Hari demi hari Wilson Xia habiskan untuk memahami esensi dari teknik pedang petir. Setiap gerakan dasar yang dia praktekkan, dia coba padukan dengan energi petir yang mengalir di dalam tubuhnya.
Awalnya, Wilson Xia kesulitan mengontrol aliran energi petir ke dalam pedang. Energi petir yang terlalu kuat justru membuat pedangnya bergetar hebat hingga sulit dikendalikan. Namun setelah berlatih selama seminggu, dia mulai merasakan keselarasan antara energi petir dan gerakan pedangnya. "Masih belum tepat," gumam Wilson Xia sambil menyeka keringat di dahinya. Tiba-tiba, suara malas Xuan Chen terdengar dari balik pohon besar di dekatnya. "Bocah, kau terlalu memaksakan energi petir masuk ke pedang. Pedang bukan wadah untuk menampung petir, tapi media untuk menyalurkannya." Wilson Xia menoleh dan melihat gurunya yang seperti biasa sedang minum anggur sambil bersandar di pohon. "Guru, bisakah Guru memberikan bimbingan lebih detail?" tanya Wilson Xia dengan hormat. Xuan Chen turun dari pohon dengan gerakan yang tampak malas namun sangat anggun. "Bayangkan petir di alam. Apakah petir menumpuk di satu tempat?" "Tidak, Guru. Petir menyambar dengan cepat dan langsung hilang," jawab Wilson Xia. "Benar! Jadi jangan coba menahan energi petir terlalu lama di pedang. Biarkan mengalir, lalu lepaskan dengan cepat seperti kilat asli." Dengan pemahaman baru ini, Wilson Xia kembali berlatih. Kali ini dia tidak memaksakan energi petir tinggal lama di pedangnya, melainkan membiarkannya mengalir dan langsung melepaskannya saat mengayun. Setelah dua minggu berlatih dengan metode baru, akhirnya Wilson Xia merasakan breakthrough. "Pedang Petir - Tahap Dasar!" Wilson Xia meneriakkan nama jurusnya sambil mengayunkan pedang ke arah sebuah pohon tua berusia ratusan tahun yang berjarak 30 meter darinya. Wussshhh! Pedangnya meninggalkan bayangan samar berwarna biru dengan kilatan petir yang mengelilinginya. Energi pedang yang dilapisi petir melesat dengan kecepatan luar biasa menuju pohon tersebut. CRASH! Pohon raksasa yang membutuhkan lima orang dewasa untuk memeluknya langsung terpotong menjadi potongan-potongan kecil. Serpihan kayu berserakan di mana-mana, bahkan beberapa batang di sekitarnya ikut terkena efek energi petir dan retak-retak. Wilson Xia terkejut melihat kekuatan serangannya. "Ini... ini luar biasa!" "Lumayan untuk tahap dasar," komentar Xuan Chen sambil mengunyah daging panggang. "Sekarang coba serang batu besar itu." Wilson Xia mengarahkan pedangnya ke batu sebesar rumah yang berjarak 50 meter. Dia mengayunkan pedang dengan teknik yang sama. Energi samar dari pedang petir bahkan belum menyentuh batu, namun batu besar itu sudah mulai retak-retak hanya karena terkena aura energi petirnya. Ketika energi pedang mengenai target, batu tersebut langsung hancur berkeping-keping. "Jangkauan maksimalnya 50 meter untuk tahap dasar," ucap Xuan Chen. "Jika kau bisa menguasai tahap mahir, jangkauannya akan mencapai 100 meter. Sedangkan tahap sempurna bisa mencapai 200 meter." Wilson Xia mengangguk antusias. "Guru, bagaimana cara mencapai tahap mahir?" Xuan Chen tidak langsung menjawab. Dia malah mengambil posisi duduk di atas batu dan memandang langit. "Sebulan lagi, aku akan mengajarimu rahasia untuk mencapai tahap mahir. Sementara itu, terus latih tahap dasar sampai sempurna." . . . Sebulan berlalu dengan sangat cepat. Wilson Xia terus berlatih tanpa kenal lelah. Kini dia sudah bisa menggunakan pedang petir tahap dasar dengan sangat lancar dan presisi tinggi. Pada suatu sore, Xuan Chen datang dengan membawa dua labu anggur. "Duduk di sini," perintah Xuan Chen sambil menepuk batu di sebelahnya. Wilson Xia duduk dengan penuh perhatian, menunggu pelajaran baru dari gurunya. "Sebelum mengajarkanmu tahap mahir, aku akan bertanya padamu," kata Xuan Chen sambil menyeruput anggurnya. "Bagaimana cara petir bekerja?" Wilson Xia berpikir sejenak. "Petir terbentuk karena ada perbedaan muatan listrik antara awan dan bumi, Guru." "Benar, tapi itu bukan yang aku maksud," Xuan Chen menggeleng. "Aku bertanya bagaimana petir bekerja saat menyambar." Wilson Xia terdiam, mencoba memahami maksud pertanyaan gurunya. Xuan Chen melanjutkan, "Apa yang membuat petir itu begitu menakutkan?" "Kecepatan dan kekuatan destruktifnya?" tanya Wilson Xia ragu-ragu. "Masih belum tepat," Xuan Chen tersenyum kecil. "Coba pikirkan lagi. Ketika petir menyambar, apa yang terjadi pada sekitarnya?" Wilson Xia memejamkan mata, mencoba mengingat setiap kali dia melihat petir menyambar. Dia ingat ketika menghadapi malapetaka langit, bagaimana petir tidak hanya menghantam tubuhnya, tapi juga... "Petir tidak hanya menyerang satu titik!" seru Wilson Xia dengan mata berbinar. "Petir menyebar dan mempengaruhi area di sekitar target!" "Bagus!" Xuan Chen mengangguk puas. "Dan apa lagi?" Wilson Xia terus berpikir. "Petir juga tidak bisa diprediksi jalurnya. Dia bisa membelok, bercabang, bahkan menyambar berkali-kali ke tempat yang sama." "Sekarang kau mulai memahami," Xuan Chen berdiri dan mengeluarkan pedangnya. "Pedang petir tahap mahir bukan hanya tentang kekuatan dan jangkauan. Tapi tentang kemampuan untuk menyerang secara tidak terduga, bercabang ke berbagai arah, dan mempengaruhi area yang lebih luas." Xuan Chen mendemonstrasikan gerakan pedang yang terlihat sederhana, namun Wilson Xia bisa merasakan aura yang berbeda. Energi petir yang keluar dari pedang gurunya tidak hanya lurus ke satu arah, tapi bercabang seperti petir asli. "Inilah rahasia tahap mahir," kata Xuan Chen. "Jangan hanya fokus pada satu target. Biarkan energi petirmu mengalir seperti petir sesungguhnya - liar, tidak terduga, dan menyerang dari segala arah." Wilson Xia merasakan pencerahan yang luar biasa. Selama ini dia terlalu fokus membuat serangannya lurus dan terarah. Padahal esensi petir adalah ketidakpastian dan kemampuan untuk menyerang dari berbagai sudut. "Sekarang coba lagi," perintah Xuan Chen. Wilson Xia mengangkat pedangnya, kali ini dengan pemahaman yang berbeda. Dia tidak lagi memaksakan energi petir mengikuti jalur yang dia inginkan, tapi membiarkan energi petir mengalir sesuai sifat aslinya. Wilson Xia langsung lompat dari atas batu lalu mulai mengayunkan pedang ke segala arah. Kali pedangnya jauh lebih natural. Bersamaan dengan itu kata-katanya Xuan Chen terus terngiang di benaknya, "Jangan hanya fokus pada satu target. Biarkan energi petirmu mengalir seperti petir sesungguhnya - liar, tidak terduga, dan menyerang dari segala arah." . . . Wilson Xia terus mengayunkan pedang sampai dia benar-benar melupakan dunia, saat ini fokusnya hanya pada mengayunkan pedang ke berbagai arah. kadang tusukan, kadang sayatan, kadang ke kiri lalu ke kanan, kadang-kadang menunjuk ke atas. tanpa terasa seminggu telah berlalu. Dalam waktu seminggu ini Wilson Xia tidak pernah tidur