu tubuhmu dari tahta?!" "Aku akan menyeretmu dan orang yang membantumu ke pengadilan!" Sentak Riverin naik pitam, menebas Kael namun dia berhasil menghindar, hanya memotong ujung lengan pakaiannya. Riverin melempar pedangnya, dari awal itu hanya hiasan. Dia adalah kultivator bumi. Riverin mengepalkan tangan, mengumpulkan energi bumi ke sana sebelum menghantam tanah, membuatnya bergoyang dan menjatuhkan Kael ke tanah. Riverin mendekat, Kael memanfaatkannya dengan menendang kedua kakinya, membuatnya terjatuh. Kael memanfaatkannya untuk mengambil artefak yang terlempar, namun dia gagal mengambil kertasnya. Kael tersentak tatkala tubuhnya ditendang sampai menabrak Yggdrasil, membuat artefaknya jatuh ke dalam celah pohon. Riverin jadi naik ke atas tubuh Kael yang terlentang, memukulinya membabi buta dengan kemampuan pengerasan kepalan tangannya, Kael tidak dapat melawan, dia hanya bisa menerima rasa sakit setiap pukulan. Darah mengalir dari hidungnya, Kael menyeringai. "K-kau tidak akan bisa menjadi Kaisar yang bijaksana." Netra Riverin membelalak dengan jantung mencelos sebelum emosi menelan kewarasannya. Bugh! Kael membelalak, darah menyembur keluar dari bibir tatkala kepalan tangan Riverin menembus ulu hatinya sampai berlubang. "Keputusan bodoh, Kael. Bahkan artefak yang kau curi hanyalah artefak yang tidak jelas kekuatannya, artefak sampah." Cemooh Riverin sebelum berbalik pergi. Netra Kael melebar dengan jantung mencelos di balik kesakitannya. Tangannya mengepal dengan wajah mengeruh. Bajingan. Jadi dia salah mencuri artefak, pantas informasinya menyimpang. "Sial." Umpat Kael sebelum mengerjap, netranya terpejam rapat, kali ini untuk selamanya. Darah Kael melebar cepat, masuk ke dalam pohon sebelum mengenai artefak yang tadi terlempar ke sana, membuat mutiaranya bercahaya terang sebelum ombak besar keluar dari lubang pohon, melahap mayat Kael sampai lenyap. Sedetik, ombak itu kembali dan menyisakan mayat Kael. Kael hidup kembali. Namun, tubuhnya bukan lagi miliknya.Jantung Kael berdebar seiringan dengan deburan ombak saat mendapati raut gelisah dan terkejut yang kentara dari Pollux."Sebenarnya ada apa? Maksud bintang hitam itu apa?" Desak Kael.Pollux bergeming dengan kening mengernyit sebelum menatap Kael dalam."Aku harus memastikannya sendiri. Untuk sekarang, jagalah Anna dan jangan mencari keributan dengan Jenings maupun wanita itu." Peringat Pollux."Tunggu! Guru!" Tukas Kael namun Pollux sudah melenggang pergi.Kael jadi menipiskan bibir dengan wajah gelisah. Ini sungguh mengganggu hatinya. Dia resah memikirkan segala kejadian dan kemungkinan buruk yang akan terjadi.Anna mengerang pelan sebelum mengerjapkan netranya dan beranjak bangun."Kau sudah baik-baik saja?" Tanya Kael."Berapa lama aku tidur?" Gumam Anna menguap dan mengucek sudut matanya."Hanya sebentar." Jawab Kael melirik pada pundak polos Anna dan kaki telanjangnya."Ayo, ikut aku sebentar." Ujar Kael menarik lengan Anna dengan tergesa membuat gadis itu tidak sempat bertanya.
