Share

Tamu Istana

Author: Fariha
last update Last Updated: 2021-08-03 08:38:42

Saat puluhan tentara kerajaan tiba di Desa Purbawati. Mereka langsung menyebar dan menghampiri rumah para penduduk. Hal itu dianggapnya bisa menghemat waktu. Setiap rumah di datangi 2 tentara saja.

'Inikah kesatria yang sering kakek ceritakan?' gumam Sadarga dalam batinnya. 2 pria dewasa saat ini tengah mendekatinya.

Di setiap pelosok Negri, para kesatria seakan terlahir dengan sendirinya. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki ilmu bela diri, sesuai dengan tingkatannya masing-masing.

Kemudian, para Kesatria itu terbagi menjadi 2 golongan. Sebagian bergolongan putih, sebagian lagi bergolongan hitam. Para Kesatria di golongan putih, pasti mempunyai watak kepribadian yang baik, mereka selalu bersedia melindungi sesamanya. Tapi, para Kesatria di golongan hitam mempunyai watak sebaliknya. Mereka lebih condong mempunyai watak jahat. 

Kesatria golongan hitam sering menggunakan kemampuannya untuk mencari keuntungan sendiri, terkadang mereka merampas hak orang lain, berbuat aniaya, bahkan menghabisi nyawa orang lain sesuka hatinya.

"Hai nak, mau kemana kamu?" ucap lelaki berkumis tebal, suaranya terdengar menggema saat menyapa Sadarga yang sedang berjalan.

Kemudian bocah itu mengarahkan pandangan pada pria dewasa yang datang dari arah sampingnya,"Entahlah Paman, aku hanya ingin melihat dunia luar dan menghirup udara segar saja!" sahut Sadarga. Bocah 11 tahun ini berjalan sambil membawa tongkat penyangga. Keadaan kaki Sadarga yang tidak bisa tumbuh normal, menjadikan dirinya terlihat sulit bergerak.

Dunia luar seakan menjadi hal asing bagi dirinya, bagaimana tidak? 

Sudah hampir 11 tahun bocah ini hidup di sekitaran rumah saja!

Walaupun hanya melihat keadaan Dunia luar. Bagi Sadarga, hal itu merupakan suatu hal yang begitu sulit. Betapa tinggi rasa ingin tahunya terhadap kehidupan di luar sana, anak ini seakan ingin membuktikan semua cerita dari kakek angkatnya.

Di sela waktu, terkadang Tanu menceritakan keadaan di luar rumah. Kemudian kerap kali memberikan motivasi untuk Sadarga, supaya ia terus berusaha mengobati dirinya sendiri.

Pasalnya, Tanu sudah beberapa kali meminta bantuan tabib untuk mengobati penyakit yang di derita cucu angkatnya itu. Hanya saja takdir belum memihaknya. Semua usahanya belum berhasil.

"Dimana Ayahmu?" lanjut lelaki berkumis tebal.

Mendengar pertanyaan itu, wajah Sadarga tiba-tiba sedikit murung. Dalam benaknya kini terlintas, sebenarnya ia juga sedang mencari siapa ayah kandungnya!

"Tidak ada Paman, lagi pula aku hanya tinggal dengan ibu dan Kakek saja!" ucap Sadarga dengan suara yang terdengar sedikit berat. Meskipun batinnya goncang, tapi ia mencoba menyembunyikan perasaannya itu.

"Hmp begitu yah, jadi kamu hanya hidup dengan ibu dan kakekmu?"

"Benar Paman, apakah ada pesan untuk kakek? atau mungkin ... ada sesuatu yang bisa aku bantu?" senyum tulus terlihat di wajah Sadarga dan hal itu membuat dua lelaki berpakaian Jirah sedikit berbeda dari sebelumnya. Lelaki berkumis itu, kemudian meminta supaya Sadarga mengajak ke rumahnya.

Sial, padahal sudah berjalan lumayan jauh. Bahkan langkah kaki Sadarga saat ini, terbilang sebagai pencapaian baru dalam hidupnya. Meskipun sebenarnya jarak sejauh itu bukanlah hal sulit bagi orang normal lainnya. 'Sebenarnya, siapa orang-orang ini?' tanya Sadarga dalam batinnya.

Sesampainya di kediaman, Sadarga hanya diam seribu bahasa. Mungkin ia kebingungan memikirkan kalimat yang pantas untuk digunakan sebagai kata pembuka.

"Hei nak, siapa namamu?" tanya pria berkumis seakan memecah kesunyian yang tengah berlangung sekitar 5 menit hitungan jam.

"Oh ia, perkenalkan namaku Sadarga Sae, Paman!" celetuk bocah 11 tahun, sambil menggaruk kepala yang tak gatal.

Setelah mendengar nama bocah di depannya, 2 pria bebaju Jirah itu tiba-tiba saling menatap satu sama lain.

Entah apa yang mereka pikirkan?

Namun Sadarga menanggapi keadaan itu biasa saja. Bocah itu, malah pergi ke dapur dan berniat memberikan minuman sebagai jamuan pada tamunya. 

Letak dapur dan ruang tamu hanya terhalang oleh bilik bambu, bocah 11 tahun itu seakan mendengar 2 tamunya saling berbisik. Bahkan ia mengingat betul beberapa kalimat yang terucap dari pembicaraan tamunya itu.

"Mungkinkah dia orangnya?"

"Entahlah, tapi aku rasa bukan!"

"Ya, aku juga berpendapat demikian. Bukankah orang yang sedang kita cari memiliki sebuah kalung di lehernya?"

"Bagaimana jika seseorang telah melepaskan kalung itu?" 

"Tidak mungkin, bukankah kalung itu terbuat dari bahan khusus dan telah di aliri aura magis? bahkan, kita saja tak akan mampu melepas kalung itu!"

Di jaman ini, hanya orang tertentu yang memiliki kekuatan bernama aura magis itu. Karena kekuatan ini hanya bisa dirasakan tapi tak bisa terlihat mata. Kemudian kekuatan itu hanya di miliki Kesatria tingkat lima ke atas.

Meskipun Arga telah mendengar beberapa perkataan tamunya, ia mencoba menunjukan sikap acuh seakan tak menghiraukannya sedikitpun.

"Ya, entahlah. Mungkin saja anak itu telah bertemu dengan seorang Kesatria hebat!"

'Hah! Kesatria?' gumam Sadarga yang tak sengaja menguping pembicaraan. Walaupun bocah itu tak tahu siapa yang sedang dibicarakan tamunya, tapi ia mempunyai pirasat bahwa dirinyalah yang menjadi objek pembicaraan.

"Hei nak, sejak kapan kamu tinggal di sini?" ucap pria bermata sipit, ia mencoba melemparkan pertanyaan kali pertamanya dari bilik bambu.

Sambil menjawab pertanyaan tamunya, Sadarga datang membawa baki. Dengan telaten ia menyuguhkan minuman pada 2 tamunya. "Kakek bilang sih, sejak aku masih bayi!" celetuk Sadarga, tangannya masih sibuk menuangkan racikan minuman kesukaan kakek pada gelas yang  terbuat dari tempurung kelapa.

"Hmmp, begitu ya. Memangnya berapa usiamu?" lanjut pria bermata sipit.

"11 tahun!"

Lagi-lagi 2 pria di hadapan Arga, seakan dibuat terkejut. Entah apa yang sebenarnya mereka pikirkan?

"Wah, ternyata ada tamu yah!" ucap seorang lelaki tua yang tiba-tiba masuk rumah tanpa mengetuk pintu.

2 tamu Sadarga nampaknya terkejut, karena kemunculan kakek tua itu seakan tak bisa terdeteksi. Jangankan hawa keberadaannya, suara langkah kakek itupun seakan tak ada.

"Se-selamat siang kek!" kata pria sipit dengan terbata.

"Siang juga! Apakah kalian teman cucuku?" sapa Tanu.

"Bu-bukan, kami merupakan utusan dari istana kerajaan!"

"Wah, utusan dari kerajaan! Apakah kalian yang dikenal orang sebagai kesatria itu?"

"Ya, benar sekali Kek!"

"Haha. Baru kali ini aku melihat seorang kesatria. Pantas saja, baju kalian terlihat sangat bagus sekali! Bolehkah aku memegangnya?" 

Tanu langsung mendekati 2 utusan istana, lalu mengelus pakaian Jirah. Layaknya orang pedalaman yang tertinggal dan terlihat sangat primitif.

"Kakek, apa yang kau lakukan?" tanya Sadarga keheranan.

"Bocah, lihatlah pakaian ini! Begitu mewah dan terlihat sangat kokoh. Sepertinya aku ingin memakai baju seperti ini!" ucap Tanu dengan wajah memelas.

'Hah. Apa yang kakek lakukan? Ia tak seperti biasanya. Kali ini seakan kekanak-kanakan!' gumam Sadarga.

Ya, ini menjadi pertanyaan konyol dalam benak Sadarga! Seorang kakek angkat yang bernama Tanu itu dikenalnya memiliki wibaya dan karismatik. Namun mengapa tiba-tiba bertingkah aneh di depan matanya?

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Bumi Langit   Raja Bintang

    "Hei, coba lihat! Bukankah dia utusan dari bumi?""Mungkin saja begitu.""Tapi, aku rasa ada yang tak biasa dengan bumi kali ini. Mengapa saat ini bumi mengutus seorang yang terlihat lemah seperti itu.""Ya, benar juga. Jika demikian maka karisma bumi seakan menjadi pudar.""Hahaha."Dari jarak yang lumayan jauh, terdengar percakapan beberapa orang yang sedang menggunjing. Sepertinya Sadarga belum peka terhadap percakapan tersebut. Karena sebenarnya yang sedang menjadi bahan pembicaraan adalah dirinya, sebagai utusan dari bumi."Apa yang harus aku lakukan? Mengapa tiba-tiba tempat ini menjadi ramai?" gumam Sadarga dalam batinnya. Pandangan lelaki itu terus menyisir setiap penjuru yang mampu dijangkaunya.Suasana di dataran lapang ini begitu riuh, kesunyian seakan lenyap dibuatnya. Bagaikan pesisir pantai yang jernih dan tiba-tiba dipenuhi buih yang teramat banyak. Hiruk pikuk para utusan dari berbagai penjuru alam semesta datang

  • Legenda Bumi Langit   Pertemuan Para Utusan

    Setelah sekian lama melakukan perjalanan, akhirnya selesai juga. Sampailah di sebuah permukaan datar penuh debu dan pasir.Jika menengadahkan kepala ke langit, Sadarga bisa melihat puluhan bola berukuran besar. Terkadang Sadarga menyaksikan Kilauan cahaya di bola itu, tapi sisi lainnya berwarna gelap."Paman, jika boleh tahu siapa namamu?" tanya Sadarga sembari mengarahkan pandangan ke atas langit. Lelaki ini memang terbiasa menggunakan sebutan Paman, kepada siapapun yang dianggapnya lebih tua."Hmp, maafkan aku... karena hampir saja lupa memberitahunya. Perkenalkan namaku Brama Rangga Dewata. Tapi terserahmu saja, kau bisa panggil sesukamu," sahut Brama dengan senyuman ramahnya. Simpulan bibir pria itu seperti menyiratkan sifat aslinya."Wah, namamu bagus sekali dan sangat panjang Paman. Mungkin aku akan memanggilmu menggunakan nama depannya saja.""Baiklah nak, terima kasih atas pujiannya. Perlu kamu ketahui kita ini hampir sampai. Jangan s

  • Legenda Bumi Langit   Kehampaan

    Sesuatu yang dilihat oleh Sadarga, sungguh membuatnya ingin muntah.Bagaimana tidak?Sebab saat ini terlihat dua orang lelaki dan tiga wanita yang sudah tak berpakaian. Lima orang itu masih memiliki wajah utuh, tapi dari leher hingga bagian kaki sudah tak nampak lazim.Bukan tanpa alasan keadaan lima orang itu menjadi sedemikian rupa. Hal tersebut ternyata diakibatkan ulah dari orang-orang yang mengerumuninya.Ya, lima orang bernasib buruk itu telah menjadi korban keganasan penyembah Pisaca.Karena tak tahan melihat tingkah orang-orang di sekelilingnya, dengan lantang Sadarga berteriak sekeras mungkin."Aaaaaaa!"Tak lama setelah teriakan menggema di ruang istana, pandangan pun berubah menjadi gelap. Sadarga hanya bisa melihat bintik cahaya bermacam warna, bagaikan pemandangan langit malam saat dilihat di atas gunung.Begitu terkejut Sadarga, setelah ia menyadari bahwa dirinya sudah berpindah tempat cepat sekali. Bu

  • Legenda Bumi Langit   Di Istana Labodia

    "Tunggu! Ibu mau kemana?" teriak Sadarga setelah melihat Ningrum tiba-tiba pergi dengan cepat.Walaupun Sadarga berteriak sekerasnya dan tengah melakukan berulang kali.Sayang sekali!Ningrum terlihat acuh tak memberikan tanggapan.Begitu tergesa-gesa kepergian Ningrum. Entah apa yang membuatnya melakukan itu? Yang jelas saat ini Sadarga hanya seorang diri saja melayang menunggangi batu di lingkungan istana kerajaan.Ingin rasanya mengikuti sang ibu yang telah pergi meninggalkannya, tapi apa daya Sadarga? Batu yang ia tunggangi tak bisa bergerak sesuai keinginannya. Bahkan batu tersebut malah turun dari atas ketinggian, seakan meminta Sadarga tak menginjakan lagi kaki di atas permukaannya."Aaaaa!"Benar saja.Begitu terkejut Sadarga. Pria itu dibuat kaget oleh batu yang ditumpanginya. Tiba-tiba bongkahan batu itu melakukan putaran cepat, seakan memaksa Sadarga turun.Dari kejadian itu, menyebabkan Sada

  • Legenda Bumi Langit   Lepasnya Sukma

    Sampai saat ini, Utar terus melanjutkan perjalanannya hingga mencapai perut goa. Di kedalaman tersebut suara hujan deras sudah tak terdengar lagi.Bebatuan tajam yang bisa dirasakan alas kaki pun, sudah tak ditemui lagi. Entah apa yang bisa dilihat jika sepercik cahaya menerangi kegelapan saat ini."Hei, apa kalian baik-baik saja?"Suara Utar yang terpantul dinding goa, terdengar menggema. Entah berapa orang yang masih bersamanya, hanya suara langkah dan hembusan nafas saja yang didengarnya. Tak ada seorangpun yang berbicara saat ini.Mungkin rasa lelah karena perjalanan, menjadikan diam terasa lebih baik dari pada berbicara atau sekedar menggerakkan anggota tubuh."Baiklah, aku rasa di sini tempatnya cukup aman. Jadi, jika kalian ingin beristirahat silahkan saja,"Lelah. Lelah sekali. Sadarga yang merasakan suasana di dalam goa itu seakan tak berdaya lagi. Begitupun semua orang yang bersamanya.Hanya Utar dan Raka yang masih te

  • Legenda Bumi Langit   Tempat Tersembunyi

    Setelah sampai di mulut goa, Sadarga merasakan keresahan dalam hatinya. Entah apa yang akan menimpanya kali ini. Namun itulah ungkapan dalam benaknya. Padahal sebelumnya Sadargalah orang paling ceria dan selalu menumbuhkan semangat bertahan hidup.Ya, semangat untuk tetap hidup.Karena sepanjang jalan menuju goa, angin kencang terus berhembus menumbangkan pepohonan hujan deras di iringi petir terus mengguyur membasahi tanah.Dari kejauhan terlihat laju tanah berjalan, terbawa arus air yang begitu kuat. Padahal itu hanyalah sebuah lumpur yang terbawa air dari hulu menuju hilir.Ada beberapa orang dari para pemuda desa Lanangjagat yang gugur melepaskan nyawanya akibat tak tahan lagi menahan gejolak amukan alam tersebut. Sungguh mengenaskan nasib mereka diterpa murka alam raya, yang datang secara tiba-tiba."Paman, sebaiknya kita mencari lagi tempat lain untuk berlindung," usul Sadarga pada Utar."Hei, bicara apa kau ini. Bukankah kamu yang men

  • Legenda Bumi Langit   Kembali gelisah

    Tak terasa tiga hari berlalu begitu saja. Semenjak peristiwa pertempuran Sadarga dan manusia berbulu, kini tak ditemukan lagi kekacauan yang mengganggu kehidupan di istana dan di berbagai wilayah lainnya.Suasana amanpun seakan dirasakan semua orang, termasuk para penduduk desa Lanangjagat yang kini berada di tempat pengungsian sementara.Di pagi hari yang sangat cerah, Sadarga terlihat berjalan dan membawa kayu bakar. Entah dari mana ia? Sebab Sadarga tak ditemani siapapun."Tuan, dari mana kayu bakar ini?" ucap Reni menyambut kedatangan Sadarga. Wanita ini merupakan seseorang yang menaruh simpati pada Sadarga.Ya, beberapa hari terakhir prasangka orang disekeliling Sadarga seakan terbagi. Ada yang menaruh simpati, ada juga yang berburuk sangka."Aku baru saja turun gunung, semalam aku tak bisa tidur. Jadi ku putuskan saja untuk mencari angin segar di malam hari."Sadarga terlihat berjalan terus tanpa melihat wajah Reni, pandangannya

  • Legenda Bumi Langit   Kembali

    "Ti-tidak. Aku hanya terkesima saja, melihat seranganmu yang begitu cepat. Sampai mengalahkan mahluk itu dengan mudah," kata Utar. Nampaknya ia tak bisa menyembunyikan isi hatinya. Sehingga segala perkataan batinnya diwujudkan dengan kata-kata yang keluar dari mulut.Bukan hanya itu, selain Utar masih banyak juga yang tak sanggup menahan isi hatinya. Begitu juga dengan Raka, si pria paling tangguh dari desa Lanangjagat.Kali ini Sadarga mendapatkan berbagai pujian yang mengangkat derajatnya. Berbeda dengan sebelumnya, disaat orang di sekeliling masih bertanya-tanya dan ragu dengan tingkah yang dilakukan Sadarga.Ya, terkadang Sadarga bertingkah diluar prasangka orang lain. Seperti perkataannya yang nyeleneh, tapi akhirnya orang lain dapat memahami maksud dari perkataan itu.Kemudian selama kebersamaannya dengan puluhan penduduk dari desa Lanangjagat, Sadarga sering kali memerintahkan hal yang tak masuk akal. Namun selang beberapa saat dari per

  • Legenda Bumi Langit   Pertempuran Sekejap

    Setelah Sadarga menggenggam pedang milik Utar, ia bingung harus melakukan apa? Sebab seumur hidupnya Sadarga belum pernah menggunakan benda tajam itu.Semua orang yang melihat Sadarga tentu saja keheranan. Dalam benak mereka bertanya, apakah Sadarga tidak bisa menggunakan pedang? Lalu untuk apa ia meminjamnya?Ya, benar sekali. Sadarga memang belum mempelajari jurus dan seni menggunakan pedang. Namun sesekali ia menemukan keterangan dalam kitab Azura. Pada kitab itu terdapat satu bab husus yang membahas tentang berbagai jurus pedang. Tapi apa gunanya? Karena Sadarga hanya membaca ilmu pedang itu, tanpa mencobanya.Menyadari jika dirinya sedang diperhatikan banyak orang, Sadarga langsung memejamkan mata. Pria itu mencoba mengingat semua tulisan pada kitab Azura, yang membahas tentang ilmu dan seni menggunakan pedang."Jurus pedang angin!" bisik Sadarga sembari memasang kuda-kuda menyerang.Sontak saja, Utar terkejut. Sebab ia melihat Sadarga layakny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status