Keris Man adalah salah seorang superhero yang memiliki kekuatan super keris sakti. Senjata itu menyatu dengan tubuhnya. Saat dibutuhkan, ia bisa keluar dalam bentuk kekuatan api, air atau angin. Kekuatan super itu mampu mengalahkan berbagai kejahatan. Namun, ia terhimpit dalam kerasnya hidup, persaingan perusahaan aplikasi dan kekejaman para penjahat yang kian hebat. Yah, untuk menertibkan superhero yang kian banyak bermunculan, pemerintah membuat peraturan agar mereka tergabung dalam aplikasi online. Selain mengatur kinerja mereka, juga untuk memudahkan masyarakat dalam memesan 'jasa' para pahlawan itu.
View MoreMereka pun memakai kain penutup dada mereka lagi. "Ayo, ikut kami!" ajak Chantrea. Aku dan Tirtasari saling pandang. Lalu beranjak mengikuti si kembar itu untuk keluar kamar. Keduanya mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi keluar rumah. Untung saja suasana telah sepi. Kami terus menyelinap di keheningan desa sehabis berpesta. Hanya terlihat beberapa orang yang berjaga di sudut-sudut desa dan lapangan. Menyalakan api unggun kecil sebagai penerangan. Kedua istri baruku dengan lincah mengajak kami mendekati rumah ayahnya. Seperti maling, kami mengitari rumah panggung itu, lalu mendapatkan tempat untuk mengintip dari luar dinding kayunya. Yah, kami diajak mengintip kamar Kong Kea. "Apa yang kita lakukan?" tanya Tirtasari berbisik. "Ssstt!" tegur Chantrea mengajak kami mengintip lewat sebuah lubang kecil."Kami sering mengintip lewat sini!" terang Chanthou pelan. Aku dan Tirtasari bergantian mengintip lewat lubang kecil itu. Terlihat Kong Kea sedang merebah santai di tikarnya. "Kal
Kami keluar dari kerumunan setelah agak lelah menari. Duduk bertiga di teras rumah Chantrea dan Chanthou. "Akan kuambil minuman!" kata Chantrea ke belakang diikuti oleh Chanthou. "Apa yang terjadi Kris?!" tanya Tirtasari saat kamu berdua saja. Orang-orang masih sibuk menari di lapangan dan sudut-sudut desa. "Entahlah," jawabku, "Akhirnya kita menikah.""Yah," balasnya tersenyum kecil. "Kau tak suka?""Hmm, suka, tapi apa yang kita lakukan di sini?!""Kau keberatan aku menikahi Chantrea dan Chanthou?""Tidak, aku tak keberatan. Bukan itu. Tapi kita punya misi bukan?!""Yah, tetap kita jalankan. Jangan sampai pernikahan menghalangi tujuan kita!""Bagus!"Chantrea dan Chanthou keluar kembali sambil membawa minuman dan makanan tambahan. Dengan lembut mereka menyajikannya kepada kami.Kami nikmati hidangan itu sambil memandangi pesta. Minum tuak dan berbagai makanan lain. Kong Kea datang dengan beberapa istrinya. Memberi kami banyak hadiah. Berbagai perhiasan dari emas dan permata.
