Gulzar Heer, awalnya adalah bayi terbuang yang ditemukan Farzam, panglima tertinggi pasukan Kerajaan Arion di Lembah Kematian. Dia memutuskan merawatnya dan menjadikan Gulzar Heer kesatria terkuat meskipun berjenis kelamin perempuan. Dari kecil, Gulzar Heer dididik dengan keras. Dia bahkan menguasai berbagai teknik berpedang sejak usia sepuluh tahun. Gulzar Heer berteman baik dengan Pangeran Fayruza yang bagaikan malaikat. Dia juga berkali-kali menyelamatkan nyawa Fayruza dari pembunuh bayaran kiriman Pangeran Ardavan. Pangeran pertama itu memang tega membunuh saudara-saudaranya demi kekuasaan. Didikan Farzam membuahkan hasil, Gulzar Heer benar-benar bersinar dan selalu berhasil memenangkan perang. Raja Faryzan sebenarnya ingin mewariskan tahta kepada Pangeran Fayruza yang merakyat, tapi adat turun temurun tidak bisa diubah. Pangeran Ardavan yang serakah dan haus darah harus dinobatkan sebagai putra mahkota. Namun, Pangeran Fayruza sebenarnya malah merasa lega karena dia diam-diam jatuh hati pada Gulzar Heer. Jika menjadi putra mahkota, dia tidak akan bisa menjadikan gadis pujaan hati wanita satu-satunya. Suatu hari, Atashanoush, raja dari Kerajaan Asytar menculik paksa putri kesayangan Raja Faryzan, Putri Arezha. Raja lalim ini terkenal suka mengumpulkan selir untuk disiksa. Perang pun pecah. Apakah Kerajaan Arion berhasil merebut kembali Putri Arezha? Bagaimana dengan kisah cinta Gulzar Heer dan Pangeran Fayruza? Rahasia besar apa yang menunggu Gulzar Heer di Kerajaan Asytar? Terdiri dari 3 season Season 1: Putri Terkutuk Season 2: Pedang Terkutuk Season 3: Kesatria Legendaris
Lihat lebih banyakSuara besi beradu memekakkan telinga, membuat ngilu. Erangan-erangan memilukan terdengar menyayat, meremangkan bulu kuduk. Satu per satu tubuh dengan baju zirah roboh, memberi warna merah pada kubangan lumpur.
Tombak teracung, anak panah dilesatkan mencari sasaran. Korban semakin banyak berjatuhan. Mayat yang bertumpuk terinjak-injak. Aroma anyir menyesakkan udara. Namun, dua pihak yang tengah berseteru tidak terlihat akan mundur.
Sebenarnya, Kerajaan Arion membenci peperangan. Namun, tanah subur dan kaya akan hasil alam negeri tersebut menyebabkan kerajaan-kerajaan lain tergoda untuk menjajah. Beberapa kali raja mencoba mengirim utusan untuk diplomasi. Sebagian bisa diselesaikan dengan baik, tetapi lebih banyak yang berakhir dengan peperangan.
Perang kali ini, pasukan Kerajaan Arion dipimpin Pangeran Heydar, pangeran kedua. Kemampuan berpedang dan berkudanya hanya bisa ditandingi Farzam, panglima perang senior dan putrinya, Gulzar Heer. Ketika ketiganya menyatukan kekuatan, musuh tidak berkutik. Sementara itu, Kerajaan Arion juga membawa tim medis yang dipimpin pangeran ketiga, Pangeran Fayruza.
Meskipun wanita, prestasi Gulzar Heer dalam pertempuran tidak main-main. Dia selalu berhasil memenggal kepala pimpinan prajurit lawan. Sebutan mesin pembunuh tak berperasaan sudah sering didengarnya. Apalagi, wajahnya memang selalu tampak dingin dan hampir tidak memiliki ekspresi.
Kini, Gulzar Heer berhadapan dengan panglima musuh. Keduanya saling menebaskan pedang. Sialnya, malah mengenai pelana kuda. Kuda yang mereka kendarai menjadi panik. Gulzar Heer melompat cepat, disusul oleh si panglima. Adu pedang berlanjut, saling sabet, saling menghindar. Pedang bersinggunggan. Kilaunya seolah memantikan percikan api.
Ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter, panglima musuh tersenyum sinis. “Kesatria wanita? Apakah Kerajaan Arion terlalu kekurangan orang hingga merekrut wanita?” sindirnya.
Gulzar Heer tak menyahut. Baginya, tak ada gunanya banyak bicara, biarlah kemampuannya yang membuktikan. Satu sabetan pedang hampir menebas kepala. Beruntung, dia sempat menghindar. Gulzar Heer membalikkan keadaan dengan gerakan pedang memutar, tepat mengenai tangan kiri lawan. Darah menetes, lalu bercampur dengan kubangan lumpur.
“Aku hanya sedikit mengalah nona kesatria,” ejek panglima, berusaha menutupi rasa malunya.
Namun, Gulzar Heer tetap tak peduli. Hinaan semacam itu sudah sering terjadi. Dia jelas-jelas para lelaki hanya berusaha melindungi harga diri mereka karena tak terima kala dari wanita.
“Kali ini aku akan serius, Nona. Berhati-hatilah!” seru si panglima sembari meninju udara.
Dia kembali menyerang. Gulzar Heer dengan mudah menangkis, lalu melakukan serangan balik. Pedangnya menari bagaikan kerasukan setan. Panglima musuh semakin teerdesak.
Traang! Sraak! Traang!
Sementara itu, Farzam, sang ayah yang tengah bertarung sengit tak sengaja melihat pergerakan mencurigakan dari arah tebing. Anak panah meluncur lurus ke arah Gulzar Heer. Rupanya, si panglima tadi meninju udara untuk memberikan isyarat kepada pemanah ditebing agar melakukan serangan dadakan.
“Gulzar, awas!” seru Farzam.
Sayangnya, peringatan itu terlambat. Sebilah anak panah menancap di lengan kanan Gulzar Heer. Pedang terlepas menghempas bebatuan, menimbulkan bunyi keras. Tak lama kemudian, puluhan anak panah lainnya menyusul bak hujan turun dari langit.
Farzam dan Pangeran Heydar cepat bertindak dengan memasang badan di depan Gulzar Heer, lalu menangkis serangan menggunakan tameng atau langsung menebasnya. Tindakan keduanya diikuti para prajurit lain. Pemanah kerajaan Arion segera membalas serangan jarak jauh. Para pemanah musuh yang ada di atas tebing satu persatu berjatuhan dengan bersimbah darah.
Sementara itu, panglima musuh mengambil kesempatan, melompat gesit ke arah belakang Gulzar Heer. Gerakannya sangat cepat, hampir tak terbendung. Gulzar Heer sempat berbalik dan menahan serangan dengan tameng. Namun, posisi tubuh tak siap, membuatnya terdorong, lalu jatuh terguling di antara mayat-mayat dalam kubangan darah.
“Ha ha ha! Wanita memang lemah! Seharusnya, tinggal saja di rumah.”
Panglima musuh semakin bernafsu untuk membunuh. Gulzar Heer mematahkan ujung panah yang menancap di lengan, lalu berguling berkali-kali di antara para mayat untuk menghindari tusukan demi tusukan. Namun, dia tersenyum saat celah terlihat.
Farzam selalu mengajarkan agar jangan menggunakan emosi berlebihan ketika pertarungan karena akan banyak titik kelemahan terlihat lawan. Gulzar Heer memanfaatkan emosi panglima musuh yang tak terkendali. Satu per satu titik lemahnya perlahan menjadi tampak.
“Mati kau!” Teriakan si panglima musuh memekakkan telinga.
Pedangnya terhunus lurus menuju dada Gulzar Heer. Sang kesatria wanita sekali lagi berguling, sehingga pedang musuh menancap di lumpur, terbenam cukup dalam dan sukit ditarik kembali. Namun, kali ini Gulzar heer tidak hanya menghindari serangan, tetapi juga menarik pedang yang menacap di salah satu mayat dengan tangan kiri. Sekali tebas, kepala panglima musuh terpenggal dan terguling di antara tumpukan mayat sebelum tercebur ke kubangan darah.
Gulzar Heer mengembuskan napas lega. “Hhh ... hhh ... syukurlah aku melatih berpedang dengan tangan kiri juga.”
Farzam menghampiri putrinya untuk membantu berdiri. Mereka kembali melanjutkan pertarungan. Meskipun kecepatan membunuhnya berkurang, Gulzar Heer masih terlihat gesit, menumpas musuh tak kenal ampun. Terlebih, semangat juang prajurit musuh turun drastis setelah terbunuhnya panglima mereka. Pertarungan terus berlanjut, hingga lawan akhirnya menyatakan menyerah. Kemenangan kembali berada dalam genggaman Kerajaan Arion.
“Hidup Kerajaan Arion!”
“Hidup Raja Faryzan!”
“Hidup Pangeran Heydar!
“Hidup Pangeran Fayruza!”
“Hidup Panglima Farzam!”
“Hidup Nona Gulzar Heer!”
Seruan-seruan kemenangan bergema dari pihak Kerajaan Arion. Gulzar Heer membuang pedang milik musuh yang tadi dipakai. Dia mengambil kembali pedang kesayangannya. Wanita itu juga memungut kepala panglima dan memasukkannya ke kotak kayu, agar nanti bisa dihadiahkan kepada raja.
Sementara itu, Farzam dan Pangeran Heydar mengomando pasukan untuk menjadikan prajurit musuh sebagai tawanan. Setelah lawan sudah dipastikan tertangkap, para tenaga medis dipimpin Pangeran Fayruza melakukan penyembuhan pada korban luka. Pangeran dengan sorot mata lembut itu menghampiri Gulzar Heer dengan tergopoh-gopoh.
“Gulzar, aku akan mengobatimu.”
“Tidak, Pangeran. Ada banyak prajurit kita yang mengalami luka lebih parah. Dahulukan mereka,” tolak Gulzar Heer.
Dia duduk bersandar di batang pohon, lalu menggigit saputangan sembari menarik sisa panah yang masih menancap di lengan. Darah memancar membasahi baju zirah. Gulzar Heer dengan cepat membalut lengannya dengan sapu tangan yang tadi digigit. Matanya membelalak saat tubuh terasa panas. Dia terbatuk dan memuntahkan darah.
“Sial ... panahnya beracun hhh ....”
Rasa terbakar semakin menyiksa. Napas terasa memburu. Kesadaran Gulzar Heer perlahan menurun. Sebelum pandangan memburam, dia sempat melihat Pangeran Fayruza berlari panik ke arahnya.
“Gulzar! Bertahanlah!”
Pangeran Fayruza mengenggam tangan Gulzar Heer. Perlahan, tubuhnya diselimuti cahaya biru berpendar terang. Dia memang memang menguasai teknik penyembuhan dengan mana elemen air.
“Arghh!”
Gulzar Heer kembali memuntahkan darah, mengotori pakaian sang pangeran. Pangeran Fayruza menarik tubuh kesatria wanita itu ke dalam dekapan, memperkuat mana. Cahaya biru semakin benderang.
“Bertahanlah, Gulzar, kumohon ....”
***
Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer
Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m
"Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan
"Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as
Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.
Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen