Home / Fantasi / Lahirnya Sang Dewa Pedang / Bab 7 Melatih Jurus Pedang

Share

Bab 7 Melatih Jurus Pedang

Author: Jazzy Bold
last update Last Updated: 2024-09-22 05:25:30

"Sepertinya kau mengalami peningkatan yang signifikan."

Pada saat Wilson Xia membuka matanya, dia mendengar Gurunya, yaitu Xuan Chen bertanya sambil meminum anggur labu.

"Terimakasih Guru, ini juga berkat kebaikan Guru yang mau membimbingku hingga seperti sekarang" Wilson Xia berjalan keluar dari kolam dan berkata pada Xuan Chen.

"Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Xuan Chen melihat ke arah Wilson Xia dengan penuh arti, lalu berkata, "Dengan Kultivasi mu saat ini kau bisa membalas dendam dengan mudah" ucapnya dengan senyum kecil.

Mendengar hal ini, Wilson Xia nampak ragu-ragu untuk berkata.

Meskipun dia tidak lagi merasakan dendam seperti sebelumnya, tapi rasa di khianati oleh orang-orang terdekat itu masih mengganggu di dalam hatinya. Jika ini tidak di selesaikan, dia takut itu akan menjadi iblis hati yang menghambatnya di masa depan.

Wilson Xia melihat ke arah gurunya dan berkata dengan mata tegas, "Guru, aku harus pergi ke kerajaan Tianmen untuk menyelesaikan urusanku terlebih dahulu, aku khawatir ini akan menggangguku terus-menerus jika aku tidak menyelesaikan ini." Wilson Xia berujar, "Selain itu, jika memungkinkan aku ingin mencari orang tua kandungku."

Xuan Chen hanya tersenyum kecil lalu berkata, "Baik, lakukan sesuai keinginan hatimu." lalu dia berkata lagi, "Ingat untuk tidak bertentangan dengan hatimu, jika kamu bertentangan dengan hati Dao, maka kamu tidak akan pernah melangkah lebih jauh." ucap Xuan Chen.

Kemudian dia melambaikan Tangannya, lalu muncul satu kitab yang berisi teknik pedang.

Xuan Chen memberikan kitab tersebut pada Wilson Xia.

Kemudian dia kembali melambaikan tangan, dan sebuah pedang berwarna biru langit muncul di tangannya.

Pedang ini lebarnya tiga jari, memiliki ketebalan satu sentimeter, panjang satu setengah meter. Di bagian bilahnya terdapat relief seperti kilatan petir dan ada juga simbol petir.

Xuan Chen memberikan kitab dan pedang tersebut pada Wilson Xia lalu berujar, "Sebelum pergi, pelajari teknik pedang ini dengan baik!" ucapnya dengan malas.

Setelah memberikan benda-benda tersebut, Xuan Chen pergi dengan malas.

Langkahnya sangat tidak stabil seperti orang yang mabuk berat.

Tanpa banyak berfikir, Wilson Xia membuka kitab yang di berikan gurunya.

"Pedang petir!"

Dia membaca huruf dengan aksara kuno tersebut.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat teknik pedang. Sebab, di wilayah kerajaan Tianmen, sangat jarang ada orang yang berlatih teknik pedang.

Bahkan di Sekte Gunung Pedang, juga hanya ada 2 teknik pedang, itu juga hanya murid dalam yang bisa mempelajarinya.

Adapun murid luar, mereka hanya belajar teknik gerakan dasar pedang dan mempelajari teknik lain.

Meskipun murid Sekte Gunung Pedang banyak yang membawa pedang, tapi mereka bukan Kultivator pedang yang sebenarnya, sebab teknik pedang sangat sulit di temukan jika tidak menjadi murid dalam.

Teknik yang beredar untuk murid luar hanya gerakan dasar menebas, menikam dan menghunus pedang. Tidak ada teknik pedang untuk melawan musuh.

Itu juga yang menjadi alasan dirinya melatih "Tinju Penghancur Langit" Selama berlatih di Sekte Gunung Pedang.

Selain itu, untuk memiliki pedang perlu mengeluarkan 20 Koin emas. Bagi Wilson Xia itu terlalu mahal.

Kemudian, dia mulai membaca panduan jurus pedang petir ini dengan seksama.

Yang di maksud pedang petir adalah menggabungkan energi pedang dan elemen petir untuk meningkatkan kecepatan pedang secara maksimal.

Tingkatan jurus pedang petir itu terbagi menjadi tahap dasar, mahir, sempurna. Jika telah di latih ke tingkat sempurna, jurus pedang ini akan memiliki kecepatan seperti petir dan memiliki banyak bayangan pedang.

Setelah memahami prinsip-prinsip dasar, Wilson Xia berjalan ke kedalaman hutan untuk melatih pedangnya.

Namun dia tidak langsung mempraktekkan jurus pedang petir, tapi dia mencoba membiasakan dirinya untuk menggunakan pedang.

Walaupun dia bukan seorang petarung yang menggunakan senjata, tapi pemahamannya bukan berarti dangkal. Dia tahu jelas, orang yang hebat itu adalah orang yang mahir dalam satu hal.

Maksudnya, jika kamu berlatih pedang maka harus bisa menjadi master pedang yang hebat, dan awal mula untuk menjadi master hebat haruslah menyatu dengan senjata yang di miliki. Baik itu pedang, tombak, busur panah atau yang lainnya.

Wilson Xia sangat memahami hal-hal ini, jadi dia ingin membiasakan diri dulu menggunakan pedang sebelum melatih jurus pedang.

Waktu berlalu dengan cepat!

Akhirnya, Wilson Xia mulai terbiasa dengan pergelangan tangannya ketika mengayunkan pedang, lalu dia mulai mencoba gerakan pertama yang ada di jurus Pedang petir.

Gerakan Pertama adalah mengalirkan Energi petir miliknya ke dalam pedang, lalu melakukan gerakan dasar, menarik pedang, menebas dan menusuk.

Hal ini terus menerus di lakukan oleh Wilson Xia sepanjang waktu, saat dia kelelahan dia akan berendam di dalam kolam tempatnya berlatih sebelumnya, saat energinya telah pulih, dia kembali melatih pedangnya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 43 : MELARIKAN DIRI

    Pertempuran besar pecah! *Boomm! Craaashhh! Duaarrr!* Puluhan serangan mematikan melesat dari segala arah. Dinding balai lelang mulai retak dan runtuh membuat orang yang ada sebelumnya melarikan diri dengan panik. San Kong bertarung mati-matian, menahan serangan dengan cermin perunggu di tangannya. Meskipun bisa menahan serangan untuk sesaat, tapi kondisinya juga tidak terlalu baik. Dia sendirian melawan puluhan musuh. Perlahan-lahan luka di tubuhnya mulai bertambah. Dari sudut bibirnya juga mulai keluar darah segar. "Lari..." San kong melambaikan tangannya ke arah Huo Ji, lalu energi yang lembut langsung menghempaskan Wilson bertiga keluar dari bangunan lelang Bersamaan dengan itu, dia berteriak pada Huo Ji. "Tuan Muda, lari sejauh mungkin." "Paman kong." Muo Ji terlihat panik melihat paman kong terluka parah. Matanya yang bulat tak kuasa menahan air mata, lal

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 42 : Kekacauan Besar

    "Seratus tujuh puluh ribu satu kali..." Cindy Yuvia mengangkat palu kecilnya. Ruangan hening. Tidak ada yang berani menawar lebih tinggi lagi. "Seratus tujuh puluh ribu dua kali..." Masih tidak ada suara. "Seratus tujuh puluh ribu tiga kali!" *Tok!* Palu itu jatuh dengan suara yang menggelegar di seluruh ruangan. "Selamat senior!" Cindy Yuvia tersenyum cerah sambil menatap ke arah ruangan VIP Sekte Teratai Salju. "Api spiritual yang langka ini resmi menjadi milik Sekte Teratai Salju anda!" Kata-kata api spiritual yang langka jelas menekankan pada maksud tertentu. Tepuk tangan terdengar di beberapa tempat, tapi lebih banyak yang diam dengan wajah kecewa atau cemas. Di dalam ruangan, lelaki yang berasal dari sekte teratai salju itu memasang wajah muram, “Xon, gadis ini sengaja menekankan kata ’langka’ jelas ingin membuat konflik antara

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 41 : Akan Ada Masalah Besar

    Hampir semua orang menelan air liur. Hati Wilson seolah jatuh dan hancur berkeping keping. “Lima puluh ribu keping emas ini terlalu mahal. Belum lagi aku sudah hampir menghabiskan uangku setelah membeli budak.” Wajah Wilson berubah pahit. Namun kesedihan Wilson tidak berlangsung lama karena suara dari ruangan VIP nomor satu langsung menggelegar. "Enam puluh ribu keping emas!" Suasana ruangan menjadi sunyi. Hanya suara api yang bergerak di kotak terdengar. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. "Tujuh puluh ribu keping emas!" teriak suara dari ruangan VIP nomor empat dengan nada tegas. Seperti tersulut api, ruangan VIP lain mulai mengeluarkan penawaran. "Tujuh puluh lima ribu!" ruangan VIP nomor sembilan. "Delapan puluh ribu!" ruangan VIP nomor sepuluh. "Delapan puluh lima ribu!" ruangan VIP nomor tiga.

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 40 : Api Yang Memiliki Kecerdasan Spiritual

    Wilson memandang budak yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan iba. Pria itu terlihat masih terkejut dengan keputusan Wilson membelihnya dengan harga sangat mahal. "Siapa namamu?" tanya Wilson dengan nada santai. "Nama saya... Juan Wei," jawab budak itu dengan suara pelan dan bergetar. "Juan Wei," Wilson mengulangi nama itu. "Bagaimana bisa kamu berakhir menjadi budak?" Juan chen menundukkan kepalanya kemudian berkata, "Keluarga saya adalah keturunan terakhir Kerajaan Daxia, aku tidak begitu jelas, hanya ayah saya sebelum terbunuh mengatakan bahwa aku memiliki darah dari keturunan kaisar Daxia. Setelah kerajaan itu runtuh berabad-abad lalu, keturunannya hanya tersisa sedikit. Beberapa generasi yang lalu, keluarga saya dijual sebagai budak untuk membayar hutang. Sejak itu, kami menjadi budak turun-temurun." “Sebelumnya ayah saya berusaha membuat saya kabur, agar tidak menjadi budak seumur hidup, namun hasiln

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 39 : Pedang Yang Lebih Mahal Dari Pedang Tingkat Enam

    Mata pria itu bertemu dengan mata Wilson. Di sana, Wilson bisa melihat keputusasaan dan harapan kecil untuk hidup terpancar dari wajahnya. Beberapa orang mulai mengangkat papan mereka, sekadar untuk bersenang-senang. "Tiga ribu dua ratus!" seorang pria berteriak dengan nada bercanda. "Tiga ribu lima ratus!" yang lain menambah. Orang-orang ini mulai menawar harga meskipun Cindy Yuvia belum menyebutkan harga.. Namun Huo Ji dan Muo Ji tidak mengangkat papan mereka. Justru, mereka menatap Wilson dengan penuh pertanyaan. Sebab ekspresi Wilson terlihat ragu-ragu dan bimbang, berbeda dengan sikapnya yang tenang sebelumnya. Tanpa berpikir panjang, Wilson Xia mengangkat papannya. "Berapa harga awal budak ini?" tanyanya langsung pada Cindy Yuvia, suaranya terdengar biasa saja setelah dia menenangkan diri, tapi dari tatapan matanya dia terlih

  • Lahirnya Sang Dewa Pedang    Bab 38 : Budak

    Jie San dan Tian Bai terus menaikkan harga sambil saling mencela satu sama lain. "Dua puluh empat ribu! Dan dengarkan baik-baik, Tian Bai," Jie San menyeringai, "siapa yang kalah harus mengakui dirinya sebagai cucu!" "Apa?! Kamu yang akan jadi cucuku, Jie San!" Tian Bai menggertakkan gigi. "Dua puluh lima ribu!" Sembari terus menaikan harga, mereka bahkan mulai saling menghina dengan kata-kata kasar, membuat beberapa orang di sekitar mereka menggelengkan kepala. "Saudara Huo Ji," Wilson tiba-tiba bertanya sambil melihat Huo Ji yang masih serius, "berapa harga pedang spiritual tingkat tujuh pada umumnya?" Huo Ji menoleh sejenak. "Harga umumnya mencapai lima belas ribu keping emas jika kualitas biasa. Jika kualitas lebih tinggi bisa mencapai dua puluh ribu atau bahkan lebih." "Kualitas itu terletak pada atribut dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status