"Menarilah!" pinta para penduduk padaku dan Tirtasari yang hanya terdiam di kerumunan. "Ayo, ikut menari!" ajak Chantrea. "Apa?" balasku, "Kenapa?""Jika tak menari, kau takkan bisa melihat bidadari!" jawab Chanthou. Aku dan Tirtasari pun turut menari bersama mereka. Kemeriahan berpadu bagi semua golongan. Banyak anak-anak yang tertarik pada kami dan menari-nari bersama. Menambah kemeriahan bersama Chantrea dan Chanthou. Tirtasari nampak menikmati kegembiraan ini. Sedangkan aku terus waspada. Mungkinkah orang-orang Kerbau Merah mampu melacak kami sampai kemari?! Chantrea dan Chanthou terus menari dengan eksotis nan cantik. Begitu juga dengan para istri Kong Kea yang lain. Termasuk Xi Ni Xao, Clarette dan Karen. Bopha dan Botum tak ikut menari. Berdiam bersama nenek mereka di teras rumah mereka.. Sementara Leakhena mengawasi di pinggir lapangan. Nada dan tabuhan musik terasa asing namun juga familier. Membuat deru tarian kian menggugah hati. Beberapa lama kemudian, muncul caha
Sembari makan, kami menikmati tarian dan nyanyian yang ditampilkan. Menu ikan dan udang mereka cukup nikmat. Apalagi dibarengi sup hangat yang berasa asam manis. Seorang istri Kong Kea duduk mendekati kami dan mengobrol. Namanya Xi Ni Xao. Berasal dari daratan Tiongkok. Parasnya cantik dan berkulit cerah. Bertubuh ideal dan terlihat seksi dengan pakaian tradisional Khmer. Eksotika Oriental yang berpadu dengan Asia Tenggara. Menambah keindahan malam.Ia mengungkapkan dirinya seorang Doktor. Peneliti sejarah dan budaya. "Kamboja, Laos, Vietnam negeri-negeri yang menarik," terangnya mengobrol ramah dengan kami, "China sejak jaman kuno ingin melebarkan kekuasaan kemari, tapi selalu gagal.""Terutama Vietnam," lanjutnya, "Mereka sangat kuat!""Tak heran dengan budaya dan kemampuan seperti ini," balasku memandangi perayaan dan kemeriahan di bawah. "Yah," jawabnya, "Vietnam termasuk negeri yang mampu menggagalkam upaya China Mongol untuk menjajahnya bersama Jawa dan Jepang. Karena itulah
"Ia menjawab jika itu sudah menjadi takdirnya. Ia bilang jika setiap malam bulan purnama akan turun ke bumi untuk menyusui anak mereka dan melayani Kong Kea.""Begitulah, Chantrea dan Chanthou disusui oleh para wanita lain di desa yang sedang menyusui. Kong Kea lalu menikahi beberapa gadis lain.Anakku kuserahkan padanya untuk dinikahi. Kulihat Kong Kea tertarik pada keduanya. Dan mereka melahirkan Botum dan Bopha ini," tutup sang nenek mengakhiri ceritanyam"Oh, begitu rupanya," komentarku."Luar biasa!" puji Tirtasari, "Ayah kalian hebat sekali!" ungkapnya pada keeempat anak Kong Kea. "Setiap malam bulan purnama kami meneruskan tradisi perayaan ini untuk menyambut Charaya," lanjut sang nenek, "Kadang para dewa juga ikut turun untuk memberikan petunjuk kepada kami. "Wah, hebat!" puji Tirtasari. "Bagus!" imbuhku. Meski aku tak tahu harus percaya atau tidak dengan cerita itu. Tapi dunia memang penuh misteri yang tak bisa diduga.*Malam hari, pesta bulan purnama dimulai. Mereka mela
Menjelang sore, mereka menyuruh kami mandi di sungai yang berada di sisi desa. Para lelaki mandi terlebih dahulu. "Kami punya tradisi," ungkap Chantrea, "lelaki mandi terlebih dahulu daripada perempuan."Aku menuju sungai yang cukup jernih itu dengan para lelaki. Termasuk beberapa putra Kong Kea. Beberapa anak turut mandi dan bermain-bermain air bersama kami. Mereka mudah akrab. Sebagian kulihat tadi turut berlatih bela diri. Setelah selesai mandi, aku kembali ke rumah. Beberapa pemudi kemudian berganti hendak mandi di sungai. Kulihat dari jendela rumah, pemandangan sungai dapat terlihat. Chanthou dan Chantrea sedang mandi bersama gadis lain. Termasuk Tirtasari. Tubuh mereka sungguh indah. Bak para bidadari yang sedang turun dan mandi di bumi. Dan siapa sangka jika Chantrea dan Chanthou memang benar-benar keturunan bidadari?! Jadi tak sabar untuk melihat ibu mereka. Apa benar bidadari akan turun di jaman sekarang?! Atau hanya sekadar legenda yang dilebih-lebihkan?! Para peremp
"Pantas, aku merasa tidak begitu asing," balasku. Kami terus melihat-lihat beberapa anak muda dan anak-anak berlatih. Lalu duduk di sebuah gubuk untuk berbincang dengan Chantrea. Sementara Chanthou dengan serius melatih para pemuda ataupun pemudi. "Kedua orang yang menyerang kalian sangat kuat," ungkap Chantrea padaku, "Cukup berbahaya! Untung saja kami kebetulan lewat. Bisa membantu kalian. Baru kali ini aku melawan musuh yang begitu kuat!""Terimakasih. Kau sudah sering bertarung?" tanya Tirtasari. "Yah! Kami harus bisa membela diri!""Mengagumkan untuk gadis seusia kalian! Berapa umurmu?""Sembilan belas tahun.""Luar biasa!""Kami harus menghadapi para penantang dari desa-desa lain. Kalau kalah, kami harus jadi istri mereka!""Apa?!" pekik Tirtasari, "Pantas kalian berlatih keras!""Dunia pertarungan kami memang begitu! Saling tantang untuk memperebutkan kekuasaan, murid atau istri.""Wah!""Selain para penantang, kami juga harus menghadapi para perampok atau pencuri.""Kemampu
Rasanya cukup nikmat dipijat gadis cantik ini. Begitu juga dengan Tirtasari yang nampak nyaman. Para pemijat itu mirip dengan Chanthou dan Chantrea. Dari paras dan kelembutan tangannya, sepertinya bukan petarung seperti kedua putri itu. Mungkin memang seorang pemijat. "Oh, nyaman sekali!" puji Tirtasari, "Lebih enak dari spa!""Terimakasih," jawab pemijatnya sedikit malu. "Kalian mirip Chanthou dan Chantrea," komentarku, "Masih ada hubungan saudara?""Yah, kami adik mereka!" jawab pemijatku. "Wah, benarkah?!" pekik Tirtasari. "Tapi lain ibu!" jawab pemijatnya. "Oh, begitu, pantas mirip! Kalian kembar juga?""Tidak, kami berdua juga lain ibu.""Apa?!" balas Tirtasari tertegun dan menatapku, "Jadi ayah kalian punya berapa istri?!"Kedua gadis itu hanya diam saja tersenyum. Sang nenek mengambil alih jawaban, "Dua belas!""Wow," komentar Tirtasari lagi-lagi memandangku, "Luar biasa!""Dia petarung terhebat di desa ini," lanjut si nenek, "Anak kepala desa sebelumnya. Pantas jika menda
"Superhero?" balas lelaki itu tersenyum manggut-manggut. "Yah, namaku Kris," jawabku, "Dan ini Tirtasari.""Begitu, dan apa yang kalian cari di sini?""Menyelidiki kelompok Kerbau Merah.""Kelompok Kerbau Merah?""Yah, kami duga kelompotan orang yang menyerang kami tadi.""Siapakah mereka?""Itulah yang ingin kami cari tahu," terangku, "Mereka berniat jahat. Mereka akan menyerang para superhero."Lelaki itu bersama beberapa orang yang ada di dalam mendengarkan seksama. "Barangkali kami ketahuan mengikuti mereka," lanjutku, "jadi diserang!""Begitu?""Beberapa superhero sudah diserang di negeri kami, orang-orang yang mirip mereka," tutupku. Sang putri yang menyelamatkan kami berbisik pada ayahnya. "Di tempat kami mereka juga menyerang," ujar lelaki itu, "Tak hanya superhero. Beberapa warga sipil dan para pejabat.""Dari yang kami dengar, mereka menargetkan para pejabat dan superhero," sahutku, "Adakah superhero lain di negeri ini?""Ada beberapa," jawab sang putri, "Tapi kami tak t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.