Home / Historical / Lambang / 2. Jas Merah

Share

2. Jas Merah

Author: Saint Nagita
last update Last Updated: 2021-10-06 12:11:22

"Walaupun raga telah terpisahkan oleh kematian, namun cinta sejati tetap akan tersimpan secara abadi di relung hati." (B.J. Habibie).

Lambang membaca sebuah kutipan yang tertulis di buku diarynya, hadiah dari suami tercinta saat berulang tahun yang ke-28. Dirabanya setiap huruf yang tertulis dengan tinta biru itu. Seakan-akan jiwa sang suami menjelma menjadi untaian kata dan berbisik bahwa dia bahagia di alam sana. 

Air mata Lambang perlahan menetes dan jatuh menimpa halaman buku diary yang terbuka. Perempuan berusia tiga puluh tahun itu terkesiap. Buru-buru dia mengambil tissue yang ada di meja rias, lalu membersihkan tetesan air mata sebelum meresap ke buku terlalu banyak.

Lambang mengusap air matanya dan berdiri di depan sebuah cermin. "Aku, akan hidup dengan Lambang yang baru. Lambang yang lebih tegar dari sebelumnya," ujarnya sambil mengepalkan tangan kanan ke atas.

Ups! Sudah jam enam! Lambang bergegas memperbaiki riasan wajah. Hari ini adalah hari pertama dia mengajar di Smada. Setelah dua minggu sebelumnya pihak sekolah memberi kabar bahagia bahwa dia diterima sebagai guru Sejarah. Tugas pertamanya dimulai pada awal Semester Genap pada hari ini.

Tidak lupa Lambang memberi sentuhan warna merah pada bibirnya supaya tidak terlihat pucat. Kemudian bergegas menemui ibunya untuk berpamitan. 

Sekolah sudah ramai ketika Lambang tiba. Dia langsung menuju resepsionis untuk mengabarkan kedatangannya. Masih dengan gadis yang sama sewaktu dia datang menyerahkan berkas lamaran. Gadis itu mengenalkan dirinya dengan nama Harumi. Kemudian mengantar Lambang menuju ruang guru untuk diperkenalkan pada guru-guru yang lain.

Mereka disambut oleh Bu Merlita yang sudah dikenal Lambang ketika wawancara. Beberapa pasang mata melihat dan menyapanya dengan ramah. Bu Merlita mengajaknya untuk berkenalan dengan guru-guru yang ada di ruangan itu. 

Bel berbunyi sebagai tanda bahwa jam pelajaran pertama akan dimulai. Setelah memperoleh penjelasan singkat dari Bu Merlita, Lambang membawa buku materi dan diantar guru senior itu menuju kelas pertamanya. 

Kelas X-4 menjadi kelas pertama yang Lambang ceritakan mengenai Sejarah Peradaban Indonesia dan Dunia. Sejak kecil dirinya sudah mempunyai kepercayaan diri yang lebih, sehingga tidak sulit baginya bercerita di depan anak-anak remaja yang takjub melihat kepiawaiannya. 

Pengalaman mengajar teman-teman sekelas sejak kelas satu SD ketika hanya dia seorang yang bisa membaca, sangat membantu Lambang untuk menyampaikan materi pada anak didiknya.

"Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah berubah menjadi mineral ataupun menjadi batu secara alami. Pencarian fosil manusia purba di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap. Pertama pada tahun 1889-1909 yang dilakukan oleh Van Rietchoten yang menemukan fosil manusia purba jenis Homo ditemukan di Wajak, Tulung Agung, Jawa Timur dan diberi nama Homo Wajakensis. Penemuan yang dilakukan beliau menyebabkan seorang peneliti asal Belanda yang bernama Eugene Dubois yang semula meneliti di Sumatra mengalihkan penelitiannya ke Jawa. Eugene menemukan fosil Pithecanthropus Erectus di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1894."

"Bu Guru!" sela salah seorang murid. 

Tertulis di dada kanannya sebuah nama, Johan Davian. "Kenapa kita harus mempelajari Sejarah?"

"Huuu, gitu aja ditanyakan," ledek beberapa murid yang lain.

"Tidak apa-apa. Saya yakin anak yang bertanya pasti karena benar-benar ingin tahu. Sejarah menjadi hal yang penting untuk kita pelajari. Karena dengan sejarah, kita dapat mengetahui kebenaran peristiwa yang terjadi di masa lampau. Selain itu, kita juga dapat menjadikan peristiwa di masa lalu sebagai pedoman di masa mendatang agar hal buruk di masa lalu tidak terulang kembali. Karena itu, jangan pernah lupakan sejarah," jelas Lambang sambil mengedarkan pandangan ke semua murid. Memastikan mereka benar-benar menyimak penjelasannya.

Johan Davian mengangkat tangan kanannya. "Bisa disimpulkan bahwa Sejarah untuk memahami masa lalu, ya, Bu?"

"Seratus untuk kamu," puji Lambang.

"Kalo Bu Lambang adalah untuk memahami masa depan saya."

Sontak ucapan Johan Davian menimbulkan suara cibiran seisi kelas. Anak laki-laki bertubuh kurus itu hanya melambaikan tangan pada semua temannya ibarat artis. Lambang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tepat saat itu bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Dia segera menutup materinya dan berpesan pada anak didiknya untuk mempelajari sub bab berikutnya.

Bu Merlita sudah menunggunya di luar kelas. Meskipun Lambang sudah mendapat jadwal pelajaran dan juga denah sekolah, perempuan yang baik hati itu tetap mengantarnya ke kelas dengan alasan karena hari pertama. Beliau tidak ingin Lambang mendapat kesulitan. 

Ketulusan dan perhatian Bu Merlita membuat Lambang menyukai dunia barunya. Di sinilah dia merasa berharga dan bermanfaat untuk orang lain. Sehingga sedikit demi sedikit perempuan yang rapuh itu bisa bangkit dari kesedihannya di masa lalu. 

Bu Merlita mengantar Lambang ke kelas berikutnya yakni di kelas X-6. "Mengajar murid-murid di kelas ini harus sabar. Jangan dimasukkan ke dalam hati jika banyak di antara mereka sedikit tidak sopan dan agak nakal."

"Iya, Bu." Lambang menanggapi pesan Bu Merlita dengan sopan. 

Dia mengira mungkin kurang lebih sama seperti kelas sebelumnya. Bu Merlita meninggalkannya setelah mengantar Lambang ke kelas yang dituju. Dengan mantap dan penuh percaya diri Lambang memasuki kelas dan mulai memperkenalkan diri. 

Suasana kelas tetap hening saat Lambang selesai memperkenalkan diri. "Baiklah, kalo tidak ada yang dita--"

"Bu Guru!" seorang murid laki-laki mengangkat tangan kanannya. 

Lambang membaca papan nama anak itu, Yulius Bahtiar. "Saya nggak mau belajar Sejarah."

Lambang memandang anak itu dengan heran. "Kenapa?"

"Sejarah membuat saya selalu teringat masa lalu. Sementara, saya ingin mengukir sejarah masa depan bersama Bu Guru," tukasnya dengan raut wajah tanpa dosa.

Seketika semua murid tertawa dan bertepuk tangan mendengar ucapan Yulius. Lambang hanya tersenyum. Dia tidak menanggapi celotehan anak muda itu. Menanggapi pesan Bu Merlita, Lambang ingin memberikan materi dengan cara yang berbeda dari kelas sebelumnya.

"Sebagai perkenalan, saya ingin mengetahui dan mengenal kalian lebih dalam. Tuliskan cerita masa lalu yang berkaitan dengan kehidupan kalian saat ini. Ceritakan kisah perjuangan kalian hingga bisa diterima di SMA ini. Dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Nah, sekarang, kita akan membahas mengenai fosil manusia purba."

Lambang memberikan sedikit materi di kelas ini. Selebihnya, dia memberi kesempatan pada mereka untuk berdiskusi. Karena murid di kelas ini lebih suka berbicara dan berdebat. Supaya lebih terarah dan materi tersampaikan maksimal, dia memutuskan untuk menggunakan metode ini. 

Dan ternyata, hasilnya lebih efektif. Dengan begitu, Lambang yakin bisa mengambil hati murid-muridnya supaya mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai nilai kriteria minimal yang ditentukan.

Jam pertama hingga jam terakhir bisa Lambang lalui dengan baik. Dia sudah mengenal beberapa orang guru lain yang masih muda dan yang senior.

Pulang sekolah Lambang memutuskan untuk berjalan kaki. Jarak rumah dengan sekolah tempat dia bekerja tidak begitu jauh. Naik becak hanya sekitar sepuluh menit. Mungkin dengan berjalan kaki sekitar setengah jam saja. 

Ketika melewati Gedung DPRD yang berada tidak jauh dari Smada, kembali dia menjumpai bendera kabupaten yang berkibar dengan gagahnya. Gambar yang tercetak di bendera itu mengurai ingatan mengenai bapaknya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lambang   16. Sejarah Gunung Patthok

    Septi memandang wajah sahabatnya yang tidak berhenti mengunyah kerupuk. Dia tahu betul sifat perempuan yang menjadi sahabatnya sejak SD."Kamu nggak menyesal menghentikan pengajuan ini? Lumayan, lo, kalau berhasil dipatenkan, setiap bulan hidup keluargamu akan terjamin." Septi kembali membujuk Lambang."Kalau ibuku tidak merestui, aku bisa apa? Nggak apa-apa nggak dapat royalti. InsyaAllah akan kami dapatkan royalti di akhirat. Itu yang ibu katakan padaku.""Oke, kalau begitu, aku tutup kasusmu, ya?" Septi menuangkan minuman untuk Lambang."Iya, tutup saja. Tetapi, tolong berkas-berkas yang sudah aku berikan, kamu simpan saja. Siapa tahu kelak aku membutuhkannya.""Siap, Bosku!"Sekitar satu jam mereka mengobrol. Kemudian Lambang pamit pulang karena takut Zaydan terbangun.Hari-hari Lambang hanya disibukkan dengan mengurus Zaydan dan melaksanakan tugas sebagai abdi negara. Harlando pun sibuk d

  • Lambang   15. Tempat Bersejarah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

  • Lambang   14. Anugerah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

  • Lambang   13. Pengajuan Hak Paten

    Kertas berisi lambang kabupaten yang diresmikan pada tahun 1969 kini berada di tangan Lambang. Dia tidak terima jika karya bapaknya disalahgunakan. Apalagi sampai mengubah konsep aslinya. Setiap komponen dan warna yang dipilih merupakan buah pemikiran bapaknya yang merujuk pada potensi daerah.Dia berniat untuk mengajukan hak paten. Karena semenjak karya itu diresmikan menjadi lambang kabupaten, belum pernah ada penghargaan sama sekali yang diterima bapak. Lambang berharap ada semacam royalti yang bisa bermanfaat untuk kehidupan ibunya.Di sela-sela kesibukannya sebagai tenaga pendidik, dia menyempatkan diri untuk mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Pak Koeswadi adalah pencipta lambang yang sah. Lambang ingin melindungi hasil karya bapaknya supaya tidak disalahgunakan dan juga untuk melindungi ide atau konsep gambar lambang kabupaten.Mulailah dia bertanya pada saudara dan teman-teman bapaknya yang dulu menggunakan lukisan bapak unt

  • Lambang   12. Menyimpang

    Hari pernikahan yang dinanti pun tiba. Tanggal 14 Januari 2007 adalah tanggal yang dipilih untuk menyatukan dua sejoli. Air mata yang mengalir di pipi keriput ibu Lambang terlihat sebagai air mata bahagia. Menyaksikan anak sulung yang kini mendapatkan imam dalam hidupnya. Yang senantiasa akan menjaganya dari segala cobaan hidup.Tidak akan ada lagi gunjingan mengenai status Lambang. Kehadiran Harlando dalam keluarga membungkam mulut-mulut tetangga. Hal ini membuat ibu Lambang menjadi tenang. Karena tidak lagi jadi bahan gunjingan di antara tetangga dan teman di pengajian.Untuk sementara, Harlando tinggal di rumah Lambang selama beberapa hari. Meski sesekali dia pulang ke kotanya, karena bisnis yang dia jalani tidak bisa ditinggal terlalu lama. Terkadang Lambang yang datang berkunjung ke kota Harlando. Mereka jalani kehidupan seperti ini dengan ikhlas dan saling menerima."Nduk, ajak suamimu makan!" perintah Ibu. Saat itu ke

  • Lambang   11. Hubungan Serius

    11. Hubungan SeriusTing!Bunyi notifikasi terdengar dari ponsel Lambang yang berada di atas nakas. Perempuan yang sedang menikmati waktu istirahat setelah pulang mengajar itu bangkit dari tempat tidurnya. Dan menghampiri nakas yang berada di samping meja. Dibukanya kunci layar ponsel dan terlihat satu notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal.[Assalamualaikum.]Lambang bimbang antara membalas pesan itu atau tidak. Hatinya menyuruh untuk membalas siapa tahu dari orang penting. Mungkin wali murid atau teman guru.[Waalaikum salam. Maaf, ini siapa?][Maaf, aku yang kemarin pernah salah kirim. Melihat dari balasan pesan yang kamu kirim, pasti kamu cewek. Boleh kenalan, gak?]Lambang terperangah dan setengah tersenyum dia menutup mulutnya. Merasa aneh karena sekian tahun meski ada pesan yang salah kirim, tetapi tidak pernah ada yang sampai mengajak kenalan.[Meman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status