Home / Pendekar / Legenda Pendekar Pedang Ganda / 47. Teknik Menyerap Ingatan

Share

47. Teknik Menyerap Ingatan

last update Last Updated: 2024-02-14 06:24:55

Pria tawanan sekarang terkulai tak berdaya dalam cengkraman kuat tangan Qing Yuan yang sedang menerapkan teknik Ilmu Penyerap Ingatan. Jangankan memberontak, bahkan untuk menggerakkan jari saja terasa sangat sulit.

Detik berikutnya, terdengarlah jeritan panjang si tawanan yang diteruskan oleh erangan-erangan kacau dari mulutnya.

Namun, semua itu tidak membuat Qing Yuan menghentikan penerapan Ilmu Penyerap Ingatan. Suatu teknik ilmu mengerikan yang bisa menghancurkan organ dalam seseorang.

Kelopak mata Qing Yuan perlahan tertutup dan semua orang di sana tidak ada yang menyadari akan adanya selarik cahaya merah kecil baru saja keluar dari ruang di antara kedua alis pemuda itu.

Sinar merah sebesar biji buah persik itu melesat cepat, menembus kening si tawanan dan mulai menjelajah ke dalam ruang kesadarannya.

Cahaya merah tersebut adalah salah satu serpihan roh milik Qing Yuan yang sengaja dilepaskan untuk menjelajahi ruang ingatan seseorang. Teknik ini terbilang cukup berbahaya, jika itu dilakukan melampaui batas waktu yang sudah ditentukan.

Risiko dari orang yang menerapkan ilmu ini, dia bisa kehilangan kesadaran. Bahkan jika terlambat barang sedikit saja, kemungkinan serpihan roh si penerap terancam tidak dapat kembali ke tubuh aslinya.

Namun, Qing Yuan adalah Yang Yuan, orang yang tidak pernah takut apa pun demi mendapatkan keinginannya. Dia termasuk pemuda dengan gejolak hasrat membara dan tidak mudah menyerah begitu saja hanya karena kendala kecil.

Panas menyengat menyebar di telapak tangan Qing Yuan, membuat pria tawanan menjerit kesakitan akibat kulit kepalanya terasa terbakar, perih tak terkira hingga masuk ke dalam ruang otaknya.

Pria tawanan malang itu sekarang dalam keadaan setengah sadar dan selebihnya seperti di ambang pintu kematian.

Qing Yuan memang sedang berusaha menembus ruang kesadaran milik si pria tawanan, dan ingatan pria itu sekarang terlihat di penglihatan mata batinnya.

Pertama-tama dalam bayang kesadarannya, Qing Yuan hanya melihat kegelapan di mana-mana. Tak ada setitik pun cahaya penerang dan tempatnya berada seperti di tengah kabut pekat yang terus bergerak berputaran.

Anehnya, meskipun ini adalah ruang kesadaran. Alam di mana ingatan manusia terkumpul membentuk lautan memori. Namun, di sini semuanya tampak kosong dan hanya diselimuti oleh kabut gelap.

Tidak ada bayangan kenangan hidup, tiada secercah pun cahaya semangat yang tersirat. Ingatan pemilik ruang kesadaran ini seperti hilang, atau tepatnya dihilangkan oleh suatu kejanggalan.

"Hmm, kesadaran orang ini sepertinya memang sudah disusupi oleh sejenis ilmu hitam untuk mengendalikan pikiran seseorang," gumam serpihan jiwa Qing Yuan sambil melihat sekelilingnya yang gelap. "Sebaiknya aku coba terus menembus masuk ke dalam pusat kegelapan. Siapa tahu ada sesuatu yang bisa menjadi petunjuk."

Cahaya merah serpihan roh Qing Yuan melesat ke suatu arah, terkadang berputar, berkeliling dan berhenti secara mengambang di kehampaan.

Cahaya serpihan roh itu lalu membentuk sosok tubuh Qing Yuan yang samar dan melayang-layang di udara hampa pada ruang kesadaran pria tawanan. Cukup lama bayangan roh Qing Yuan mencari, dan akhirnya dia pun menemukan suatu hal yang membuatnya terkejut.

"Tempat apa ini?" tanya serpihan roh Qing Yuan sambil memasuki sebuah padang rumput yang menghampar di tengah hutan. Bisa dikatakan, ini adalah satu-satunya tempat di mana masih ada secercah ingatan milik pria tawanan.

Sepertinya, ingatan ini terjadi dan terekam setelah teknik Ilmu Pencucian Otak diterapkan. Sebuah metode mengerikan yang diterapkan pada diri seseorang demi mengendalikan orang lain dalam suatu ajaran aliran sesat.

Di sana terdapat banyak orang berpakaian serba hitam dengan topeng dan caping bambu tampak tengah berlutut di belakang punggung seseorang yang cukup misterius.

"Siapa orang itu?" Serpihan roh kesadaran Qing Yuan bertanya, saat melihat sesosok bayangan manusia berbalut pakaian serba ungu tampak berdiri membelakangi pasukan berpakaian serba hitam tersebut.

"Apakah dia ini adalah tuan mereka?"

Samar namun pasti, Qing Yuan seperti mendengar suara dari arah kerumunan tersebut. Suara itu terasa asing, dah bahkan dia tidak mengenalnya sama sekali.

"Kali ini aku menugaskan kalian untuk mengacaukan apa pun yang dilakukan oleh Kelompok Topeng Iblis, memburu dan menangkap pemimpinnya, hidup atau mati!"

Serpihan roh Qing Yuan terkejut. Namun, dia tak dapat berbuat apa pun. Sosok pria berjubah ungu itu seperti dikelilingi oleh aura jahat yang sangat kental, sehingga sangat sulit untuk ditembus ataupun disentuh.

"Bangsat! Beraninya kau memerintahkan hal itu pada mereka!" Serpihan roh Qing Yuan melesat cepat ke arah kerumunan pria-pria bercaping bambu yang masih terus berlutut.

Jika tidak mengeluarkan suara, mungkin mereka semua tampak bagaikan barisan arca batu yang tak bergerak sama sekali. Anehnya, barisan itu seperti tidak merasakan jika ada seseorang yang sedang menerobos dan menerjang dengan kemarahan luar biasa.

Qing Yuan mencoba untuk menyerang dengan melayangkan tinju ke arah kepala pria berjubah ungu yang membuat emosinya meledak.

Namun, sekuat apa pun dia menyerang, pukulannya tak dapat mengenai sosok pria berjubah ungu tersebut. Bahkan pukulannya seperti hanya menembus angin dan sia-sia di udara.

Serpihan roh Qing Yuan menggeram marah dan itu membuat tubuh utamanya bergetar hebat disertai keringat yang bercucuran.

"Ketua, apa yang terjadi dengan Anda?" seru Qing Sha disertai kekhawatiran yang terbayang jelas di matanya.

Qing Sha menjadi panik, tapi dia pun tak bisa berbuat apa pun dan tak berani menganggu. Dia terlalu takut untuk berbuat kesalahan yang mungkin akan mencelakakan tuannya.

Ekspresi wajahnya bahkan menjadi sangat buruk dan rasanya ingin membunuh saja pria tawanan yang sedang ditahannya.

Sementara itu, kawan-kawannya yang lain tengah sibuk mengeksekusi para tawanan yang rencananya mayat-mayat mereka akan dikirim ke Sekte Puncak Barat sebagai surat tantangan terbuka.

Di dalam ruang kesadaran pria tawanan, Qing Yuan kembali mendengar pria berjubah ungu berkata memerintah dengan suara dingin, tegas dan datar.

Suara itu seperti tidak memiliki belas kasih serta terdengar seperti mengandung tekanan dendam yang sangat kuat.

"Dan ingatlah oleh kalian semua. Aku berjanji, bagi siapa pun yang berhasil mendapatkan kepala Yang Yuan, murid utama si keparat Yang Hua dari Sekte Lembah Kegelapan, maka imbalan besar akan kalian dapatkan dariku."

"Siap, Tuan Muda!" sahut para pria berjubah hitam yang sedang berlutut.

"Bajingan ini, beraninya mengatai laoshi dengan kata keparat!" Serpihan roh Qing Yuan semakin merasa marah, bahkan sangat marah. "Dan dia bahkan menginginkan kepalaku!"

Akan tetapi, Qing Yuan hanya dapat terus menahannya sekuat tenaga, atau jiwanya saat ini bisa terguncang dan meledak akibat serangan emosinya sendiri.

Sosok pria berjubah ungu terlihat berjalan pergi menjauh tanpa sedikit pun menolehkan wajah ke belakang. Dia sangat misterius dan membuat suasana hati Qing Yuan semakin kacau.

"Qing Fuyu, Yang Yuan dan Yang Hua, yang kuinginkan hanyalah membuat keluarga kalian hancur sebelum kalian semua mati mengenaskan!" Suara seruan pria berjubah ungu itu terdengar semakin samar tapi sangat menyakitkan bagi Qing Yuan.

"Hahahaha!"

Tawa panjang pria berjubah ungu sayup-sayup terdengar dari kejauhan dan membuat Qing Yuan bertambah marah.

"Yang Yuan, tunggulah saat mu tiba!"

"Hahahaha!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   118. TIGA HARI PENENTUAN

    Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   117. Pikiran Kotor

    Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   116. Gagal Berduel

    Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   115. Pedang Ganda Ada Dua Pasang?

    Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   114. Dia Tahu Namaku?

    Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u

  • Legenda Pendekar Pedang Ganda   113. Salah Paham

    "Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status