Pasar selalu ramai menjelang siang, saat matahari terbenam dan aroma herbal dari kios-kios pengobatan mulai bercampur dengan asap dari kedai babi panggang dan wangi teh roh merah. Kael berdiri di balik tiang kayu berukir, matanya menyipit menembus keramaian. Di antara puluhan pejalan kaki, dia tengah mengintai sosok yang kini berjalan santai melewati Pasar—Jenings.Kepalan tangan Kael menguat dengan gigi menggertak saat Jenings kembali bersama perempuan lain yang berbeda dari terakhir kali.Di sampingnya berdiri seorang wanita muda dengan rambut oranye menyala, jatuh hingga punggung. Kain hitam membebat tubuh wanita itu— menampilkan beberapa bagian seperti paha dan dada namun dia menutupinya dengan jubah hitam pendek sepunggung."Bagaimana dengan pertandinganmu hari ini?" Tanya si wanita, membelai halus lengan Jenings dengan jari lentiknya."Pertandingan tadi seri, lawanku bukan seorang keroco seperti biasa." Jawab Jenings."Uangnya?" Tanya si wanita dengan raut wajah menurun sebelum
"Jangan bercanda!" Tukas Kael naik pitam dan menarik kerah baju Jenings."Kau pikir aku akan tertipu?"Jenings sontak mengerutkan kening mendengar tudingan Kael sebelum menepis lengannya dengan kasar."Kau pikir aku tipe yang suka bercanda?" Desis Jenings, mulai tersulut karena dituduh sembarangan.Napas Kael memburu dengan pundak naik turun, netra tajamnya menatap Jenings lekat. Apa Kael sekarang sudah kena tipuan? Karena dia tidak melihat kebohongan sama sekali di wajah Jenings.Sorot matanya jujur.Kening Kael berdenyut pusing, Kael tidak boleh langsung percaya begitu saja. Bagaimanapun dia adalah pria yang mencumbu wanita lain saat sudah memiliki komitmen dengan Anna.Kedua kepalan tangannya kembali naik dengan pundak waspada, berniat melanjutkan pertarungan.Jika tidak dapat dikonfrontasi langsung, Kael akan membongkar perilaku Jenings diam-diam!Keduanya kembali melanjutkan pertarungan, kali ini dengan intensitas lebih tinggi membuat penonton terperangah karena kencangnya suara
Suara di arena bergemuruh, penonton bingung menentukan kepada siapa uang mereka ditaruhkan. Apakah kepada Jenings yang merupakan petarung terkuat tanpa bisa dikalahkan siapa pun? Atau pada penantang berinisial K yang bisa mengalahkan 100 orang dalam dua hari? Pertarungan itu dimulai dengan sengit. Kael melesat cepat ke arah Jenings sebelum melayangkan satu pukulan. Namun Jenings menahannya dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah, lantas balik memukul Kael yang meloncat mundur. "Ini pertama kalinya aku merasakan pukuln dari seseorang, karena biasanya pukulan mereka tidak pernah terasa atau berdampak apapun padaku. kau boleh juga." Ujar Jenings menyeringai. Kael tidak menjawab, dia beralih memutari arena itu, dengan Jenings yang langsung berlari lurus memotong arena dan melayangan tendangan membuat Kael menahannya dengan tangan di sisi kepala. Kael menangkap kaki Jenings, d
Kau harus mengendalikan ombak gitu dan menyerang ke arah pohon ini jika kau bisa melakukannya maka latihan ini akan selesai ujar volume nunjuk ke arah pohon yang ada di belakangnya tepatnya di sisinya Ini jauh lebih sulit daripada mengendalikan air dalam skala kecil komentar kl tak kalau mbaknya tidak menuruti nya Jangan hanya merasakan esensi lautnya pangeran tapi kamu juga harus mencoba mahabbah menyentuh dan menggenggam esensi lautnya jadi kok bisa mengukur kau akan mengendalikan ombak sebesar apa kau gagal karena kau fokus pada ombaknya dan hanya fokus menyerang harusnya kau fokus pada esensi laut dan coba genggam esensi laut itu harusnya itu menjadi lebih mudah peluk memberikan saran nya Jadi seperti itu gumam kl sebelum mengangguk dia menempuh kedua pipinya untuk membubarkan semua pikiran yang mengganggu dan fokus pada latihan hari ini Jangan fokus untuk mengendalikan esensi laut dalam menjaga banyak fokus saja untuk
Suara teriakan menggema di atmosfer, para penonton mendukung petarung yang mereka taruhkan dalam uang banyak. Pangeran menghindar ke kiri tatkala pukulan melayang ke arahnya, dia tengah melawan seorang petarung bertubuh gempal. Pergerakannya memang lambat namun kekuatan fisiknya kuat. Pangeran berlari menghindar tatkala lawannya bergerak untuk mengunci tubuhnya. Kael mengerahkan esensi laut ke pergelangan kakinya sebelum menendang ke tangan lawan. "ARGHH!" Lawannya mengerang tatkala tangannya bergetar karena serangan Kael barusan. Dia menggeram, melancarkan pukulan. Suara hantaman kuat membumbung ke udara, semuanya tercengang tatkala Kael berhasil menahan serangan dengan kedua tangan menyilang di depan wajah, bahkan tubuhnya tidak mundur ke belakang sama sekali. Para penonton serentak berteriak heboh, mereka tidak menyangka penantang yang awalnya mereka remehkan ... ternyata mampu bertahan sam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen