Follow IG Author : @zhu.phi ----- Kitab Rahasia Pendekar merupakan kitab dunia persilatan yang banyak diincar oleh seluruh pendekar dunia persilatan. Rawindra Mahaputra, cucu seorang kakek penggembala domba ditakdirkan untuk menemukan Kitab Rahasia Pendekar. Sayangnya, Rawindra hanya memiliki Satu Tangan saja ... namun tekad untuk mengikuti seleksi Perguruan Pedang Patah merubah hidup Rawindra. Dia harus menjelajahi Lima Alam Berbeda di Dunia Lelembut yaitu Alam Raksasa, Alam Iblis, Alam Peri, Alam Dewa, dan Alam Roh untuk menemukan Kitab Rahasia Pendekar ini. Rawindra juga berusaha menguak rahasia masa lalu dirinya yang misterius karena dia it memiliki Kekuatan Tersembunyi untuk menaklukan dunia serta mempersatukan Dunia Lelembut dengan Dunia Manusia. Lantas, bagaimana dengan percintaan Pendekar Tangan Satu ini dengan gadis-gadis di Alam Lelembut ini? Ikuti terus kisahnya ya ....
view more"Rawindra! Cepat ke sini!'
Mendengar namanya dipanggil, remaja laki-laki yang tangan kirinya cacat itu sontak menoleh pada sang kakek yang juga sedang menggembala domba.
Segera, ia menggelengkan kepala dan masih berlari. "Sebentar Kek! Windra lagi berusaha tangkap domba yang kabur, Kek!"
"Sudah! Biarkan saja! Nanti dia bisa pulang sendiri!" teriak kakeknya lagi.
"Tanggung, Kek! Windra sudah hampir berhasil!" sahut Rawindra ini–mengabaikan larangan pria tua yang masih kelihatan bugar itu.
Hal ini membuat sang kakek kesal. "Astaga! Tanganmu hanya satu, Rawindra! Tidak akan berhasil menangkap anak domba yang gesit itu! Biarkan saja!'
Namun, Rawindra masih terus bersikeras.
Pemuda berusia 15 tahun itu memang pantang menyerah. Ia juga tak ingin dikasihani hanya karena tangan kirinya yang cacat oleh siapapun, termasuk sang kakek.
Hanya saja…
Bugh!
Domba kecil yang berusaha ditangkapnya dengan mudah lolos dari sergapan Rawindra–membuat kepala pemuda ini terbentur batu besar di atas tanah ini.
“Arrgh!”
Rawindra berteriak kesakitan. Kepalanya sedikit benjol, bahkan bahkan ada sedikit luka di dalamnya!
Melihat itu, sang kakek berlari kencang ke arah Rawindra. "Sudah kakek bilang, lupakan saja anak domba ini ... tapi kamu masih saja membandel!" gerutunya bercampur cemas.
Sementara itu, Rawindra berjalan agak terhuyung-huyung ke arah kakeknya karena rasa pusing yang dideritanya akibat kepalanya yang terbentur.
Untungnya, anak domba yang berusaha ditangkapnya sudah bergabung kembali dengan kelompok domba yang sedang makan rumput di padang rumput luas ini.
"Tidak apa-apa, Kek! Paling tidak, anak domba ini tidak kabur jauh-jauh!" ujar Rawindra.
Sang kakek tersenyum melihat tubuh Rawindra yang belepotan lumpur akibat terjatuh di kubangan lumpur saat berusaha menangkap anak domba tadi. "Kalau ayahmu masih hidup, tentu dia akan bangga denganmu yang telah serius menjalankan warisan pekerjaannya!"
"Apa ayahku juga penggembala domba, Kek?!" tanya Rawindra dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Benar sekali! Tapi domba-domba ini bukan kepunyaan kita karena kita hanya dibayar untuk menggembalakannya saja, Windra!" sahut kakeknya.
"Kenapa kita tidak bisa mempunyai domba sendiri, Kek?' tanya Rawindra.
"Kita tidak mampu untuk membeli anak domba untuk kita gembalakan sendiri, Rawindra! Jadi, kita hanya bisa menggembalakan domba milik orang lain!"
Rawindra hanya manggut-manggut saja tanpa mengerti apa yang dibicarakan oleh kakeknya ini.
"Kek …." ucap Rawindra tiba-tiba. Nadanya begitu sopan.
Sang kakek bahkan sampai menaruh curiga akibat perubahan sikap mendadak sang cucu. "Ada apa, Windra? Tidak biasanya kamu menyapa kakek seperti itu?"
"Apa aku boleh mendaftar di Perguruan Pedang Patah, Kek?"
Mata pria tua itu membulat. "Benar dugaanku, anak ini ada maunya" pikirnya dalam hati.
Siapapun tahu Perguruan Pedang Patah merupakan perguruan pedang yang sangat terkenal dan disegani di desanya.
Meski letaknya di tengah pulau, lokasinya tidak bisa terjamah oleh siapapun, kecuali oleh anggota perguruan itu sendiri.
Dan tiap tahun … Perguruan Pedang Patah membuka pendaftaran bagi anggota-anggota baru yang ingin belajar di perguruan tersebut asalkan bisa lolos dari seleksi yang berat.
Batas pendaftaran tinggal beberapa minggu lagi–sebelum kapal yang membawa calon anggota perguruan ini berangkat ke Pulau Pedang, yang menjadi markas utama dari Perguruan Pedang Patah ini.
Sang kakek menghela napas. Kecemasan muncul lagi di wajahnya. "Buat apa kamu mendaftar di perguruan itu, Windra? Apa kamu yakin akan diterima di perguruan tersebut dengan kondisi tanganmu yang seperti ini?" tanyanya sembari memperhatikan tubuh Rawindra.
Selain tangan kirinya cacat, pemuda itu juga tidak memiliki dasar ilmu bela diri sama sekali.
Rawindra sontak melihat pasrah ke arah tangan kirinya yang buntung.
Kata kakeknya, tangan Rawindra ini sudah cacat sejak lahir.
Sedangkan ingatan Rawindra tentang masa kecilnya, sudah hilang sama sekali tanpa dia tahu sebabnya.
Hal itu seketika membuatnya penasaran.
Sudah sejak lama, ia ingin menanyakan kondisi dirinya kepada kakeknya ini.
"Kek ... kenapa ingatanku tentang masa kecilku tidak ada sama sekali, ya? Bahkan, aku tidak tahu sama sekali wajah ayah dan ibuku! Aku hanya tahu wajah kakek saja."
Wajah sang kakek tiba-tiba tampak panik. Namun, pria itu dapat segera menyembunyikannya. "Kakek juga tidak tahu, Windra! Mungkin ini karena kamu pernah terjatuh dan terbentur sesuatu saat kecil, sehingga ingatanmu hilang," elaknya.
"Kapan aku mulai dirawat kakek?"
"Sejak orang tuamu meninggal sekitar 5 tahun yang lalu!"
"Aneh juga ya Kek ... ingatanku yang ada juga dimulai dengan ingatan 5 tahun yang lalu setelah orang tuaku meninggal! Apa ada makam orang tuaku, Kek?' tanya Rawindra.
Kakeknya kini menjawab dengan agak hati-hati, "Tidak ada, Windra! Orangtuamu dikremasi setelah meninggal. Jadi, tidak ada makamnya sama sekali.'
Rawindra terdiam.
Sebenarnya, ia sudah merasakan keanehan dan kemisteriusan dirinya serta kejadian yang menimpa orangtuanya. Namun, dia belum menemukan bukti apa pun yang bisa menjelaskan semua kejadian masa lalunya.
"Apa kakek yang melakukan kremasi terhadap orang tuaku? Apa mereka meninggal bersamaan, Kek?" tanya Rawindra.
Rawindra terus menerus menanyakan masa lalunya, yang membuat kakeknya tidak nyaman dan mulai merasa cemas.
"Lebih baik kita menggembalakan domba ini ke arah padang rumput yang memiliki banyak rumput di ujung sana! Nanti kita bicarakan lagi masalah ini!" ucap sang kakek mendadak– menghentikan pertanyaan dari Rawindra.
