Satu hari setelah kepergian Heng Juesha untuk mencari informasi, tampak dua orang pria sedang berlatih, ya, mereka adalah murid dan guru yang kini tengah mempersiapkan hari esok yang cerah.“Meski aku tahu kau sudah cukup kuat sebagai pendekar muda, tapi sebaiknya kita mulai dari awal!” ujar En Jio memastikan.Ling hanya dapat mengangguk satu kali, ketika gurunya berkata demikian, seakan telah mengetahui maksud dari perkataan itu, sehingga ia mulai melakukan gerakan kuda-kuda.Satu demi satu gerakan itu berjalan dengan semestinya, pukulan dan tendangan menjadi gerakan yang cukup indah ketika Ling memperagakannya.Dari sini, En Jio sudah mengetahui kemampuan pemuda itu, sehingga ketika Ling sudah mencapai puncaknya, gurunya menyuruh untuk segera berhenti.“Baiklah, sekarang sudah cukup!” ujarnya kembali.Mendengar kalimat barusan, harusnya pemuda itu dapat menolak, karena merasa jika gerakan yang dia lakukan, belum sepenuhnya selesai, sehingga ia hanya dapat memberikan reaksi dengan me
Gerakan En Jio yang berubah sangat cepat ketika ia melepaskan jurus miliknya, tetapi hal itu bahkan tidak membuat pemuda tersebut berniat untuk berhenti.Melainkan dia juga ikut bergerak dengan melesat kearah En Jio, hingga pada saat yang hampir sama mereka bertemu pada satu titik, dimana saat ini En Jio mengarahkan satu tangannya tepat kearah leher pemuda tersebut.Namun pemuda tersebut tampaknya tidak bergeming sedikitpun, ketika menyadari jika serangan itu bisa jadi akan membunuhnya, meski ia sempat menduga jika gerakan yang di lakukan oleh gurunya itu hanya sebuah latihan.“Gunakan semua kemampuanmu..!” ujar En Jio dengan nada yang tinggi.Tepat ketika ia selesai berucap, tangan pria itu berhasil menyentuh batang leher Ling yang pada saat ini, tengah berusaha untuk melepaskan diri.Jari jemarinya perlahan membuat pemuda itu hampir kesulitan untuk bernafas, sehingga wajahnya memerah seperti udang bakar, hal itu di sebabkan oleh darah yang mulai terkumpul di area kepala.“Cepat laku
Beberapa waktu telah berlalu ketika dua orang guru dan murid itu sedang melakukan latihan, ya, setidaknya itu yang terjadi, meski keadaan itu sudah tidak dapat lagi dikatakan sebuah latihan.Sudah satu hari penuh mereka berlatih, tampaknya Ling sudah dapat mengontrol kekuatan Manggala dimana saat ini mereka tengah beristirahat.Saat ini, tidak ada kata kembali, setidaknya En Jio sudah memperhitungkan hal tersebut dari jauh-jauh hari, ketika ia pergi dan menyerahkan semua kendali kepada Guan Ping.“Aku harap tua bangka itu dapat mengurus desa dengan benar,” keluhnya.Setelah merasa cukup dalam beristirahat dan sedikit mengisi perut mereka dengan makanan, pada akhirnya mereka kembali untuk melatih kekuatan Ling yang baru saja ia kendalikan.“Apa kau sudah siap Ling?” tanya pria tua itu.“Ya, tentu saja Guru!” jawab Ling dengan singkat.“Sekarang, kau bisa merasakannya?” tanya pria tua itu kembali.“Aku rasa iya, tetapi-“ ujarnya, “Aku tidak begitu yakin.”Mendengar hal itu, En Jio hanya
Hampir satu bulan telah berlalu, ya, seperti itulah waktu berjalan dengan sangat cepat, saat ini tampak dua orang pria tengah duduk di tepi sungai untuk mencari bahan makanan mereka.Tidak perlu waktu yang lama bagi mereka untuk menemukan sumber makanan yang di cari, ketika Ling menggunakan tenaga dalam miliknya untuk membuat sungai itu mengering dalam beberapa detik sebelum En Jio bergerak dengan cepat dengan menangkap ikan-ikan tersebut.Bam.Dentuman air menghempas permukaan diikuti dengan En Jio melesat keluar dengan membawa ikan yang cukup banyak, ya, setidak nya itu cukup untuk mereka makan sampai malam hari nanti.“Ini sudah cukup!” ujar En Jio.Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, keduanya lantas kembali ketempat peristirahatan yang telah mereka buat selama beberapa waktu lalu dan kini menjadi tempat tinggal mereka sementara waktu.Tampak kepulan asap mengarah tinggi kearah atas ketika mereka membakar daging ikan yang telah didapatkan sebelumnya, saat ini Ling bertuga
Waktu silih berganti, saat ini mereka telah selesai santap malam bersama, akan tetapi belum sempat semua nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut tercerna dengan sempurna, tiba-tiba datang beberapa orang dari arah luar.Dengan sikap yang begitu dingin mereka memasuki tempat itu seolah sudah terbiasa, terlebih dari gelagatnya beberapa orang itu tidak menunjukkan sikap baik dengan memukul meja ketika ia menatap kelompok Heng Juesha.Namun aksinya itu tidak membuat orang-orang bereaksi, sehingga salah satu dari mereka berkata, “Rupanya disini ada sekelompok lalat yang sudah duduk di tempat kita tanpa ada rasa bersalah sedikitpun,” ujarnya.Mendengar suara ribut yang berasal dari tempatnya, pemilik tempat itu segera datang dengan cepat lalu meminta maaf, “Tuan, kami masih ada tempat yang lain, jauh lebih nyaman dari tempat itu,” ujarnya menyarankan.Namun dengan sikap wanita paruh baya itu, malah membuat orang yang barusan datang menjadi marah, dengan kembali memukul meja cukup kera
Kedatangan beberapa orang itu hanya untuk mengantar nyawa ketika mereka bertarung dengan orang yang salah, ya, saat ini kelompok tersebut sudah berhasil di atasi oleh Heng Juesha.Namun dengan kematian beberapa orang itu rupanya menambah pekerjaan bagi mereka, dimana saat ini Yu Lian dan rekannya yang lain tengah sibuk membuat pemakaman untuk orang-orang itu.Tugas itu diberikan langsung oleh Heng Juesha dimana saat ini, pria itu tengah menikmati pemandian air panas yang telah di siapkan sebelumnya oleh pemilik penginapan tersebut.“Tuan pendekar, ini handuknya.” Ujar wanita muda itu lalu bergegar pergi ketika selesai meletakkan sehelai handuk di dekat pria tersebut.Namun belum sempat wanita muda itu pergi dari tempatnya, Heng juesha berkata, “Nona, tunggu!” ujarnya lalu menyuruh wanita itu untuk tetap tinggal disana.Wanita tersebut sempat ingin pergi meninggalkan Heng Juesha, meski pria itu telah memintanya untuk tetap tinggal disana, hal itu terjadi karena ia masih takut dengan so
Yu Lian yang sudah di mabuk kepayang itu pada akhirnya melepaskan tangan wanita tersebut dengan sangat terpaksa, akan tetapi sebelum wanita pergi dari hadapannya ia kemudian berkata, “Nona, tunggu sebentar ada yang ingin aku sampaikan!” ujarnya.Dua pasang mata itu kemudian bertemu pada satu titik pertemuan, dimana saat ini Yu Lian kembali meraih tangan wanita itu dan mengajaknya untuk duduk di salah satu tempat tidak jauh dari mereka berada.Wanita itu hanya dapat menurut terhadap perkataan Yu Lian, seolah pasrah terhadap takdir yang sedang dia alami saat ini, hingga pada akhirnya mereka mulai berbicara empat mata.“Tuan cepat katakan, aku tidak bisa terlalu lama berada di sini, lagi pula-““Nona, aku ingin mengatakan, jika aku...”Namun perkataana Yu Lian tiba-tiba saja berhenti, ketika ia melihat sekelebat bayangan melintas dari balik pepohonan yang berada di depan mereka.Sontak hal tersebut membuat wanita itu merasa ketakutan, lalu mencoba mencari perlindungan dengan menyembunyi
Di sisi lain, tampak dua orang pria tengah bertarung cukup sengit dan berusaha untuk memberikan serangan yang cukup berarti, akan tetapi bukan untuk membunuh melainkan untuk menguji kemampuan pemuda itu, Ling.Dalam beberapa bulan terakhir, kemampuan pemuda itu sudah meningkat dengan pesat terlepas dari jumlah tenaga dalam yang dia miliki, saat ini pemuda itu sudah melewati batas kekuatannya bahkan dapat dikatakan setara dengan En Jio.Tentu hal itu, jika Ling menggunakan kekuatannya dalam bentuk Manggala, sehingga saat ini En Jio harus berfokus untuk meningkatkan jumlah tenaga dalam pemuda itu, ya, dengan kekuatan sebesar itu tentu harus memerlukan jumlah tenaga dalam yang sangat banyak.“Cukup, latihan hari ini kita hentikan-“ ujar En Jio, “Ada beberapa hal yang harus aku sampaikan!”Ling hanya mengangguk satu kali, lalu berkata, “Apa itu Guru?” tanya pemuda tersebut.Sebelum menjawab, En Jio sempat menghela nafas satu kali kemudian membuka sebelum akhirnya mengeluarkan kalimat, “Sa