ataupun makan, dia sedang memasuki kondisi misterius. . . . Tanpa terasa, sebulan kemudian. Wushhhh! Ayunan pedang di sertai kilatan petir yang menyerbu ke segala arah melesat keluar secepat kilat. Sesaat kemudian... Blarrr... Blarrr... Blarrr... Pohon dan bebatuan di jarak sekitar 100 meter hancur berantakan, bahkan debu-debu berterbangan. "Sial.." Xuan Chen yang sedang asik meneguk anggur pun harus melompat keluar dari jarak 100 meter. "Pedang Petir - Tahap Mahir!" Wilson Xia membuka matanya. Ada rasa bahagia yang terpancar dari wajahnya, namun tempramennya mengalami sedikit perubahan. Setelah mengalami pencerahan, dia menjadi jauh lebih tenang. Lalu dia mengayunkan pedangnya lagi.. Ketika Wilson Xia mengayunkan pedangnya, energi yang keluar tidak lagi berbentuk satu garis lurus. Energi petir bercabang menjadi tiga jalur berbeda, menyerang tiga pohon sekaligus dalam jarak 80 meter. Tidak hanya itu, setelah mengenai target utama, energi petir terus menyebar dan mempengaruhi area di sekitarnya. Rumput layu, tanah retak, dan udara dipenuhi aroma ozon khas petir. "Luar biasa!" Wilson Xia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Xuan Chen tersenyum puas. "Sekarang kau sudah memahami esensi sejati pedang petir. Dengan tahap mahir ini, musuh-musuhmu tidak akan pernah bisa memprediksi dari mana seranganmu akan datang." Wilson Xia mengangguk dengan penuh semangat. Kini dia merasa siap untuk kembali ke Kerajaan Tianmen dan menyelesaikan urusan masa lalunya.Wilson Xia merasakan betapa jauhnya jalan kultivasi yang harus ditempuh. "Jadi untuk menyelamatkan Putri Lian Yu, dia harus mencapai puncak Raja Bela Diri sebelum usia tiga puluh tahun?" "Benar, tapi ini sangat tidak mungkin," Margaret menggeleng putus asa. "Bahkan jenius terhebat di dunia ini tidak akan bisa mencapai puncak Raja Bela Diri di usia tiga puluh tahun." "Lalu?" Margaret mengangkat kepalanya, menatap Wilson Xia dengan mata penuh harap. "Ada cara lain, yaitu ara kedua. Cara itu adalah menikah dengan pria yang juga memiliki fisik khusus dan melakukan hubungan Yin Dan Yang. Ketika dua energi berlawanan bersatu, mereka bisa saling menyeimbangkan dan memperkuat satu sama lain." Wilson Xia terdiam lama. Dia memahami apa yang diminta Margaret, tapi keputusan ini terlalu berat untuk diambil dengan tergesa-gesa. "Nenek, kenapa harus
Setelah Putri Lian Yu meninggalkan kamar, Wilson Xia berbaring kembali sambil menatap langit-langit kamar yang dihiasi ukiran kaligrafi yang amat indah menutupi seluruh langit-langit ruangan kamar. Pikirannya masih dipenuhi gambaran wajah cantik yang baru saja dia lihat. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama. *Tok tok tok* Suara ketukan pintu mengembalikan Wilson Xia dari lamunannya. Pintu kamar terbuka perlahan, dan masuklah sosok wanita tua yang tadi menyelamatkan Putri Lian Yu di arena pertandingan. Wajahnya terlihat lelah dan ada rasa khawatir terpancar dari wajahnya yang di penuhi keriput. Terlihat juga ada bekas luka kecil di sudut bibirnya. "Anak muda, bolehkah aku masuk?" tanya wanita tua itu dengan suara parau. Wilson Xia bangkit dari tempat tidur menatap ke arah pintu. "Yah, silakan masuk." Dalam ha
Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca
Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or
Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih
Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak