Share

Bunga Kamboja

Author: REO
last update Last Updated: 2024-03-14 02:29:19

Saat Mada dan Sari terus menelusuri lembah yang indah, mereka tiba-tiba terkejut oleh bau busuk yang menyengat hidung mereka. Mereka berhenti sejenak, memandang sekeliling dengan kebingungan. Namun, mereka tidak menemukan apapun yang dapat menjelaskan asal bau busuk tersebut.

Ketika mereka melangkah lebih dekat ke tepi sungai, mereka mendapati segerombolan bunga Kamboja yang mekar subur di tepi sungai. Namun, yang mengherankan adalah bunga-bunga itu tidak terlihat segar seperti biasanya. Sebaliknya, kelopak bunga-bunga Kamboja itu terlihat layu dan berwarna kehitaman, dan bau busuk semakin kuat saat mereka mendekat.

Mada dan Sari saling bertatapan, merasa bahwa ada sesuatu yang sangat tidak biasa dengan keadaan itu. Mereka tahu bahwa bunga Kamboja biasanya melambangkan kecantikan dan keanggunan, tetapi kali ini, tanda itu justru menjadi pertanda bahaya.

Tiba-tiba, dari semak-semak di sekitar mereka, terdengar suara gemuruh yang menakutkan. Mereka melihat harimau-harimau besar melompat keluar dari semak-semak, mata mereka berbinar ganas saat mereka mendekati Mada dan Sari dengan langkah-langkah gemetar.

Dalam kepanikan, Mada dan Sari menyadari bahwa bau busuk dan bunga Kamboja yang layu adalah tanda peringatan akan kedatangan harimau-harimau buas tersebut. Tanpa ragu, mereka berlari menyelamatkan diri ke arah hutan yang lebih dalam, berharap dapat menemukan tempat persembunyian sementara dari bahaya yang mengancam.

Setelah berlari melewati semak-semak dan pepohonan yang rimbun, Mada dan Sari akhirnya menemukan sebuah gua yang gelap di dalam hutan. Dengan hati-hati, mereka masuk ke dalam gua tersebut, bersembunyi di balik bayang-bayang yang gelap, sambil menahan napas mereka agar tidak terdengar oleh harimau-harimau yang memburu di luar.

Dalam kegelapan gua, mereka saling berpegangan tangan, menguatkan satu sama lain dalam situasi yang genting ini. Mada menggenggam erat Keris Naga Perak di tangannya, sementara Sari menatap kedalam kegelapan dengan penuh keberanian.

Beberapa saat kemudian, mereka mendengar langkah-langkah berat harimau yang mendekat, disertai dengan suara menggeram yang menakutkan. Hati mereka berdebar kencang, tetapi mereka tetap diam, berharap agar harimau-harimau itu tidak menemukan mereka di tempat persembunyian mereka.

Berjam-jam berlalu, dan akhirnya, suara-suara harimau itu mulai memudar, menandakan bahwa mereka telah kehilangan jejak Mada dan Sari. Dalam kelegaan, Mada dan Sari tetap diam di tempat persembunyian mereka, memastikan bahwa bahaya telah berlalu sebelum mereka melanjutkan perjalanan.

Setelah yakin bahwa aman untuk melanjutkan, Mada dan Sari keluar dari gua tersebut dan melanjutkan perjalanan mereka dengan hati-hati. Mereka sadar bahwa petualangan mereka penuh dengan bahaya dan misteri yang tak terduga, tetapi mereka siap menghadapinya bersama-sama, dengan tekad yang bulat untuk mencapai tujuan akhir mereka: menemukan Keris Naga Perak dan mengungkap segala rahasia yang tersembunyi di baliknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Bukit Akar Jiwa

    Langit sore meredup dengan cepat saat Mada dan Sari mendaki lereng menuju bukit kayu jati. Akar-akar besar menjulur keluar dari tanah, menggeliat seperti urat nadi bumi yang menyimpan ingatan zaman. Kabut mulai turun, tipis namun berbau asing, seperti bau dupa yang dibakar terlalu lama. Langkah kaki mereka nyaris tak bersuara di atas tanah lunak yang ditumbuhi lumut, dan suara jangkrik serta burung malam menyatu menjadi alunan alam yang mencekam. “Akar-akar ini seperti... bernapas,” gumam Sari. Tangannya menyentuh sebatang akar yang hangat, dan ia terdiam sejenak. Mada merunduk. Ia melihat simbol yang terukir samar di kulit akar itu—seperti lukisan purba. Ia mengusapnya perlahan. Seketika, tanah bergetar ringan. “Kau melihatnya?” tanya Mada pelan. Sari mengangguk. Di depan mereka, akar-akar pohon seakan membuka jalan, menggulung ke samping membentuk lorong alami yang menyala lembut dengan cahaya kehijauan. “Mereka mengizinkan kita masuk,” bisik Sari, matanya terbelalak.

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Arca Tak Bernama

    Tangga batu itu terasa tak berujung, dinding di sisi kanan dan kiri mulai berubah warna menjadi merah tua dengan pola-pola seperti urat darah membeku. Langkah mereka bergema, namun gema itu terdengar aneh... seolah ada yang menirukan suara mereka, dengan nada setengah detik terlambat. Sari mulai merasakan getaran aneh di telapak kakinya. Mada memperlambat langkah, menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti. Namun suara langkah itu masih ada. Seperti... gema yang menyamar. “Kau merasakan itu?” bisik Sari. Mada mengangguk. “Ini bukan pantulan suara. Ini... sesuatu yang mencoba menyelaraskan dengan kita.” Akhirnya mereka sampai di sebuah ruang terbuka yang luas. Di tengahnya berdiri sebuah arca besar tanpa wajah—berbentuk manusia, tapi tanpa fitur apa pun. Hanya permukaan halus seperti batu giok yang tergores waktu. Di sekeliling ruangan, terdapat delapan pintu batu, masing-masing dijaga oleh relief kepala makhluk yang berbeda-beda: ada yang berbentuk burung, serigala,

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Penjaga Tanah dan Darah

    Penjaga Tanah dan DarahSuara langkah itu terdengar berat dan tertahan, seolah tanah di bawahnya dipaksa tunduk. Mada langsung memposisikan dirinya di depan Sari, menggenggam keris dengan dua tangan. Cahayanya semakin redup, tapi terasa hangat—seolah memberi perlindungan samar. “Siap-siap,” bisik Mada. “Aku tak yakin ini makhluk biasa...” Dari balik lorong gelap itu, muncul sesosok tinggi besar. Wajahnya tertutup topeng kayu dengan ukiran sulur akar yang melingkar hingga ke tengkuknya. Kulit tangannya seperti tanah retak yang berlapis debu merah. Tapi yang paling menyeramkan adalah napasnya—dalam, berat, seperti desahan dari lubang kubur yang baru terbuka. Ia membawa tombak besar, terbuat dari tulang dan logam tua. Dan di dadanya, tergantung... potongan-potongan cermin retak. “Penjaga keris itu,” lirih Sari, “dia... seperti gabungan dari cermin dan akar...” Sosok itu membuka mulutnya, suaranya seperti getaran gempa bumi: “Kalian membawa bilah yang tidak ditakdirkan untuk dibang

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Simfoni Terakhir Cermin dan Darah

    Langit sore menggantung kelabu saat Mada berlari menyusuri lorong panjang yang terbuat dari akar-akar kayu jati yang membatu. Di belakangnya, suara langkah-langkah mengejar, bergaung seperti bayangan waktu yang menolak dilupakan.Sari tertinggal—atau lebih tepatnya, ditahan oleh versi dirinya yang dikuasai oleh sesuatu. Sesuatu yang lebih tua dari tanah itu sendiri, lebih gelap dari rahasia di balik cermin.Mada berbelok tajam, jantungnya berpacu seirama dengan gemuruh langit yang makin berat. Di hadapannya terbentang sebuah aula luas yang dipenuhi ribuan cermin kecil, menggantung dari langit-langit seperti kelopak kaca yang berbisik. “Tempat ini...” gumamnya, napas tersengal. “...bukan bagian dari dunia nyata.”Suaranya tenggelam oleh bisikan yang keluar dari cermin. Bukan pantulan dirinya, tapi... wajah-wajah. Tua, muda, rusak, menyeringai. Beberapa menangis. Semua mengenalnya. Tapi tak satu pun adalah dirinya. Salah satu cermin pecah dengan sendirinya. Retakannya membentuk pola a

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Bisikan di Antara Pohon Jati

    Mada berdiri terpaku di tengah hutan kayu jati yang kini terasa begitu asing. Udara malam begitu sunyi, seakan dunia menahan napasnya. Tidak ada hembusan angin, tidak ada suara binatang, bahkan gemerisik dedaunan pun menghilang. Hanya ada dirinya... dan ketiadaan. Matanya menelusuri sekitar, mencari sosok Sari. Tapi yang ia lihat hanyalah bayangan-bayangan panjang dari pohon-pohon jati yang menjulang tinggi, membentuk labirin alami yang mencekam. "Sari..." suaranya bergetar, lebih karena ketakutan daripada kelelahan. Tidak ada jawaban. Ia menggenggam keris pusaka erat-erat. Cahaya yang sebelumnya memancar dari senjata itu kini telah padam. Permukaannya yang tadinya hangat kini dingin, seperti logam mati tanpa kehidupan. Langkahnya perlahan maju, menginjak tanah yang terasa lebih padat dan kering dibanding sebelumnya. Setiap langkah yang ia ambil menggema aneh, seakan ada ruang kosong di bawahnya. Lalu, suara itu datang. “Mada…” Ia menoleh dengan cepat. Tidak ada siap

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Bayangan dari Masa Lalu

    Mada dan Sari terdiam, jantung mereka masih berdegup kencang setelah pengalaman mengerikan di lorong cermin. Angin di hutan kayu jati terasa aneh—tidak bergerak, seolah-olah dunia ini tidak sepenuhnya nyata. Hanya desiran samar yang terdengar dari pepohonan tua yang menjulang, mengawasi mereka dalam keheningan. Di depan mereka, kuil tua itu berdiri megah, meskipun sebagian sudah ditelan oleh akar dan lumut. Bangunannya terlihat seperti peninggalan kuno yang telah lama ditinggalkan. Namun, yang paling mengerikan adalah sosok yang berdiri diam di depan kuil. Bayangan itu tidak bergerak, tetapi mereka bisa merasakan tatapannya. Sari menelan ludah. "Siapa itu...?" Mada menggenggam keris pusaka lebih erat, tubuhnya tegang. "Aku nggak tahu... tapi dia seperti menunggu kita." Sosok itu akhirnya bergerak. Dengan langkah lambat, ia berjalan mendekati mereka, suaranya berbisik seperti angin yang lewat di antara pepohonan. "Akhirnya... kalian datang." Mada dan Sari saling berpandan

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Bayangan di Balik Kayu Jati

    Matahari telah condong ke barat saat Mada dan Sari berdiri di tengah hutan jati yang kini terasa lebih sunyi dari sebelumnya. Akar-akar besar menjalar di sepanjang tanah, membentuk lorong-lorong alami yang berkelok-kelok ke segala arah. Angin berdesir pelan, membawa aroma kayu yang khas, bercampur dengan kelembapan sisa hujan yang masih menggantung di udara. Mada menatap keris pusaka di tangannya, pantulannya tampak berkilauan meski sinar matahari mulai redup. Ada sesuatu tentang keris ini yang membuatnya merasa aneh—seakan-akan benda itu memiliki nyawanya sendiri. Sari melangkah mendekat. "Kita harus segera mencari jalan keluar sebelum malam tiba," katanya dengan suara pelan, namun tegas. Mada mengangguk, menyimpan keris itu di balik ikat pinggangnya. Mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak di antara pepohonan, tetapi semakin jauh mereka melangkah, semakin mereka merasa bahwa sesuatu sedang mengawasi mereka dari bayangan. "Perasaanmu nggak enak juga?" Sari berbisik. "

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Jantung Kayu Jati

    Mada dan Sari berdiri di tengah hutan Pegunungan Kayu Jati, napas mereka masih memburu setelah melewati labirin cermin yang nyaris menyesatkan mereka ke dalam kegelapan tanpa akhir. Mereka telah menemukan petunjuk penting—sepotong ukiran kayu dengan pola yang menyerupai bentuk keris pusaka. Namun, teka-teki itu masih belum sepenuhnya terpecahkan. Sore mulai merayap di langit, menyisakan sinar keemasan yang menembus celah dedaunan jati yang menjulang tinggi. Suasana di hutan itu berbeda dari sebelumnya—lebih sunyi, lebih berat, seolah-olah udara di sekitar mereka menyimpan sesuatu yang tak kasat mata. "Kita harus menemukan jejak berikutnya," kata Sari, suaranya penuh kewaspadaan. Mada mengangguk, lalu mengeluarkan ukiran kayu yang mereka temukan. Saat ia memperhatikannya lebih dekat, ia menyadari sesuatu yang aneh. Ada garis-garis halus yang membentuk peta samar—tapi peta ini bukan hanya sekadar petunjuk lokasi, melainkan sesuatu yang lebih dalam. "Ini bukan hanya peta biasa,"

  • Legenda Pendekar Keris Naga Perak   Rahasia di Balik Kayu Jati

    Lorong di balik pintu rahasia itu gelap dan dingin. Mada dan Sari menyalakan obor mereka, cahaya api berkedip-kedip di dinding batu yang kini tampak lebih halus dibanding lorong sebelumnya. Ada ukiran samar di sepanjang dinding, namun banyak yang sudah aus oleh waktu.Mereka melangkah dengan hati-hati, suara langkah mereka menggema di ruang sempit itu. Di kejauhan, terdengar suara gemuruh pelan, seolah sesuatu sedang bergerak.“Aku punya firasat buruk,” bisik Sari.Mada menegang, tangannya masih menggenggam erat keris pusaka. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa setiap kali mereka semakin dekat ke pusat misteri ini, ancaman pun semakin terasa nyata.Lalu, langkah mereka terhenti ketika lorong di depan bercabang menjadi tiga. Tidak ada tanda atau petunjuk yang jelas seperti sebelumnya. Ketiga jalur itu tampak identik, sama-sama gelap dan berkelok.“Kita pilih yang mana?” tanya Sari, suaranya nyaris berbisik.Mada mengangkat kerisnya, berharap cahayanya bisa memberi petunjuk seperti se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status