Anak laki-laki itu pun tidak berani membantah karena dia tahu sifat kakeknya.
Setiap dia menanyakan masalah orang tuanya, sang kakek akan selalu menghindar. Bahkan, marah-marah!
Hanya saja, Rawindra semakin yakin ada rahasia yang disembunyikan kakeknya mengenai masa lalu dirinya dan orang tuanya dan dia harus menemukan itu.
Mungkin … salah satunya dengan menjadi pendekar yang hebat?
"Oh iya, Kek. Bagaimana dengan permintaanku untuk mendaftar ke Perguruan Pedang Patah?” tanya Rawindra lagi.
"Kakek tidak bisa mengijinkanmu untuk pergi ke sana, Rawindra! Kamu bisa menjadi bulan-bulanan peserta seleksi di Perguruan Pedang Patah!" ujar kakeknya.
"Kenapa kakek berpikir kalau aku akan menjadi bulan-bulanan di sana? Apa karena aku cacat, terus kakek pikir aku tidak bisa mengikuti seleksi penerimaan di perguruan itu?" tanya Rawindra dengan perasaan sedih dan kecewa.
"Bukan itu maksud kakek! Kamu masih awam untuk jurus bela diri. Kakek khawatir kamu akan dihajar habis-habisan oleh peserta seleksi, apalagi mereka melihat dirimu yang cacat ... kamu bisa dihina habis-habisan!" jelas kakeknya. "Kita juga tidak punya uang untuk mendaftar seleksi ini, Rawindra!"
"Tapi aku ingin menjadi Pendekar Pedang Terhebat, Kek!' seru Rawindra penuh semangat. "Cacat tubuh bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan, Kek! Asal kita mau berusaha, semua itu pasti ada jalan keluarnya!"
Mendengar itu, kakek penggembala domba itu hanya bisa menghela nafas panjang.
Ada perasaan tidak tega terhadap cucunya ini.
Dia tidak bisa terus-terusan mengekang keinginan Rawindra karena pemuda ini pasti mencari segala cara untuk pergi ke Pulau Pedang. Bahkan, tanpa persetujuan dirinya.
Lebih baik, jika ia melatihnya sedikit.
"Akan kakek pikirkan,” ucap pria tua itu akhirnya, “kalau memang kamu ingin mendaftar ke Perguruan Pedang Patah, kakek ingin kamu mulai rajin setiap pagi membantu kakek menggembalakan domba, dan memasukkannya kembali ke kandang pada sore hari! Kakek akan membayarmu tiap hari sampai kamu mempunyai biaya yang cukup untuk mendaftar ke perguruan tersebut!"
"Aku akan buktikan, Kek kalau pemuda cacat dan miskin masih bisa berjuang untuk menjadi anggota perguruan, asalkan diberi kesempatan untuk membuktikannya!" seru Rawindra bahagia.
Sementara itu, sang kakek hanya diam memperhatikan Rawindra.
"Tekad dan keras kepalamu mirip sekali dengan ayahmu semasa dia menjadi pendekar terkenal, Rawindra. Suatu saat, kakek akan menceritakan semuanya padamu ketika kamu sudah tidak labil,” ujar pria itu dalam hati, “karena bahaya besar akan mengancammu bila ada yang tahu siapa dirimu sebenarnya saat kau belum siap.”
Tanpa disadari Rawindra dan penduduk Desa Matahari, kakek penggembala domba yang terlihat tak berbahaya ini menguasai ilmu Kanuragan tingkat tinggi.
Tak ada yang tahu nama aslinya. Semua masa lalunya disimpannya agar tidak memancing musuh besarnya muncul.
Bahkan, Ki Bratajaya tidak mengajari Rawindra dasar-dasar ilmu bela diri juga agar cucunya ini hidup sebagai penduduk desa biasa saja.
Semua demi keselamatan Rawindra. Sayangnya, darah pendekar yang dimilikinya–tanpa disadari telah membuat anak muda itu tertarik kepada ilmu bela diri.
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments