Arya Tumanggala

Arya Tumanggala

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-02
Oleh:  Kebo RawisTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
175 Peringkat. 175 Ulasan-ulasan
135Bab
32.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Dalam satu penugasan, upeti yang dikawal Tumanggala dirampas gerombolan begal. Seluruh anggota rombongan tewas kecuali dirinya dan seorang prajurit lagi. Akibatnya, Tumanggala difitnah terlibat dalam perampasan tersebut. Ia pun nyaris dijatuhi hukuman mati. Coreng di muka membuat sang prajurit gigih mengembalikan nama baik. Tumanggala kemudian berhasil menghabisi gerombolan begal yang merampas upeti raja. Namun Tumanggala sungguh tak menyangka, semua itu justru mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan keluarga.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Upeti dari Wurawan

MATAHARI tengah bersiap menuju puncak tertingginya ketika satu rombongan melintas di kaki Gunung Pawinihan. Terdiri atas selusin lelaki menunggang kuda. Sepuluh di antaranya berpakaian layaknya prajurit kerajaan.

Rombongan itu mengiringi sebuah gerobak yang dikendalikan seorang sais. Entah apa isi gerobak tersebut. Sebab bagian atasnya tertutup rapat oleh sebentang kain hitam tebal.

Jalanan di tengah hutan itu sangat sepi. Suara keteplak ladam kuda terdengar keras memecah kesunyian. Ditingkahi teriakan-teriakan menggebah agar hewan-hewan tersebut berlari kencang.

Samar-samar ada cicitan burung nun tinggi di atas pepohonan. Serta pekik jerit kera di kejauhan.

"Berhenti ...!"

Sesampainya di satu tikungan, dua lelaki di bagian depan yang menjadi pemimpin rombongan tiba-tiba saja hentikan laju kuda mereka.

Hewan tunggangan kedua lelaki tersebut meringkik keras, terlihat gelisah. Namun segera tenang kembali setelah leher mereka ditepuk-tepuk.

Anggota rombongan lain di belakang dua lelaki itu turut berhenti. Satu dari sepuluh orang yang berseragam prajurit kerajaan lantas mendekat ke depan.

"Kenapa kita berhenti di sini, Ki Bekel?" tanya si prajurit setelah memberi hormat.

(Bekel adalah pangkat dalam tata keprajuritan di kerajaan-kerajaan masa lalu. Setara perwira rendah atau bintara tinggi. Dengan demikian, orang yang dipanggil Ki Bekel dapat dipastikan seorang berkedudukan tinggi.)

Ditanya begitu, Ki Bekel tidak menjawab. Melainkan mengacungkan telunjuk ke arah muka. Kira-kira tiga ratus kaki dari tempat mereka berhenti, terdapat sebatang pohon besar tumbang.

Batang pohon tersebut melintang menutupi keseluruhan badan jalan. Di sekitarnya terlihat dua lelaki bertelanjang dada, tengah memotongi dahan dan ranting.

Prajurit tadi langsung menghela napas panjang begitu mengetahui apa yang terjadi.

"Pohon begitu besar tumbang ..." gumamnya masygul. "Akan memakan waktu sangat lama untuk menyingkirkannya."

"Kita tidak mungkin berhenti terlalu lama di sini, Triguna. Sebelum sore kita sudah harus tiba di Katang Katang," lelaki yang dipanggil Ki Bekel tadi menyahut.

Prajurit yang dipanggil Triguna sontak saling pandang dengan prajurit muda di sebelah Ki Bekel. Nyata sekali wajah kedua orang tersebut dipenuhi tanda tanya.

Apakah itu artinya mereka harus putar balik dan kembali ke arah Wengker? Mengambil jalan yang tadi mereka putuskan tidak ditempuh karena ingin menyingkat waktu perjalanan?

"Maksud Ki Bekel? Apakah kita sebaiknya kembali ke pertigaan tadi, lalu mengambil jalan memutar ke arah Hasin?" Prajurit muda di sebelah Ki Bekel tak tahan untuk tidak bertanya.

Pria paruh baya yang dipanggil Ki Bekel lagi-lagi tidak langsung menjawab. Ia terus memperhatikan dua lelaki asing yang tengah membabati dahan dan ranting.

Ada satu kejanggalan yang ditangkap oleh lelaki paruh baya tersebut. Ia tidak mendapati seekor pun kuda tertambat di dekat-dekat kedua lelaki tersebut.

Artinya, kedua lelaki tersebut bukanlah orang yang kebetulan tengah melintas, seperti halnya Ki Bekel dan rombongan. Bisa jadi kedua lelaki itu malah tinggal tak jauh dari tempat robohnya pohon.

Tapi kalau memang demikian, sejauh mata Ki Bekel memandang juga tak terlihat satu pondokan pun di sekitar tumbangnya pohon. Begitu pula di sepanjang jalan yang baru saja mereka lintasi.

Satu dugaan tiba-tiba saja berkelebat dalam benak Ki Bekel. Sontak ia meningkatkan kewaspadaan, sekali pun air mukanya dibuat tetap setenang mungkin.

"Triguna, coba kau tanyai dua orang di depan sana. Sembari melihat-lihat apakah ada kemungkinan kita dapat menyingkirkan batang pohon yang melintang tersebut dalam waktu singkat." Ki Bekel akhirnya berkata.

"Baik, Ki Bekel."

Triguna menghaturkan sembah, kemudian membawa kuda tunggangannya ke depan.

"Ingat, jangan sampai mereka tahu apa yang kita bawa," pesan Ki Bekel ketika Triguna melintas di sebelahnya.

Si prajurit hanya anggukkan kepala dan terus melaju perlahan.

Di tempatnya, Ki Bekel berkata perlahan pada prajurit muda di sebelahnya. Sembari terus mengikuti gerakan Triguna dengan pandangan mata.

"Sudah aku katakan tadi, Tumanggala, kita seharusnya tidak melewati jalan ini. Terlalu sepi. Waktu tempuh yang mungkin dapat kita ringkas tidaklah sebanding dengan bahaya yang bisa jadi mengadang," ujarnya.

Prajurit muda yang diajak bicara palingkan kepalanya ke arah Ki Bekel.

"Mohon maafkan saya, Ki Bekel. Namun saya tadi hanya sekedar memberi usul. Dengan niatan agar kita dapat sampai lebih cepat di Kotaraja," sahutnya membela diri.

"Ya, aku tadi memberi persetujuan juga karena mempertimbangkan hal itu, Tumanggala," timpal Ki Bekel. "Tapi, entah mengapa firasatku sangat tidak enak kali ini."

Prajurit muda yang dipanggil Tumanggala mengernyitkan kening. Ujung kedua alisnya beradu.

"Apakah Ki Bekel hendak mengatakan bahwa Ki Bekel curiga dua orang di depan sana mempunyai maksud jahat?" tanya Tumanggala penasaran.

Ki Bekel hela napas panjang. Lalu balas menatap ke arah prajurit muda di sebelahnya itu.

"Dengar, Tumanggala. Kita jauh-jauh berjalan dari Wurawan membawa amanah besar dari pembesar di sana, untuk diserahkan pada Gusti Prabu Sri Maharaja Jayabhaya di Dahanapura.—"

Tumanggala sontak tundukkan pandangan mendengar ucapan yang belum tuntas tersebut. Ada rona kekhawatiran di wajahnya yang cakap.

"—Kalau sampai amanah ini tidak tersampaikan, hilang atau dirampas orang di tengah jalan, celakalah kita semua," ujar Ki Bekel dengan nada dalam.

"Jadi, benar Ki Bekel mencurigai mereka?" Tumanggala mengulangi pertanyaannya tadi. Ia membutuhkan jawaban tegas.

"Kita akan segera tahu jawabannya," jawab Ki Bekel, kemudian kembali tolehkan kepalanya ke arah muka.

Di depan sana, Triguna sudah sampai di tempat robohnya pohon besar yang menutupi jalan. Dua lelaki yang tengah memotongi dahan dan ranting tampak menyambut prajurit tersebut. Mereka bercakap-cakap.

"Maaf, Kisanak sekalian, sejak kapankah pohon ini tumbang melintang begini rupa?" tanya Triguna pada kedua lelaki di hadapannya.

Sekilas pandang saja prajurit tersebut sudah dapat mengenali jenis batang yang melintang. Ia yakin sekali itu batang pohon sonokeling.

Kayu sonokeling terhitung sangat keras. Triguna memperkirakan setidaknya butuh waktu dua-tiga kali penanakan nasi hanya untuk memotong batang tersebut. Belum lagi untuk menyingkirkannya dari tengah jalan.

"Oh, apakah kau seorang prajurit?" Bukannya menjawab, salah satu dari kedua lelaki yang tengah memotong ranting justru balik bertanya.

Triguna tidak suka pertanyaannya justru berbalik tanya. Namun ia memilih bersikap hati-hati.

"Ya, aku prajurit Panjalu yang baru saja bertugas ke Wurawan," jawabnya tegas.

Dua lelaki di hadapan Triguna saling berpandangan. Wajah mereka berubah cerah. Lalu pecah tawa tergelak dari mulut keduanya.

Triguna yang tak paham kenapa kedua orang di hadapannya tertawa, hanya dapat mengerutkan kening dengan wajah penuh keheranan.

"Wurawan, Kang!" kata salah satu dari dua lelaki tersebut, setengah berseru. Lalu kembali tertawa.

"Dan orang Wurawan ini membawa harta sangat banyak!" sahut lelaki satunya, kemudian melanjutkan tawanya pula.

Percakapan singkat itu sudah cukup bagi Triguna untuk mengetahui apa yang tengah terjadi. Dugaannya sama dengan Ki Bekel.

Tidak lain tidak, pohon sonokeling itu sengaja ditumbangkan ke tengah jalan untuk menghambat perjalanan mereka. Dan itu mereka lakukan dengan maksud tidak baik.

Bergegas Triguna berbalik kembali ke rombongan. Melihat itu Ki Bekel mengernyitkan kening.

"Kenapa kau begitu cepat, Triguna?" Ki Bekel tak sabar bertanya.

Dengan wajah tegang Triguna menjawab, "Agaknya mereka bermaksud tidak baik, Ki Bekel. Kita sebaiknya waspada."

"Apa maksudmu?" tanya Ki Bekel lagi. Sudut matanya melirik ke arah dua lelaki di kejauhan.

"Mereka tahu kita membawa barang-barang berharga," sahut Triguna.

Mendengar itu Ki Bekel saling berpandangan dengan Tumanggala. Setelah mendengus kesal, pria paruh baya tersebut memberi aba-aba.

"Kita putar balik, kembali ke arah Wengker!"

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Peringkat

10
99%(173)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
1%(1)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
1%(1)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
175 Peringkat · 175 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan

Ulasan-ulasanLebih banyak

Rana Semitha
Rana Semitha
cerita ini bagus banget
2025-10-22 10:58:31
0
0
Aldho Alfina
Aldho Alfina
Permisi, Numpang neduh thor "Penguasa Dewa Naga" Seorang sampah yang ternyata memiliki identitas luar biasa di belakangnya. bulan ini gas 3 bab/hari
2023-03-03 03:20:26
1
1
Hakayi
Hakayi
Mantap, Thor. Salam dari Legenda Pendekar Buruk Rupa.
2023-01-21 19:18:38
0
1
Zhu Phi
Zhu Phi
Keren ceritanya Salam dari Ksatria Naga Phoenix
2022-06-06 04:33:02
0
1
Artha Trishna
Artha Trishna
Wow, ini mutiara terpendam di GoodNovel. Sejauh ini satu-satunya cerita silat berlatar sejarah yang informasinya valid, enggak ngawur. Baca ini nambah pengetahuan sejarah. Nama-nama tokoh, juga bahasa dan istilah yang digunakan, semuanya pas sesuai dengan zaman yang diceritakan. Mantap, salut!
2022-05-28 00:04:23
2
1
135 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status