Raskar ialah seorang pemuda berusia 7 tahun yang tersingkirkan dalam pergaulan karena menjadi anak dari istri ke-empat Sultan. Ibu Raskar merupakan wanita dari Wilayah Purnama yang merupakan rival bebuyutan Wilayah Sabit yang dipimpin oleh Sultan yang saat ini menjadi ayahnya. Keputusan Sultan menikahi wanita dari Wilayah Purnama sangat ditentang keras oleh semua orang dari Wilayah Sabit bahkan dari Wilayah Purnama sendiri turut mengutuk keputusan itu. Raskar yang terlahir dari hasil pernikahan keduanya menjadi musuh semua orang tidak peduli di mana dia berada. Bahkan dia tidak diizinkan memiliki nama belakang yang membuatnya tampak sedang diasingkan dari persaingan tahta para anak Sultan dan para Pendekar elit Wilayah Sabit. Mampukah Raskar membungkam hinaan semua orang serta menyatukan Wilayah Purnama dan Wilayah Sabit? Penasaran? Lanjut baca aja ceritanya! Novel ini penuh dengan drama, romansa, komedi, aksi, dan fantasi timur. Harap bijak dalam membaca! Jangan lupa subscribe, share, dan kasih rating bintang 5 ya! Terima kasih!
View MoreSuatu hari, cinta yang seharusnya tidak pernah terlahir di dunia akhirnya muncul begitu saja tanpa seorang pun bisa menghentikannya.
Tatapan sinis dan gerakan protes terjadi hampir di seluruh penjuru Wilayah Sabit. Semua itu ditujukan kepada keputusan sang Sultan menikahi wanita dari Wilayah Purnama yang merupakan musuh bebuyutan Wilayah Sabit.
Sang Sultan yang baru naik tahta langsung menjadi kontroversi seluruh penjuru dunia. Namun, peristiwa itu tetap terjadi dan berlanjut hingga lahirnya Raskar.
***
Tempat ini adalah area paling menarik perhatian dari seluruh area di dalam Institut Teknologi Buyar. Sebagai salah satu pusat pendidikan Pendekar paling berkualitas tinggi, tentu saja bukan sembarang orang bisa keluar masuk sesuka hatinya.
Saat ini, banyak orang berkumpul di area tersebut. Area ini disebut sebagai Area Arena Tangguh di mana tempat para Pendekar pemula hingga elit profesional menjalani ujian paling keras dan brutal.
Terdiri dari banyak arena dengan pelindung tinggi yang didukung oleh Tekno Pusaka membuat tempat itu begitu menegangkan dan juga sakral di saat bersamaan.
Banyak sorakan terjadi silih berganti. Suara dentuman dahsyat juga terdengar setiap kali orang-orang bersorak. Seakan-akan, kedua suara itu sudah saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Namun, semua sorakan dan dentuman dahsyat tiba-tiba menjadi hening tepat ketika salah satu arena menjadi sorotan semua orang.
Arena tersebut milik Pendekar pemula yang seharusnya tidak terlalu menarik perhatian semua orang. Akan tetapi, kali ini jelas berbeda karena sosok itu ada di sana.
“Urgh…!”
Suara lirih tak berdaya seorang pemuda yang terlempar melayang sebelum jatuh tersungkur di atas arena tersebut.
Lemas dan tak berdaya seperti sosis panggang, pemuda tersebut jelas sangat menderita sekali dengan keadaan yang sedang menimpanya.
Boom!
Tak jauh darinya, suara hentakan kaki terdengar dengan keras hingga menimbulkan debu di sekelilingnya. Sosok buram pemuda lainnya perlahan menunjukkan dirinya.
“Ha-ha-ha! Dasar semut rendahan! Apa ini produk akhir yang keluar dari perut wanita rendahan Wilayah Purnama itu, hah?!”
Seorang pemuda berusia sekitar 12 tahun dengan gagah berdiri menertawakan penderitaan pemuda yang tergeletak di atas arena itu.
Pemuda 12 tahun itu bernama Toni Fanto. Salah satu Pendekar pemula yang begitu terkenal karena kekuatannya serta keganasannya setiap kali bertarung di atas arena.
Adapun pemuda yang tersungkur itu adalah Raskar. Dia benar-benar terlihat begitu pucat dengan memar bertumpuk di wajahnya hingga sulit untuk mengenali sosoknya.
Jika bukan karena perlindungan dari kostum Tekno Pusaka miliknya, cederanya mungkin akan lebih parah daripada yang terlihat sekarang.
Raskar perlahan mencoba untuk bangkit kembali meski tertatih-tatih dan terlihat meliuk-liuk sempoyongan tak jelas arahnya.
“Urgh…. A–aku belum kalah! J–juga, jangan berani-berani kau menghina ibuku!” tegas Raskar dengan ganas menatap tajam ke arah Toni.
Meski kata-katanya terdengar begitu jantan, pandangan matanya semakin buram dan sulit baginya melihat dengan jelas.
Belum lagi postur tubuhnya yang terlihat lemah dan bisa saja tersungkur lagi kapan pun bila Raskar tidak punya tekad kuat yang tersisa.
“Hah? Apa kau bilang tadi? Aku tidak dengar dan tak ingin dengar apa pun dari mulutmu! Coba lihatlah keadaan dirimu sendiri sebelum bersikap sok di hadapanku!” sahut Toni dengan bangga menunjukkan jari tengahnya ke arah Raskar.
Semua orang yang melihat itu memiliki berbagai ekspresi yang rumit. Namun, sebagian besar orang tampak menikmati pemandangan di mana Toni mempermalukan Raskar.
“Hmph! Apa hebatnya seorang Pendekar Tingkat 2 menindas Pendekar Tingkat 1. Dia bahkan sempat kesulitan melawan bocah Tingkat 1 itu.”
Seseorang tampak mengejek sikap sombong Toni yang tidak selayaknya ditunjukkan oleh seorang Pendekar Tingkat 2 di hadapan musuhnya yang lebih lemah.
“Hah? Apa maksudmu berkata seperti itu? Salah sendiri bocah terkutuk itu karena berani menantang Toni. Siapa suruh dia bersikap jagoan seperti itu? Ternyata hanya pecundang! Bueh!”
Seorang lainnya seakan dengan sengaja menyindir balik sambil meludah dengan tatapan sinis tetap diarahkan kepada Raskar.
“Ha-ha-ha! Betul juga perkataanmu. Salahkan diri sendiri karena tidak tahu diri!”
“Tidak tahu diri? Bocah terkutuk itu lebih dari sekadar tidak tahu diri. Dia jelas tidak tahu malu sama sekali!”
“Pecundang sepertinya masih berani sok keren di sini, keluar saja sana!”
“Keturunan Wilayah Purnama tidak pantas berada di tempat ini. Pergi keluar dan kembali ke tempat asalmu!”
“Pergi! Pergi!”
Suara-suara sorakan berubah menjadi ejekan secara serempak dilontarkan tepat kepada Raskar. Dia jelas mendengar hal itu, tapi tetap diam menatap tajam ke arah Toni.
Toni sendiri tampak begitu menikmati sorakan yang mendukungnya serta ejekan kepada Raskar. Semua itu terdengar seperti alunan musik berkualitas tinggi.
“Ha-ha-ha! Lihatlah baik-baik! Ini adalah kenyataan yang harus kau dengar dan ingat sepanjang hidupmu! Kamu semut tidak penting di hadapanku seorang Toni Fanto!” tegas Toni dengan senyum mengejek melihat Raskar.
Raskar terdiam mendengar itu sebelum terbata-bata berkata, “A–aku bilang, jangan berani-berani kau menghina ibuku!”
Perkataan Raskar sebenarnya terdengar cukup jelas meski suaranya cukup serak dan kata-katanya sedikit terbata-bata.
Meski begitu, Toni tetap semakin mengejeknya. “Apa? Aku tidak dengar apa pun. Jangan banyak omong, cepat maju sini biar aku selesaikan semuanya dengan cepat! Ha-ha-ha!”
Suara lantang Toni memang sengaja dibuatnya agar para penonton mendengarnya dengan jelas. Rasa bangga dan sombong menindas Raskar sudah memenuhi hatinya.
“Betul itu. Cepat bertarung lagi!”
“Tunggu apalagi, hah? Maju dan selesai pertarungan membosankan ini!”
“Dasar bocah terkutuk! Cepat menyerah saja kalau sudah tidak mampu lagi!”
“Maju Toni! Habisi dia! Tunjukkan kekuatan sebenarnya Pendekar elit Wilayah Sabit!”
“Musnahkan semut keturunan Wilayah Purnama sekarang juga!”
“Toni! Toni!”
Semua orang terutama para penonton semakin menjadi-jadi bersorak mendukung Toni dan mulai mencaci maki Raskar hingga tak terhitung jumlah katanya.
Toni tak mampu lagi menahan rasa bangga dipuja oleh semua orang. Tatapannya penuh arogansi ketika melihat sosok Raskar seperti daging talenan di matanya.
“Ha-ha-ha! Semua orang ingin kamu kalah hari ini, Raskar! Karena hatiku sedang bahagia, satu pukulan saja sudah cukup untukmu. Bagaimana?”
Toni berjalan dengan tenang mendekat ke arah Raskar dan bersiap untuk melayangkan satu pukulan pamungkas dengan sekuat tenaga.
“He-he-he! Meski aku bilang satu pukulan, ini adalah pukulan paling kuat yang sudah aku latih selama ini. Soal ibumu, wanita murahan sepertinya tidak layak menjadi ratu Wilayah Sabit. Raskar, terima hadiahku ini!”
Toni memang sangat licik. Dia mengirimkan pesan telepati ke dalam pikiran Raskar yang jelas berbeda dengan sikap sok baiknya di hadapan semua orang.
Ini sudah kesekian kalinya Toni melakukan semua aksi sok jagonya itu. Setiap kali dia akan menang, tak pernah lupa untuk mendaratkan hinaan yang begitu pedas masuk ke dalam hati Raskar yang selalu ditindasnya.
Raskar sangat terguncang mendengar cacian seperti itu. Jika orang lain hanya menghina dirinya saja, dia tidak akan merasa begitu marah.
Namun, apabila ibunya yang dihina, hatinya akan hancur penuh amarah yang sulit diredakan. Itu adalah batas garis bawahnya yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun.
“Toni Fanto! Aku, Raskar, putra Sultan ke-99 tidak akan pernah melupakan semua penghinaan hari ini. Ingat itu, dasar pria berwajah munafik seperti orang utan!” teriak Raskar dengan lantang sebagai bentuk balasannya menerima pesan telepati sebelumnya.
“Seharusnya, kalian saling bertarung terlebih dahulu sebelum menyadari kalau kekuatan kalian satu sama lain ternyata setara yang mana sudah jelas tidak pernah kalian lakukan sama sekali sebelum memutuskan beraliansi. Mungkinkah kalian bisa menerawang kemampuan sebenarnya satu sama lain? Mana mungkin bisa begitu, kan?!”“Ada juga orang berwajah jelek itu yang telah aku bantu berikan sentuhan berupa pukulan lemah lembut kepada wajahnya agar ke depan terlihat lebih jelek lagi. Dia seharusnya marah besar dan memang sudah terasa ingin menghancurkan diriku sebelum tiba-tiba tidak jadi karena dia melihat ke sisi kiriku secara singkat. Pastinya, dua orang tersebut terlihat diskusi melalui pesan telepati!”“Dengan demikian, sudah sangat jelas sekali hubungan kalian berlima tidak lain adalah rekan satu kelompok yang sedang berpura-pura seolah-olah saling tidak mengenal satu sama lain. Kalian berlima mungkin saja bisa menipu orang lain, tapi tidak dengan diriku!”“Oh iya…! Berdasarkan instingku
“Perasaan, seingatku memang tidak ada sama sekali peraturan omong kosong yang berbunyi dan mengikat seperti itu, bueh!” sahut Raskar dengan tegas memberikan jawaban yang sangat ambigu sambil mengejek dan tentunya membuat musuhnya semakin marah.“Orang-orang ini benar-benar kuat. Tidak salah lagi dengan hal ini. Bukan hanya kemampuan intelektualnya saja melainkan juga kehati-hatian serta respon mereka yang sigap dalam menghadapi setiap serangan yang diarahkan kepadanya.”“Pukulan dengan kekuatan penuhku tadi seharusnya sudah lebih dari cukup untuk memaksanya jatuh tersungkur dan pingsan seketika. Tidak disangka, dia dengan cepat mengalirkan seluruh Energi Sabit di dalam tubuhnya tepat di dagunya yang menjadi target pukulanku! Menarik sekali!”“Mereka seolah-olah seperti para veteran bertubuh mungil yang telah berpengalaman dalam segala macam pertarungan sengit sehingga reflek, kemampuan analisa, dan ketenangan mereka tidak bisa diremehkan!”Raskar membatin dengan perasaan kalau hasil p
“Aku pasti bisa! Saatnya menunggu dengan sabar terlebih dahulu!” batin Raskar tetap diam mengamati.Tak butuh waktu lama bagi kelima orang tidak tahu malu sama sekali tersebut dengan cepat melenyapkan satu persatu orang-orang yang ternyata juga mulai bermunculan untuk melakukan serangkaian serangan menyelinap.“Hiyah…!”“Lemah! Hmph…!”“Argh…! Uhuk-uhuk…!”Brak…!Dan begitulah seterusnya, tampak tidak ada satu pun yang berhasil dari sejumlah orang dengan sisa kekuatan mereka berusaha mengalahkan setidaknya satu orang saja dari ke lima orang tidak dikenal tersebut.Hal ini semakin memperkuat fakta yang sangat membuka mata lebar-lebar siapa pun yang melihatnya. Tidak peduli kepada para penguji yang sedang mengawasi, tiga orang tersisa dari kelompoknya Dirto Buras, dan tentunya Raskar sendiri.“Singkirkan semua pecundang ini! Tidak perlu lagi berlama membiarkan mereka terus sembuh akibat bantuan daripada Bola Abadi yang menyebalkan ini!” tegas salah satu orang tampak bosan dan tidak lagi
Dari luar, mereka seperti saling tidak mengenal sama sekali, tapi sebenarnya memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mencari suatu benda tertentu. Sesuatu yang tidak akan pernah diketahui siapa pun apalagi Raskar yang tengah bertahan untuk bersembunyi selama mungkin.Keberadaan benda yang tidak diketahui asal usulnya tersebut mendorong mereka untuk tiba di sana. Siapa dan dari mana mereka berasal masih belum jelas diketahui asal usulnya?! Hanya satu hal yang pasti yaitu keberadaan mereka yang lainnya telah ada di sana selama beberapa tahun belakangan.Segera menemukan objek yang disebut sebagai “Benda Hilang” adalah mutlak dan tidak boleh terjadi tawar menawar apalagi kegagalan. Beban berat tidak hanya dipikul oleh mereka berlima, tetapi juga masih banyak orang lainnya.Dengan demikian, sudah begitu jelas tak lagi bisa diragukan betapa pentingnya “Benda Hilang” bagi mereka untuk segera didapatkan sebelum diserahkan kepada atasan mereka. Kegagalan hanya berujung kepada kematian ya
“Hmph…! Bukankah sudah jelas kalau kelimanya hanya pecundang yang ketakutan sehingga harus bersembunyi sampai sejauh ini?”“Hush…! Jangan lupakan dua pengkhianat dari kelompok kita yang juga bersembunyi dengan baik! Mereka bukan pecundang, hanya saja lebih mengarah sangat licik sekali. Kemungkinan besar, lima orang ini tidak lemah sama sekali!”Ketiga orang yang berada di luar Bola Abadi tentunya sangat tidak menyangka bakal menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik tepat ketika ketiganya berpikir kalau semuanya sudah benar-benar berakhir dan tidak lagi terlalu berarti sama sekali.“Ehem…, sudahlah! Kalian mau bertarung atau tidak, hah? Kalau tidak, bukankah sebaiknya kita segera memutuskannya saat ini juga agar dapat istirahat sejenak terlebih dahulu?!”“Hmm…, meski aku tidak percaya kepada satu pun di antara kalian semua, tapi memang cara seperti ini yang mampu dilakukan menghadapi situasi kita berlima saat ini!”“Masuk akal…! Lagi pula, kalau kita berlima masih bisa muncul, besar k
Bak-buk-bak…! Bang…!“Argh…! Uhuk-uhuk…! Kurgh…!”Brak…!Orang tersebut tak lagi bisa memblokir serangan beruntun musuh dan akhirnya terpaksa menerima kenyataan sebelum menjerit dan jatuh tersungkur tanpa daya sama sekali.“Ha-ha-ha…! Sekarang, hanya tersisa kita berdua! Aku pasti akan men–, huh? Argh…! Uhuk-uhuk…!”Orang yang baru saja menyerang dengan percaya diri menjadi dipermalukan dengan serangan mendadak yang cepat dari pihak musuhnya. Jelas orang yang melakukan itu sudah menunggu momen musuhnya lengah.“Kurgh…! Si–sialan, aku akan membunuhmu…!” teriak orang tersebut tak senang dihajar sewaktu tak siap.“Banyak omong kau…! Aku yang pasti menang….! Hiyah…!”“Hmph…! Dasar dungu sekali yang tidak tahu kekuatan musuhnya! Hiyah…!”Dua orang tersisa berteriak dengan keras sekali. Sudah begitu jelas disertai dengan hempasan sisa terakhir Energi Sabit di dalam tubuh keduanya. Gejolak dahsyat kembali mengeluarkan getaran hebat.Whoosh….!Bang…!Keduanya langsung melesat dan saling baku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments