"Sepertinya kau mengalami peningkatan yang signifikan."
Pada saat Wilson Xia membuka matanya, dia mendengar Gurunya, yaitu Xuan Chen bertanya sambil meminum anggur labu. "Terimakasih Guru, ini juga berkat kebaikan Guru yang mau membimbingku hingga seperti sekarang" Wilson Xia berjalan keluar dari kolam dan berkata pada Xuan Chen. "Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Xuan Chen melihat ke arah Wilson Xia dengan penuh arti, lalu berkata, "Dengan Kultivasi mu saat ini kau bisa membalas dendam dengan mudah" ucapnya dengan senyum kecil. Mendengar hal ini, Wilson Xia nampak ragu-ragu untuk berkata. Meskipun dia tidak lagi merasakan dendam seperti sebelumnya, tapi rasa di khianati oleh orang-orang terdekat itu masih mengganggu di dalam hatinya. Jika ini tidak di selesaikan, dia takut itu akan menjadi iblis hati yang menghambatnya di masa depan. Wilson Xia melihat ke arah gurunya dan berkata dengan mata tegas, "Guru, aku harus pergi ke kerajaan Tianmen untuk menyelesaikan urusanku terlebih dahulu, aku khawatir ini akan menggangguku terus-menerus jika aku tidak menyelesaikan ini." Wilson Xia berujar, "Selain itu, jika memungkinkan aku ingin mencari orang tua kandungku." Xuan Chen hanya tersenyum kecil lalu berkata, "Baik, lakukan sesuai keinginan hatimu." lalu dia berkata lagi, "Ingat untuk tidak bertentangan dengan hatimu, jika kamu bertentangan dengan hati Dao, maka kamu tidak akan pernah melangkah lebih jauh." ucap Xuan Chen. Kemudian dia melambaikan Tangannya, lalu muncul satu kitab yang berisi teknik pedang. Xuan Chen memberikan kitab tersebut pada Wilson Xia. Kemudian dia kembali melambaikan tangan, dan sebuah pedang berwarna biru langit muncul di tangannya. Pedang ini lebarnya tiga jari, memiliki ketebalan satu sentimeter, panjang satu setengah meter. Di bagian bilahnya terdapat relief seperti kilatan petir dan ada juga simbol petir. Xuan Chen memberikan kitab dan pedang tersebut pada Wilson Xia lalu berujar, "Sebelum pergi, pelajari teknik pedang ini dengan baik!" ucapnya dengan malas. Setelah memberikan benda-benda tersebut, Xuan Chen pergi dengan malas. Langkahnya sangat tidak stabil seperti orang yang mabuk berat. Tanpa banyak berfikir, Wilson Xia membuka kitab yang di berikan gurunya. "Pedang petir!" Dia membaca huruf dengan aksara kuno tersebut. Ini adalah pertama kalinya dia melihat teknik pedang. Sebab, di wilayah kerajaan Tianmen, sangat jarang ada orang yang berlatih teknik pedang. Bahkan di Sekte Gunung Pedang, juga hanya ada 2 teknik pedang, itu juga hanya murid dalam yang bisa mempelajarinya. Adapun murid luar, mereka hanya belajar teknik gerakan dasar pedang dan mempelajari teknik lain. Meskipun murid Sekte Gunung Pedang banyak yang membawa pedang, tapi mereka bukan Kultivator pedang yang sebenarnya, sebab teknik pedang sangat sulit di temukan jika tidak menjadi murid dalam. Teknik yang beredar untuk murid luar hanya gerakan dasar menebas, menikam dan menghunus pedang. Tidak ada teknik pedang untuk melawan musuh. Itu juga yang menjadi alasan dirinya melatih "Tinju Penghancur Langit" Selama berlatih di Sekte Gunung Pedang. Selain itu, untuk memiliki pedang perlu mengeluarkan 20 Koin emas. Bagi Wilson Xia itu terlalu mahal. Kemudian, dia mulai membaca panduan jurus pedang petir ini dengan seksama. Yang di maksud pedang petir adalah menggabungkan energi pedang dan elemen petir untuk meningkatkan kecepatan pedang secara maksimal. Tingkatan jurus pedang petir itu terbagi menjadi tahap dasar, mahir, sempurna. Jika telah di latih ke tingkat sempurna, jurus pedang ini akan memiliki kecepatan seperti petir dan memiliki banyak bayangan pedang. Setelah memahami prinsip-prinsip dasar, Wilson Xia berjalan ke kedalaman hutan untuk melatih pedangnya. Namun dia tidak langsung mempraktekkan jurus pedang petir, tapi dia mencoba membiasakan dirinya untuk menggunakan pedang. Walaupun dia bukan seorang petarung yang menggunakan senjata, tapi pemahamannya bukan berarti dangkal. Dia tahu jelas, orang yang hebat itu adalah orang yang mahir dalam satu hal. Maksudnya, jika kamu berlatih pedang maka harus bisa menjadi master pedang yang hebat, dan awal mula untuk menjadi master hebat haruslah menyatu dengan senjata yang di miliki. Baik itu pedang, tombak, busur panah atau yang lainnya. Wilson Xia sangat memahami hal-hal ini, jadi dia ingin membiasakan diri dulu menggunakan pedang sebelum melatih jurus pedang. Waktu berlalu dengan cepat! Akhirnya, Wilson Xia mulai terbiasa dengan pergelangan tangannya ketika mengayunkan pedang, lalu dia mulai mencoba gerakan pertama yang ada di jurus Pedang petir. Gerakan Pertama adalah mengalirkan Energi petir miliknya ke dalam pedang, lalu melakukan gerakan dasar, menarik pedang, menebas dan menusuk. Hal ini terus menerus di lakukan oleh Wilson Xia sepanjang waktu, saat dia kelelahan dia akan berendam di dalam kolam tempatnya berlatih sebelumnya, saat energinya telah pulih, dia kembali melatih pedangnya lagi.Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca
Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or
Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih
Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak
Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t
Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson