Share

Terbentuknya Trajutrisna. Part 3

            Gatotkaca atau Raden Guritno segera berpamitan kepada Sang Kakak sepupunya dan kedua Pamannya.Seperti biasa dia berkeliling mengawasi bagian -bagian yang dianggap rawan di istana. 

"Aku mau bertanya satu hal pada Paman Prabakesha.....?boleh Paman.....!?"

"Apa itu Ngger.......?"

"Kenapa Pasukan Pringgodani memakai pakaian serba hitam dan ada Lambang

Bintang terpampang di dadanya?"

"Ini adalah lambang Candradimuka,Ngger.....Lambang penerang kehidupan bagi semua makhluk di Arcapada....."

"Apakah berhubungan dengan Batara Surya. ..?.."

"Benar sebenarnya Lambang Candradimuka sebagai identitas para Pasukan Dewa. Ngger Sitija.,Diantara pasukan-pasukan Dewa....ada Lima yang sangat disegani di Arcapada ini.Mereka dijagokan Para Dewa untuk menghalau serangan -serangan Asura jahat....dari Wangsa Denawa....selain Pasukan para Yaksa....."

Raden Sitija pun mengangguk.mendengar cerita Patih Prabakesha.

"Yang pertama adalah pasukan dari Jangkar Bhumi bagian dari wilayah kayangan Sapta Arga.Pasukan berani mati tanpa menggunakan senjata apapun kepunyaan Batara Anantaboga.hanya berbekal baju kutang  yang bernama Nappakawaca....kotang yang bisa menutup dan membentengi diri  jika diserang lawan  dan membentuk cakar tajam pada tangan penggunanya. Semua pasukan yang memakai baju ini bisa mempunyai kekuatan amblas kedalam bumi dan bisa menarik dan mengubur lawannya hidup -hidup. Belum lagi pasukan penunggang utama yang menunggangi Ular, buaya dan biawak pemakan daging raksasa....Yang menjadi Senopatinya sekarang ini adalah Cucu SangHyang Anantaboga sendiri dan Sang adik yaitu SangHyang Taksaka yang bisa malih rupa jika dia marah menjadi seekor naga raksasa dan Raden Anantareja. ...Putra sulung dari Raden Werkudara dan Dewi Nagagini. Yang mempunyai kesaktian liurnya mengandung racun yang dinamakan dengan Upas Anta.Sebetulnya bentuk Nappakawaca sendiri ada dua yang berwarna biru setengah kehijauan adalah milik Jangkar bhumi sedang yang berwarna merah adalah milik Kisik Narmada. Seperti yang dipakai oleh Senopati Antasena dan Senopati Arya Srenggini. Yang juga putra dari Raden Werkudara tapi dengan dua putri batara kakak beradik  .Kamu tau sendiri kan Ngger..Ibunda Raden Antasena adalah Dewi Urang Ayu yang masih sepupu dengan Ibunda Raden Srenggini yaitu Dewi Rekatawati Putri dari Adik SangHyang  Baruna yang bernama Batara Rekatatama.Menduduki peringkat kedua pasukan Kisiknarmada adalah pasukan yang bisa bernafas walaupun berperang di Hampa udara...,di dalam tanah,bahkan di dalam air.... Yang ketiga adalah pasukan Daksinageni milik SangHyang Brahma,Pasukan penunggang Naga Api  terbang yang mengerikan...Pasukan ini pernah menghadapi Prabu Niwatakawaca dari negara Imaimantaka...Kala itu yang ditunjuk sebagai Pemimpin atau Senopati adalah Begawan Kiritin atau Raden Dananjaya nama lain pamanmu Raden Janaka..dan Sekarang dipegang oleh Senopati Wisanggeni dan Adiknya Wisangkantha... Pasukan Pringgodani menduduki peringkat keempat.Dan Terakhir adalah pasukan yang dikabarkan hilang sampai sekarang....yaitu Pasukan negara Surateleng yang sebenarnya  dimiliki  oleh Prabu Arimbaji keponakan tertuaku  sendiri.Dulunya adalah pasukan terbaik Negara Pringgodani dipimpin oleh Empat Senopati gagah perkasa yaitu  Aditya Anchakagra,Aditya Yayahgriwa,Aditya Maudara dan Aditya Amisundha..meskipun mereka berempat terkenal mempunyai sifat baik pada rakyat.Mantan Senopati Pringgodani ini  paling terkenal kejam bergerak dengan Prajurit prajurit  terganas. Yang pernah dimiliki Pringgodani.Mereka tidak hanya mengalahkan tapi juga suka memakan daging musuhnya jika mengalami kemenangan.dan memiliki kesetiaan tinggi kepada Rajanya yaitu Prabu Arimbaji...."

Lalu kepala Aditya pancatyana pun tertunduk

"Aku tahu Adi Pancatyana pernah akrab dengan mereka......"

"Sebetulnya Prabu Arimbaji adalah Raja yang Bijaksana...walaupun Dia Seorang Raksasa...."sambung Pancatyana.

"Dahulu kala negara Surateleng diera Prabu Arimbaji adalah negara makmur.Sebelum pemberontakan yang dipimpin Prabu Bomabomantara.Waktu itu Prabu Bomabomantara masih bergelar Patih....dia bersekongkol dengan adiknya Prabu Narakasura...mereka pun menculik siapa saja yang terdekat dengan Prabu Arimbaji dan kabarnya mereka dibantai secara keji....di Wana Gowasiluman.Satu demi satu Mereka menghilang.Prabu Arimbaji pun sa'at itu percaya bahwa mereka dibunuh karena akan melakukan Pemberontakan.Tapi ketika hilangnya Empat Patih kepercayaannya.Dia mulai curiga....dan akhirnya Prabu Arimbaji melihat sendiri..bahwa rakyatnya dalam keadaan menderita hingga dia menegur Bomabomantara...dan ketika sering memikirkan negara, banyak Uang -uang negara yang diselewengkan oleh sekutunya sendiri Prabu  Narakasura dan Bomabomantara.......Prabu arimbaji akhirnya jatuh sakit.....dan kejamnya lagi dengan sangat keji mereka menyeret Prabu Arimbaji yang sakit di Wana Gowasiluman.....Prabu Arimbaji dipenggal kepalanya ketika dalam posisi berdo'a pada para Dewa........Aku yang berusaha membela Prabu Arimbaji malah ditangkap dan disiksa dipenjara Prajatista...Ngger..."

"Mataku sudah mulai lelah Kakang, Angger Sitija  Aku permisi  mau masuk kedalam dulu...."kata Aditya Pancatyana sambil menguap kelelahan sembari meninggalkan mereka berdua.

"Silahkan Adi. ....."

"Silahkan Paman...."jawab Patih Prabakesha dan Raden Sitija bergantian sambil memberi tanda pada jempol tangannya dengan menunduk.

"Apa Kau tidak mengantuk Ngger..?.."

Raden Sitija memberi tanda dengan menggeleng kepalanya pelan.

"Hhhaa.....hha....ha....Akhirnya ada temanku ngobrol malam ini....Ngger, Aku baru saja membuat minuman hangat dari berbagai macam ramuan Kau mau mencobanya....."kata Patih Prabakesha sambil memberikan gelas tempurung kelapa kepada Raden Sitija,Raden Sitija menerima gelas itu.

"Dan ini alat buat menuangnya...."sambung Patih Prabakesha sambil memberi gayung tempurung yang diikat kuat dengan rotan dan berpegang bambu.

Raden Sitija pun mengambil ramuan itu dalam gentong kuali besi besar dan menuangkannya ke dalam gelas. ..

"Aku mau bercerita tentang Prabu Arimbaji yang sebenarnya padamu. ....Ngger..."

"Keponakanku Arimbaji meskipun dia seorang raksasa tapi dia sangat rajin dalam menjalankan sembahyang....tiap hari dia selalu meminta pada Dewa agar bisa diberikan kebajikan seumur hidupnya...Sebenarnya Dia sampai ke Surateleng ini bukan bermaksud membuat Istana tapi guna tempat bersemadi dan berdo'a pada para Dewa.Dahulu Kala Surateleng adalah wilayah...hutan luas.Ngger, Setelah penumpasan pemberontakan keempat Kakangku oleh Raden guritno...Pasukan yang dulu juga kupimpin mereka sebagian ikut Arimbaji kearah wilayah Surateleng....Ketika pembangunan Pertapaan itu banyak dari kalangan manusia juga membantunya.Lama kelamaan Surateleng menjadi Wilayah yang sangat besar tanpa penakhlukan.Hingga menjadi sebuah negara yang makmur....Arimbaji tidak pernah membedakan Rakyatnya baik dari kalangan Manusia ataupun Raksasa.....Suatu sa'at malapetaka terjadi ketika Dia diajak berkerjasama dengan Kerajaan Prajatista...Kerajaan kecil..dipimpin oleh Pamanmu Ngger...Prabu Narakasura dan Mahasenopati Bomabomantara....sebenarnya Arimbaji sendiri tidak pernah merasa bahwa negara yang dia bangun akan..di serang secara licik.Mereka meminta bantuan pasukan dengan dalih untuk menumpas beberapa pemberontakan..di wilayah mereka. Tapi mereka malah membantai pasukan Arimbaji...diwilayah Wana gowa siluman.Tidak hanya itu mereka merongrong kewibaan Surateleng dengan membayar perampok guna mengobrak abrik ketentramannya.Sampai akhirnya terjadi penculikan atas Keempat Patih kepercayaannya...hingga akhirnya..dia diberikan ramuan racun agar Arimbaji meninggal secara perlahan-lahan.....oleh sekutunya ini...Adi pancatyana yang tidak tega melihat ini berusaha menyelamatkan Arimbaji.Tapi mereka akhirnya berdua tertangkap dalam pelarian mereka..dan dijebloskan di penjara Prajatista.....Pancatyana merasa tertekan ketika Arimbaji yang sakit keras dibawa untuk dihukum mati....Akhirnya Pancatyana berusaha melarikan diri....tujuannya mencari dukungan untuk melawan kebengisan Narakasura dan Bomabomantara....."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status