Share

Kejutan?

Nun jauh disana, tepatnya di pusat istana kerajaan Labodia. Seluruh penghuni istana sedang merayakan pesta yang digelar setiap tahun sekali.

Hampir semua penduduk tanah barat, terutama yang berdekatan dengan istana, datang berbondong-bondong.

Walau pun hanya untuk sekedar menyaksikan beberapa pertunjukan hiburan, tapi antusias mereka lumayan besar. Mungkin itu disebabkan pertunjukan sedikit menarik karena dilakoni beberapa hewan buas dan sang pawang.

Selain itu, pihak istana memberikan makanan dan hadiah bagi siapa pun yang berminat datang memenuhi undangan sang raja.

Namun di sisi lain ada juga penduduk desa yang tak ingin memenuhi seruan raja itu. Entah apa yang sebenarnya tengah terjadi?

Keadaan jiwa penduduk di sekitar istana kerajaan saat ini, seakan terusik.

"Tuan, sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar mengenai anak dan wanita itu. Lalu apa yang akan tuan lakukan selanjutnya?" ucap Dado, basa-basi.

Dado merupakan seorang mata-mata berkedok penasihat kerajaan. Sudah 11 tahun ia bergabung dengan Kerajaan Labodia. Niatnya hanya satu yaitu mengacaukan kerajaan Labodia dari dalam, tanpa peperangan dan pertumpahan darah.

"Bagaimana dengan pasukan khusus yang telah kita sebar, apakah mereka memberikan kabar?" sahut Gantara yang sedang menikmati santapan siangnya.

"Belum tuan. Nampaknya mereka masih berusaha mencari tahu, di mana tempat persembunyian 2 orang itu!" lanjut Dado.

"Baiklah. Mungkin saat ini kita hanya bisa menunggu kabar dari mereka!" ungkap Gantara.

Mendengar perkataan Gantara, tiba-tiba Dado mengarahkan pandangan pada orang di sampingnya, ia bernama Jarko.

Layaknya sedang mengisyaratkan sesuatu, Dado dan Jarko terlihat saling berbalas pesan dengan bahasa rahasianya.

"Maaf tuan, hanya sekedar saran saja. Bagaimana jika kita mengundang semua sesepuh wilayah di kerajaan ini?" usul Jarko setelah melakukan perbincangan bersama Dado dengan bahasa isyaratnya.

"Jangankan sesepuh wilayah, mengundang semua penduduk negeri saja sangat sulit. Apalagi mengundang orang-orang itu!" timpal Gantara seakan putus asa. 

"Tuan, jika tuan kesulitan untuk memanggil mereka. Biarkanlah aku yang menjalankan semuanya!" bujuk Dado. Lagi-lagi jurus penghasud milik mata-mata itu mulai di gunakan.

"Apa yang akan kalian lakukan?" celetuk Gantara. Sambil memutar sumpit yang ia gunakan.

"Kami akan paksa semua sesepuh wilayah dengan cara kami!" Dado menjelaskan rencananya.

Nampaknya Gantara sedang malas berfikir, entah mengapa? Kerap kali rasa kantuk datang padanya seakan tak kenal waktu.

"Baiklah, aku akan serahkan semua ini pada kalian berdua!" pungkas Gantara. Kemudian ia meninggalkan ruang utama kerajaan, menuju ruang pribadinya yang berada di sayap kanan istana. 

Sang Raja terlihat sedikit murung, mungkinkah ia sedang memikirkan sesuatu?

Ya, Gantara sedang memikirkan bagaimana agar nama baiknya bisa kembali di hati rakyatnya sendiri. Selain itu, Gantara memikirkan keberadaan Sesepuh wilayah di kerajaannya.

Sesepuh wilayah, merupakan orang terpandang dan memiliki pengaruh besar di setiap pelosok desa. Setiap 2 tahun sekali, seluruh desa akan mengangkat seorang pemimpin diantara mereka. Pengangkatan sesepuh wilayah merupakan kebiasaan baru di kerajaan Labodia. Tapi kebiasaan itu seakan menjadi budaya yang wajib. 

Hal ini berawal sejak 10 tahun terakhir, semenjak Gantara mengangkat 2 orang penasihat kerajaan.

Ini Aneh!

Padahal Gantara mempunyai kedudukan penting, ia merupakan seorang raja. Bukankah raja memiliki kebebasan dalam mengatur kekuasaannya? 

Ya, sang raja memang memiliki tangan besi atau kekuasaan untuk bertindak sesukanya. Namun bukan tanpa alasan Gantara tidak memakai tangan besi itu. Melainkan, ada beberapa hal penting yang memang harus dipertimbangkan.

Akhir-akhir ini Gantara seakan menjadi seorang perasa. Ia selalu berpikir ulang jika akan melakukan sesuatu. Padahal sebelumnya, Gantara akan memaksa rakyat supaya mengikuti keinginannya.

Namun beberapa purnama lalu, ia mencoba mengendalikan diri. Sebab jika ia tetap keras kepala, maka peristiwa di masa lalu dikhawatirkan terjadi lagi.

Ya, 10 tahun lalu. Telah terjadi peristiwa yang sangat menegangkan. Hampir setiap desa memberikan kecaman pada pihak istana. Mereka menolak berbagai kebijakan baru kerajaan. Seperti, meminta jatah hasil bumi dengan takaran lebih tinggi dari biasanya. Kemudian membayar sewa tanah dengan harga yang sangat mahal. 

Andai saja di waktu itu Gantara tak memikirkan kembali keputusannya, pertempuran tragis antara rakyat dan tentara kerajaan pasti tidak bisa terhindarkan.

***

Esok harinya. Setiap desa yang berada di wilayah kekuasaan Labodia, seakan dikejutkan dengan kedatangan pasukan berkuda.

Ribuan tentara kerajaan datang layaknya menyerbu tanah jajahan baru.

Ratusan pasang mata rakyat, terpaku melihat laju pasukan berkuda itu. 

Hal yang sama di berbagai penjuru desa, nampaknya menjadi tanda tanya besar. Ada apa gerangan? Begitu pun di tempat Sadarga bermukim, Desa Purbawati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status