Home / Pendekar / Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir / Bab 1. Anak Tengil dan Anak Kurus

Share

Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir
Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir
Author: Hudi

Bab 1. Anak Tengil dan Anak Kurus

Author: Hudi
last update Last Updated: 2022-11-01 11:28:07


15 tahun lalu di Desa Shijiang ...

Satu keluarga yang sedang mencari air berjalan turun dari gunung ke arah Sungai Ning.

Terdengar tangisan bayi di sekitaran pinggir sungai Ning.

"Sudah Bu lewati!" perintah Bapak itu.

"Kalau di pungut bayi itu, hanya akan menjadi beban keluarga saja." lanjut Bapak itu.

Sang istri yang mempunyai jiwa seorang ibu merasa iba melihat dengan pilu bayi yang sendirian dalam keranjang itu dan mendengar teriakan bayi yang sangat melengking di telinganya sangat menyayat hatinya. Ia sangat ingin memungut bayi itu tetap tidak berani mengambilnya, ia menuruti perintah suami dan dilewatinya dengan begitu saja.

Tak beberapa lama setelah sekeluarga itu meninggalkan bayi. Tiba-tiba anak perempuannya yang berumur 6 tahun menarik-narik baju ibunya sembari menunjuk ke arah tangisan bayi itu, ternyata sudah ada seekor anjing besar yang mendekat ke arah bayi itu, seperti ingin menyantapnya. "Ibu! Ibu! lihat itu!" teriaknya sembari menunjuk ke arah bayi yang mereka tinggalkan itu.

Melihat hal itu, pada akhirnya Bapak dan Ibu dari anak itu mau tak mau berlari ke arah bayi dan harus mengusirnya dengan cepat si anjing besar sebelum bayi yang sendirian itu disantapnya.Si Bapak lalu melempar batu dengan keras ke arah anjing besar dan tepat mengenai kepala anjing itu. Anjing itu pun kabur meninggalkan bayi itu tanpa melakukan perlawanan kepada orang yang melempar batu.

Si Ibu langsung berlari mengambil dengan tergesa-gesa keranjang bayi yang tersangkut di akar pohon Sungai Ning dan kembali berlari lagi ke persembunyian suaminya karena takut anjing besar itu berbalik dan menyerangnya. Sekembalinya ke gunung, si Bapak meminta ijin kepada tetua yang tak lain tuan tanah di Desa Shijiang untuk mengangkat bayi tersebut menjadi anaknya.

"Tuan mohon izinkan hamba untuk mengadopsi anak ini," mohon si Bapak sambil bersujud di depan Tuan tanah, yang diikuti oleh semua keluarganya itu.

***

"Anak lemah sepertimu ingin menjadi Pendekar!"

Tendangan dari seorang anak tengil berumur 14 tahun meluncur cepat mengenai ulu hati ke seorang anak kurus berkulit pucat.

"Badan kurus kering kerempeng sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi seorang Pendekar! Jangankan memukul jatuh lawan, untuk menghindari pukulan lawan pun kamu pasti tidak akan bisa dengan badan yang sekurus itu!"

Anak kurus itu dipegangi kedua tangannya oleh anak lainnya di kedua sisinya, sehingga ia tidak bisa melawan balik, dan hanya bisa pasrah untuk menerima siksaan berupa pukulan maupun tendangan dari anak tengil itu. Belum lagi hinaan yang harus terus-menerus ia terima dari si anak tengil yang dilontarkan dari mulutnya bagaikan tetesan air hujan deras yang tanpa henti-hentinya menghujam daratan.

Anak kurus itu tersungkur ke tanah dalam keadaan menelengkup seperti bersujud di hadapan anak tengil, sembari terbatuk-batuk keluar muncratan darah segar yang keluar dari mulutnya setelah menerima tendangan dari si anak tengil tadi.

Anak tengil lalu mendekatkan ujung kakinya ke kepala si anak kurus yang tubuhnya sudah terlihat luluh lantah dan menurun kesadarannya, lalu ia kembali menghinanya lagi, "Dasar sampah! anak keturunan dari seorang Petani miskin ingin berlatih dan bergabung bersama anak keturunan Pendekar seperti kami untuk menjadi Pendekar? menjadi kotoran Pendekar saja kamu tidak pantas! Dasar anak tidak tahu diri!"

Anak tengil tadi merasa masih belum puas melepas segala amarahnya kepada anak kurus tadi, kembali ia bersiap-siap mengayunkan kaki kanannya jauh ke belakang sebagai ancang-ancang untuk menendangnya sekali lagi, dan ...

"Ahhk!!!"

Tendangan keras meluncur dan mengenai rahang si anak kurus, yang kepalanya tadi tepat berada di dekat kaki kanan si anak tengil.

Akibatnya kepala anak kurus itu terpental dan seketika posisinya menjadi terlentang dari posisi awalnya yang terlengkup dengan kedua tangan dan kakinya menegang ke atas, karena rahang bawahnya menerima gelombang kejut yang langsung diterima oleh otak lalu menyalurkannya ke seluruh tubuh sampai ke organ optik yang menyebabkan matanya menjadi buram karena gelombang itu dan akhirnya si anak kurus itu pingsan.

Anak tengil akhirnya merasa puas melihat lawannya yang tidak seimbang itu terlihat kritis sembari megap-megap seperti ingin meregang jiwanya, "Ha ha ha ha! rasakan itu, dasar anak Petani lancang! Mau berlatih menjadi seorang Pendekar Kultivasi Hah! Hanya untuk anak keturunan Pendekar saja yang pantas! bukan anak Petani lemah seperti kamu!"

Selang beberapa menit.

Anak tengil dengan arogan dan pongahnya berdiri di atas anak kurus yang tidak sadar tadi sembari mengetuk-ngetuk kakinya di tanah, ia menunggu anak kurus itu untuk bangun dari pingsannya, dan karena masih belum sadar juga ia lalu dengan santainya menepuk-nepuk wajah si anak kurus tadi dengan telapak kakinya. "Oyy! bangunlah sampah! jangan sampai kamu mati disini! Kamu tidak boleh menodai kesucian aula Sekte Funsan ini! Cepat bangun! Jangan berpura-pura pingsan terus anak Petani lemah!!!"

"Denyut nadinya lemah," ucap sepupu anak tengil yang dengan cepat memeriksa Denyut nadi nya karena khawatir.

"Kamu tidak perlu khawatir, anak kurus ini hanya anak dari seorang Petani dan apabila ia mati pun tidak akan ada orang yang berani menuntut aku! Apalagi memberikanku sanksi atau hukuman, hanya azab dari para dewa yang bisa menghukumku! Itu pun kalau Dewa itu berani denganku Ha Ha Ha Ha!!!" Anak tengil itu kembali menunjukkan kesombongan ya di hadapan sepupu-sepupunya yang sedari tadi hanya berani memandangnya dengan perasaan sungkan.

Anak tengil itu lalu memposisikan tubuhnya menjadi jongkok, lalu berkata, "Aneh sekali anak kurus kering kerempeng berkulit pucat sepertimu, baru masuk Sekte Funsan kemarin bisa-bisanya mendapatkan level 9 padahal rata-rata murid disini berada pada level 3. Apakah kemarin Pohon Oak sial*n itu salah memberikan level kepada anak kurus ini? hari ini justru dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan tenaga dalamnya."

Sekte Funsan adalah Sekte terbesar yang berada di Benua Oriental. Sekte ini berada di Gunung Funsan dimana Istana berdiri yang merupakan tempat tinggal dari Kaisar Guang Xu Di Sekte Funsan ini pula terdapat Pohon Oak besar yang bisa menentukan level kekuatan tenaga dalam seseorang apabila orang tersebut masuk ke selah-selah batang dari Pohon itu.

Anak tengil tadi merupakan cucu kesayangan dari Kaisar Guang Xu. karena selalu di manja dan selalu mendapatkan kemudahan dalam hidup, menjadikannya pribadi yang arogan dan selalu seenaknya melakukan apa saja. Asalkan berada di dekat lokasi Istana Kaisar Anak itu bisa berbuat semaunya.

Anak tengil itu bernama Guang Xian Xie.

Anak kurus berkulit pucat itu merupakan anak seorang Petani miskin yang berasal dari Desa Shijiang, ia bisa menjadi murid Sekte Funsan karena kemarin setelah masuk ke dalam batang Pohon Oak ia dinyatakan mempunyai level 9 yang merupakan Pendekar Kaisar di Dunia Fana ini. Dan anehnya hari ini sepertinya semua Qi dalam dantiannya hilang secara misterius dan dia tidak bisa mengeluarkan semua tenaga dalamnya.

Anak kurus itu bernama Ho Xiuhuan berumur 15 tahun.

Hudi

Tingkat Kultivasi pada ranah Alam Fana ada 14 tahapan yaitu : 1. Tulang dasar 2. Penguatan tulang 3. Energi dasar 4. Pengumpul Energi 5. pemurnian Qi 6. Pendekar Prajurit 7. Pendekar Jenderal 8. Pendekar Raja 9. Pendekar Kaisar 10. Pendekar Petapa 11. Pendekar Spiritual 12. Pendekar Langit 13. Pendekar Surga 14. Pendekar Dewa Semua tahapan mempunyai 5 tingkatan bintang untuk naik ke tahap berikutnya. **************** Sekte Funsan memiliki Pohon Oak dengan 14 batang cabang yang bisa berpendar, jumlah pendaran itu yang akan memberi tahu level dari seorang Pendekar. ****************

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Syafrinal Naim
lanjut tor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 96. Misi Menyelamatkan Guang Xu

    Ho Xiuhuan melangkah dengan hati-hati, rasa tegang memenuhi setiap serat tubuhnya. Matanya memelototi setiap sudut hutan yang mengelilinginya, mencari tanda-tanda kehadiran yang misterius. "Ada sesuatu yang besar di sini, Guang Mei-Yin," bisiknya dengan penuh kehati-hatian.Guang Mei-Yin memegang erat pedangnya, matanya berbinar-binar ketika ia mendengar kata-kata Ho Xiuhuan. "Ayahku dan saudara-saudaraku, mereka ada di sekitar hutan ini," katanya dengan suara bergetar, penuh keingintahuan dan kegembiraan.Perlahan, mereka melangkah lebih dalam ke dalam hutan yang mempesona ini. Daun-daun pepohonan mengelus lembut wajah mereka saat angin berhembus perlahan, menciptakan aura misterius di sekitar mereka. Cahaya matahari yang menembus celah-celah daun menciptakan bayangan-bayangan yang menakutkan, membuat perjalanan mereka semakin menegangkan."Apakah kau merasa energi yang kuat di sekitar kita, Ho Xiuhuan?" Mei-Yin bertanya sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku yakin kita semakin dekat

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 95. Pintu Gerbang Hutan Angan

    Guang Mei-Yin dan Ho Xiuhuan berada di depan sebuah danau yang tenang. Di tengah danau terdapat pulau kecil dengan pohon-pohon yang tinggi dan rimbun. Mereka menyadari bahwa ujian kedua mereka adalah untuk mencapai pulau itu tanpa menggunakan perahu atau jembatan yang terlihat. Mereka melihat batu-batu yang tersusun rapi di sepanjang tepi danau. Mereka harus menjaga keseimbangan dan ketepatan gerakan untuk mencapai pulau tersebut. Ujian ini mengajarkan mereka tentang kepercayaan pada diri sendiri dan kemampuan untuk menghadapi tantangan fisik yang tak terduga.Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin melompat dengan penuh keahlian dari batu ke batu di sepanjang tepi danau. Namun, tiba-tiba sebuah angin kencang menerpa mereka, mengganggu keseimbangan mereka. Batu-batu yang biasanya stabil menjadi licin dan bergerak-gerak. Angin kencang menerpa tubuh mereka dengan keras, menggoyangkan langkah dan mengancam untuk mendorong mereka ke dalam danau yang dalam. Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin saling berp

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 94. Kuil Hutan Angan.

    Mei-Yin dan Ho Xiuhuan berdiri di persimpangan tiga jalan yang misterius, pandangan mereka terhenti pada kabut tebal yang menyelimuti setiap arah yang mereka hadapi. Hatinya berdebar kencang di dadanya, mereka merasakan kekuatan magis yang mengisi udara di sekitar mereka.Mei-Yin merapatkan langkahnya ke samping Ho Xiuhuan, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. "Kabut ini menghalangi kita, tapi aku merasa ada petunjuk yang tersembunyi di dalamnya," bisiknya dengan penuh keyakinan.Ho Xiuhuan mengangguk setuju, tatapannya terfokus ke arah pertama jalan. Dalam keheningan, mereka melangkah maju dengan perlahan, mencoba merasakan aura yang tersembunyi di balik kabut yang pekat.Kabut menyelinap di sekitar mereka, menyembunyikan setiap detail dan mendorong mereka untuk bergantung pada naluri mereka. Langkah Mei-Yin dan Ho Xiuhuan bergerak seiring, indera mereka menjadi lebih tajam saat mereka memperhatikan setiap getaran energi yang muncul.Namun, setelah beberapa langkah, mereka

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 93. Hutan Angan.

    Setelah melalui perjalanan yang panjang, Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin akhirnya tiba kembali di tempat yang dulu mereka anggap sebagai Istana Kaisar Xu, tetapi mereka terkejut mengetahui bahwa keadaan telah berubah drastis. Istana Kaisar Xu telah ditinggalkan dan Kaisar Feng, yang dulu dikenal sebagai Jenderal Feng Zhui, telah mengambil alih kekuasaan dan menjadi penguasa baru. Guang Mei-Yin berdiri di tepi danau yang jernih, wajahnya yang pucat tercermin dalam air tenang. Angin sepoi-sepoi menerpa rambutnya yang panjang dan melambai-lambai di sekelilingnya. Dia menggenggam kalung perak yang diberikan oleh ibunya, satu-satunya kenang-kenangan yang ia miliki dari Ayahnya."Dalam kegelapan yang menyelimuti hatiku, Ayah, di mana kau berada?" gumam Mei-Yin dengan suara perlahan, tetapi penuh dengan kepedihan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, dan aku juga tidak tahu keberadaan saudara-saudaraku, Chen Xuan dan Chen Yuan. Feng Zhui telah menggulingkan Ayah dari takhta, dan dunia yan

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   92. Melawan Alam

    Pada suatu malam yang gelap, Pulau Persik Kecil diguncang oleh badai yang hebat. Angin kencang dengan kekuatan yang mengerikan menerbangkan daun-daun pohon ke udara, menciptakan tarian liar di antara cabang-cabang yang bergoyang dengan ketakutan. Langit dipenuhi dengan petir yang menyambar, mengejutkan langit malam dengan cahaya yang membelah kegelapan.Di tengah kekacauan alam ini, Pulau Persik Kecil menjadi medan pertempuran bagi elemen-elemen alam yang marah. Ombak besar dengan amarahnya memecah di tebing, memuntahkan semburan air yang menggulung dan menerjang dengan kekuatan yang menghancurkan.Guru Zhao Zeming melangkah dengan mantap di depan, melindungi wajahnya dari hembusan angin yang deras. Dia menoleh ke belakang, memandang Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin yang berdiri dengan tegar di tengah hantaman angin yang liar."Kalian berdua harus tetap fokus dan mengendalikan tubuh dan pikiran kalian," kata Guru Zhao Zeming dengan suara yang terdengar lemah karena terbawa angin.Ho Xiuhu

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   91. Goa Meditasi

    Pagi itu, matahari terbit dengan lembut di langit cerah Pulau Persik Kecil, menyinari hutan lebat yang dipenuhi pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah. Guru Zhao Zeming melangkah dengan langkah mantap di depan, sedangkan Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin mengikuti di belakangnya dengan penuh kekaguman.Guru Zhao Zeming memandang ke sekitar dengan senyum lembut di bibirnya. "Ho Xiuhuan, Guang Mei-Yin, perhatikanlah keindahan yang mengelilingi kita," ujarnya dengan penuh kagum.Ho Xiuhuan, seorang pria muda dengan mata yang cerdas, melirik sekeliling dengan penuh kekaguman. "Guru, ini luar biasa. Hutan ini penuh dengan kehidupan dan keindahan yang tiada tara. Saya benar-benar terpesona."Guang Mei-Yin, seorang wanita bersemangat dengan rambut panjang yang terurai, menghela napas dalam. "Aroma segar dari laut yang dihembuskan angin membuat suasana ini semakin mempesona, Guru. Saya tidak sabar untuk mengetahui apa yang menanti kita di depan sana."Guru Zhao Zeming tersenyum bijaksana.

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 90. Kura-kura Roh

    Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin melanjutkan perjalanan mereka dengan semangat yang membara dan tekad yang kuat. Mereka saling melengkapi dan mendukung satu sama lain dalam setiap langkah yang mereka ambil, sambil terus belajar dan mengasah keterampilan bela diri mereka. Dengan kepercayaan dan persahabatan yang kokoh, mereka siap menghadapi setiap rintangan yang ada di depan mereka dan mencapai puncak kemampuan bela diri mereka.Saat Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin berlatih di tepi danau di malam hari, mereka memperlihatkan keahlian bela diri mereka yang gesit dan lincah. Mereka berlatih dengan tekun, saling menginspirasi satu sama lain, dan mencoba berbagai gerakan baru. Cahaya bulan purnama memberikan atmosfer yang magis dan memperkuat semangat mereka.Ho Xiuhuan meloncat tinggi ke udara, melakukan serangkaian gerakan yang anggun. Ia mendarat dengan lembut, menyempurnakan tekniknya. "Konsentrasi pada pusat gravitasi, Ho Xiuhuan," ujar Guang Mei-Yin dengan lembut.Ho Xiuhuan mengangguk sera

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 89. Pulau Persik Kecil

    Ho Xiuhuan, Guang Mei-Yin, dan Guru Zhao Zeming berada di Pulau Persik Kecil yang tenang dan damai. Mereka menemukan diri mereka di tengah-tengah pulau yang dipenuhi dengan keindahan alam. Di sekitar mereka, terdapat pohon-pohon persik yang sedang mekar dengan bunga-bunga yang indah.Guru Zhao Zeming memanfaatkan keadaan ini untuk mengajarkan mereka teknik-teknik bela diri yang lebih dalam sambil menjaga mereka agar pulih dari luka-luka mereka. Guru Zhao Zeming memanfaatkan keadaan di Pulau Persik Kecil dengan bijaksana. Ia mengatur latihan bela diri yang lebih dalam untuk Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin, sambil tetap memperhatikan dan menjaga mereka agar pulih dari luka-luka mereka.Pagi-pagi buta, saat sinar matahari mulai menyinari pulau, Guru Zhao Zeming mengajak Ho Xiuhuan dan Guang Mei-Yin ke pusat latihan yang terletak di tengah hutan persik. Di antara pohon-pohon yang rindang, ada sebuah tempat latihan yang disusun dengan rapi dan dikelilingi oleh suasana alami yang menenangkan.

  • Legenda Pendekar Pedang Naga Terakhir   BAB 88. Terselamatkan.

    Setiap gerakan mereka dihadang dengan serangan yang ganas dan terorganisir. Jenderal Feng Zhui, dengan keahlian tempur yang menakutkan, terus mengejar Ho Xiuhuan, mengeluarkan serangan-serangan yang mematikan. Ho Xiuhuan dengan cermat menghindari setiap serangan itu, mempertahankan ketangkasannya dan menjaga hidupnya dengan susah payah.Namun, saat Ho Xiuhuan semakin terdesak, terjadi kejadian yang tak terduga. Guang Mei-Yin, yang selama ini menjadi sosok yang lembut dan anggun, berubah menjadi seorang pejuang yang luar biasa. Dengan keterampilan bela diri yang memukau, dia melawan musuh-musuh yang mendekatinya dengan kecepatan dan ketepatan yang tak tertandingi.Dalam sekejap, Guang Mei-Yin berhasil membuka jalan bagi saudara-saudaranya. Dia melawan pasukan pengkhianat dengan kemarahan yang membara, menghancurkan formasi musuh dengan gerakan yang elegan namun mematikan. Keberanian dan kekuatan yang dipancarkannya memberikan semangat baru bagi Ho Xiuhuan dan yang lainnya.Dengan tekad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status