Share

Kejutan?

Author: Fariha
last update Huling Na-update: 2021-08-02 15:43:16

Nun jauh disana, tepatnya di pusat istana kerajaan Labodia. Seluruh penghuni istana sedang merayakan pesta yang digelar setiap tahun sekali.

Hampir semua penduduk tanah barat, terutama yang berdekatan dengan istana, datang berbondong-bondong.

Walau pun hanya untuk sekedar menyaksikan beberapa pertunjukan hiburan, tapi antusias mereka lumayan besar. Mungkin itu disebabkan pertunjukan sedikit menarik karena dilakoni beberapa hewan buas dan sang pawang.

Selain itu, pihak istana memberikan makanan dan hadiah bagi siapa pun yang berminat datang memenuhi undangan sang raja.

Namun di sisi lain ada juga penduduk desa yang tak ingin memenuhi seruan raja itu. Entah apa yang sebenarnya tengah terjadi?

Keadaan jiwa penduduk di sekitar istana kerajaan saat ini, seakan terusik.

"Tuan, sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar mengenai anak dan wanita itu. Lalu apa yang akan tuan lakukan selanjutnya?" ucap Dado, basa-basi.

Dado merupakan seorang mata-mata berkedok penasihat kerajaan. Sudah 11 tahun ia bergabung dengan Kerajaan Labodia. Niatnya hanya satu yaitu mengacaukan kerajaan Labodia dari dalam, tanpa peperangan dan pertumpahan darah.

"Bagaimana dengan pasukan khusus yang telah kita sebar, apakah mereka memberikan kabar?" sahut Gantara yang sedang menikmati santapan siangnya.

"Belum tuan. Nampaknya mereka masih berusaha mencari tahu, di mana tempat persembunyian 2 orang itu!" lanjut Dado.

"Baiklah. Mungkin saat ini kita hanya bisa menunggu kabar dari mereka!" ungkap Gantara.

Mendengar perkataan Gantara, tiba-tiba Dado mengarahkan pandangan pada orang di sampingnya, ia bernama Jarko.

Layaknya sedang mengisyaratkan sesuatu, Dado dan Jarko terlihat saling berbalas pesan dengan bahasa rahasianya.

"Maaf tuan, hanya sekedar saran saja. Bagaimana jika kita mengundang semua sesepuh wilayah di kerajaan ini?" usul Jarko setelah melakukan perbincangan bersama Dado dengan bahasa isyaratnya.

"Jangankan sesepuh wilayah, mengundang semua penduduk negeri saja sangat sulit. Apalagi mengundang orang-orang itu!" timpal Gantara seakan putus asa. 

"Tuan, jika tuan kesulitan untuk memanggil mereka. Biarkanlah aku yang menjalankan semuanya!" bujuk Dado. Lagi-lagi jurus penghasud milik mata-mata itu mulai di gunakan.

"Apa yang akan kalian lakukan?" celetuk Gantara. Sambil memutar sumpit yang ia gunakan.

"Kami akan paksa semua sesepuh wilayah dengan cara kami!" Dado menjelaskan rencananya.

Nampaknya Gantara sedang malas berfikir, entah mengapa? Kerap kali rasa kantuk datang padanya seakan tak kenal waktu.

"Baiklah, aku akan serahkan semua ini pada kalian berdua!" pungkas Gantara. Kemudian ia meninggalkan ruang utama kerajaan, menuju ruang pribadinya yang berada di sayap kanan istana. 

Sang Raja terlihat sedikit murung, mungkinkah ia sedang memikirkan sesuatu?

Ya, Gantara sedang memikirkan bagaimana agar nama baiknya bisa kembali di hati rakyatnya sendiri. Selain itu, Gantara memikirkan keberadaan Sesepuh wilayah di kerajaannya.

Sesepuh wilayah, merupakan orang terpandang dan memiliki pengaruh besar di setiap pelosok desa. Setiap 2 tahun sekali, seluruh desa akan mengangkat seorang pemimpin diantara mereka. Pengangkatan sesepuh wilayah merupakan kebiasaan baru di kerajaan Labodia. Tapi kebiasaan itu seakan menjadi budaya yang wajib. 

Hal ini berawal sejak 10 tahun terakhir, semenjak Gantara mengangkat 2 orang penasihat kerajaan.

Ini Aneh!

Padahal Gantara mempunyai kedudukan penting, ia merupakan seorang raja. Bukankah raja memiliki kebebasan dalam mengatur kekuasaannya? 

Ya, sang raja memang memiliki tangan besi atau kekuasaan untuk bertindak sesukanya. Namun bukan tanpa alasan Gantara tidak memakai tangan besi itu. Melainkan, ada beberapa hal penting yang memang harus dipertimbangkan.

Akhir-akhir ini Gantara seakan menjadi seorang perasa. Ia selalu berpikir ulang jika akan melakukan sesuatu. Padahal sebelumnya, Gantara akan memaksa rakyat supaya mengikuti keinginannya.

Namun beberapa purnama lalu, ia mencoba mengendalikan diri. Sebab jika ia tetap keras kepala, maka peristiwa di masa lalu dikhawatirkan terjadi lagi.

Ya, 10 tahun lalu. Telah terjadi peristiwa yang sangat menegangkan. Hampir setiap desa memberikan kecaman pada pihak istana. Mereka menolak berbagai kebijakan baru kerajaan. Seperti, meminta jatah hasil bumi dengan takaran lebih tinggi dari biasanya. Kemudian membayar sewa tanah dengan harga yang sangat mahal. 

Andai saja di waktu itu Gantara tak memikirkan kembali keputusannya, pertempuran tragis antara rakyat dan tentara kerajaan pasti tidak bisa terhindarkan.

***

Esok harinya. Setiap desa yang berada di wilayah kekuasaan Labodia, seakan dikejutkan dengan kedatangan pasukan berkuda.

Ribuan tentara kerajaan datang layaknya menyerbu tanah jajahan baru.

Ratusan pasang mata rakyat, terpaku melihat laju pasukan berkuda itu. 

Hal yang sama di berbagai penjuru desa, nampaknya menjadi tanda tanya besar. Ada apa gerangan? Begitu pun di tempat Sadarga bermukim, Desa Purbawati.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Legenda Bumi Langit   Raja Bintang

    "Hei, coba lihat! Bukankah dia utusan dari bumi?""Mungkin saja begitu.""Tapi, aku rasa ada yang tak biasa dengan bumi kali ini. Mengapa saat ini bumi mengutus seorang yang terlihat lemah seperti itu.""Ya, benar juga. Jika demikian maka karisma bumi seakan menjadi pudar.""Hahaha."Dari jarak yang lumayan jauh, terdengar percakapan beberapa orang yang sedang menggunjing. Sepertinya Sadarga belum peka terhadap percakapan tersebut. Karena sebenarnya yang sedang menjadi bahan pembicaraan adalah dirinya, sebagai utusan dari bumi."Apa yang harus aku lakukan? Mengapa tiba-tiba tempat ini menjadi ramai?" gumam Sadarga dalam batinnya. Pandangan lelaki itu terus menyisir setiap penjuru yang mampu dijangkaunya.Suasana di dataran lapang ini begitu riuh, kesunyian seakan lenyap dibuatnya. Bagaikan pesisir pantai yang jernih dan tiba-tiba dipenuhi buih yang teramat banyak. Hiruk pikuk para utusan dari berbagai penjuru alam semesta datang

  • Legenda Bumi Langit   Pertemuan Para Utusan

    Setelah sekian lama melakukan perjalanan, akhirnya selesai juga. Sampailah di sebuah permukaan datar penuh debu dan pasir.Jika menengadahkan kepala ke langit, Sadarga bisa melihat puluhan bola berukuran besar. Terkadang Sadarga menyaksikan Kilauan cahaya di bola itu, tapi sisi lainnya berwarna gelap."Paman, jika boleh tahu siapa namamu?" tanya Sadarga sembari mengarahkan pandangan ke atas langit. Lelaki ini memang terbiasa menggunakan sebutan Paman, kepada siapapun yang dianggapnya lebih tua."Hmp, maafkan aku... karena hampir saja lupa memberitahunya. Perkenalkan namaku Brama Rangga Dewata. Tapi terserahmu saja, kau bisa panggil sesukamu," sahut Brama dengan senyuman ramahnya. Simpulan bibir pria itu seperti menyiratkan sifat aslinya."Wah, namamu bagus sekali dan sangat panjang Paman. Mungkin aku akan memanggilmu menggunakan nama depannya saja.""Baiklah nak, terima kasih atas pujiannya. Perlu kamu ketahui kita ini hampir sampai. Jangan s

  • Legenda Bumi Langit   Kehampaan

    Sesuatu yang dilihat oleh Sadarga, sungguh membuatnya ingin muntah.Bagaimana tidak?Sebab saat ini terlihat dua orang lelaki dan tiga wanita yang sudah tak berpakaian. Lima orang itu masih memiliki wajah utuh, tapi dari leher hingga bagian kaki sudah tak nampak lazim.Bukan tanpa alasan keadaan lima orang itu menjadi sedemikian rupa. Hal tersebut ternyata diakibatkan ulah dari orang-orang yang mengerumuninya.Ya, lima orang bernasib buruk itu telah menjadi korban keganasan penyembah Pisaca.Karena tak tahan melihat tingkah orang-orang di sekelilingnya, dengan lantang Sadarga berteriak sekeras mungkin."Aaaaaaa!"Tak lama setelah teriakan menggema di ruang istana, pandangan pun berubah menjadi gelap. Sadarga hanya bisa melihat bintik cahaya bermacam warna, bagaikan pemandangan langit malam saat dilihat di atas gunung.Begitu terkejut Sadarga, setelah ia menyadari bahwa dirinya sudah berpindah tempat cepat sekali. Bu

  • Legenda Bumi Langit   Di Istana Labodia

    "Tunggu! Ibu mau kemana?" teriak Sadarga setelah melihat Ningrum tiba-tiba pergi dengan cepat.Walaupun Sadarga berteriak sekerasnya dan tengah melakukan berulang kali.Sayang sekali!Ningrum terlihat acuh tak memberikan tanggapan.Begitu tergesa-gesa kepergian Ningrum. Entah apa yang membuatnya melakukan itu? Yang jelas saat ini Sadarga hanya seorang diri saja melayang menunggangi batu di lingkungan istana kerajaan.Ingin rasanya mengikuti sang ibu yang telah pergi meninggalkannya, tapi apa daya Sadarga? Batu yang ia tunggangi tak bisa bergerak sesuai keinginannya. Bahkan batu tersebut malah turun dari atas ketinggian, seakan meminta Sadarga tak menginjakan lagi kaki di atas permukaannya."Aaaaa!"Benar saja.Begitu terkejut Sadarga. Pria itu dibuat kaget oleh batu yang ditumpanginya. Tiba-tiba bongkahan batu itu melakukan putaran cepat, seakan memaksa Sadarga turun.Dari kejadian itu, menyebabkan Sada

  • Legenda Bumi Langit   Lepasnya Sukma

    Sampai saat ini, Utar terus melanjutkan perjalanannya hingga mencapai perut goa. Di kedalaman tersebut suara hujan deras sudah tak terdengar lagi.Bebatuan tajam yang bisa dirasakan alas kaki pun, sudah tak ditemui lagi. Entah apa yang bisa dilihat jika sepercik cahaya menerangi kegelapan saat ini."Hei, apa kalian baik-baik saja?"Suara Utar yang terpantul dinding goa, terdengar menggema. Entah berapa orang yang masih bersamanya, hanya suara langkah dan hembusan nafas saja yang didengarnya. Tak ada seorangpun yang berbicara saat ini.Mungkin rasa lelah karena perjalanan, menjadikan diam terasa lebih baik dari pada berbicara atau sekedar menggerakkan anggota tubuh."Baiklah, aku rasa di sini tempatnya cukup aman. Jadi, jika kalian ingin beristirahat silahkan saja,"Lelah. Lelah sekali. Sadarga yang merasakan suasana di dalam goa itu seakan tak berdaya lagi. Begitupun semua orang yang bersamanya.Hanya Utar dan Raka yang masih te

  • Legenda Bumi Langit   Tempat Tersembunyi

    Setelah sampai di mulut goa, Sadarga merasakan keresahan dalam hatinya. Entah apa yang akan menimpanya kali ini. Namun itulah ungkapan dalam benaknya. Padahal sebelumnya Sadargalah orang paling ceria dan selalu menumbuhkan semangat bertahan hidup.Ya, semangat untuk tetap hidup.Karena sepanjang jalan menuju goa, angin kencang terus berhembus menumbangkan pepohonan hujan deras di iringi petir terus mengguyur membasahi tanah.Dari kejauhan terlihat laju tanah berjalan, terbawa arus air yang begitu kuat. Padahal itu hanyalah sebuah lumpur yang terbawa air dari hulu menuju hilir.Ada beberapa orang dari para pemuda desa Lanangjagat yang gugur melepaskan nyawanya akibat tak tahan lagi menahan gejolak amukan alam tersebut. Sungguh mengenaskan nasib mereka diterpa murka alam raya, yang datang secara tiba-tiba."Paman, sebaiknya kita mencari lagi tempat lain untuk berlindung," usul Sadarga pada Utar."Hei, bicara apa kau ini. Bukankah kamu yang men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status