Di tengah malam yang sunyi, tampak sebuah Paviliun yang terlihat sederhana. Dari dalam, terdengar tangisan bayi yang sangat nyaring memecah keheningan malam. Walaupun begitu keras suara itu terdengar lembut bagai nyanyian burung kecil yang merdu dan menenangkan bagi kedua orang tuanya.
Sejak sore, seorang tabib berusaha membantu dalam proses kelahiran Shi-Lin, istri Zhang Ji Wei. Akhirnya pada malam harinya, dengan usaha yang tak kenal lelah, mereka berhasil melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat. Kelegaan dan kebahagiaan menyelimuti hati mereka saat bayi yang baru lahir itu menangis dengan kuat.Hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya, membasahi tanah dengan derasnya. Kilatan petir yang menyilaukan memecah kegelapan langit, diikuti oleh suara menggelegar yang menggetarkan kalbu. Suasana tenang malam hari dengan cepat berubah menjadi mencekam, karena muncul beberapa sosok berjubah hitam yang bergerak sangat cepat dari atas atap mengepung Paviliun.Tubuh dari Zhang Ji Wei yang sedang menggendong bayinya yang baru lahir itu seketika tersigap, ia telah merasakan kehadiran beberapa musuh yang sepertinya sudah berada dekat dengan keluarganya. Ia lalu mengenakan sebuah kalung kepada bayinya itu."Istriku. Sepertinya akan ada sesuatu yang buruk akan terjadi," ungkap Zhang Ji Wei."Aku pun merasakan hal yang sama Suamiku. Sepertinya ramalan penyihir itu akan segera menjadi kenyataan," ujar Shi-Lin."Aku tidak menyangka hal ini terjadi akan begitu cepat terjadi. Bayi ini, harus menjadi Pendekar yang kuat dan hebat."Singg! Singg!Dua batang kayu tiba-tiba muncul dari luar dengan anak panah baja yang sangat tajam berkilauan melesat cepat menuju kepada Zhang Ji Wei dan bayinya. Dan ketika kedua anak panah itu sampai dihadapan Zhang Ji Wei. Tangannya seketika nampak berbayang akibat pergerakannya yang sangat cepat dan hampir tak terlihat.Zhang Ji Wei dengan mudah menangkap anak panah itu tepat di depan wajahnya. Kemudian dengan kecepatan dan kekuatan tangannya pula ia langsung melempar kembali batang beranak panah itu ke luar, kearah datangnya anak panah itu."Ahhk!!!"Terdengar suara meraung kesakitan dari luar menandakan anak panah tersebut mengenai seseorang dari arah luar tersebut.Sementara itu, Di halaman depan dan belakang paviliun sederhana itu, terjadi pertarungan yang sangat sengit. Murid Zhang Ji Wei dan sekelompok orang berjubah hitam terlihat saling bertarung untuk menyerang dan mempertahankan diri masing-masing. Suara benturan golok dan pedang terdengar bergetir dengan dentingan yang sangat kuat.Pimpinan dari para penyerang berjubah hitam tampak bergerak sangat gesit. Ia dengan kecepatan dan kelihaiannya dalam mengayunkan golok, dapat merobohan semua murid Zhang Ji Wei yang datang untuk menghadangnya. Dan dalam sekejap mata saja, dirinya sudah berada didepan pintu masuk ke Paviliun induk."Zhang Ji Wei! kematianmu akan segera tiba!"Pimpinan berjubah hitam itu terlihat berdiri dengan amarahnya yang menyala, dari kakinya lalu memancarkan aura api. Ia kemudian mengayunkan kakinya bermaksud untuk menghantam pintu dengan tendangan tenaga dalamnya. Namun, ketika kaki berkekuatan besar itu akan dihantamkan ke arah pintu tiba-tiba tertahan oleh sebuah kaki lainnya yang muncul dan seketika membuat tubuh Pemimpin itu terdorong mundur dua langkah."Sebelum kau masuk, langkahi dulu mayatku!"Seorang Pendekar muda dengan berani menantang Pemimpin berjubah hitam itu."Siapa karmu?!""Kau tidak perlu tahu siapa namaku! Kau tak akan kubiarkan masuk ke dalam Paviliun Guruku ini!""Ha ha ha murid dari Zhang Ji Wei! Gurumu saja tidak akan berani banyak tingkah di hadapan Golok Hitam ini!"Pendekar Golok Hitam dengan wajah iblisnya yang cengengesan itu langsung mengacungkan Goloknya ke arah depan. Terlihat kilauan kilat di ujung mata golok itu. Tubuhnya lalu melompat tinggi sembari mengayunkan goloknya ke atas. Aura iblis aliran hitam nampak dengan jelas menyelimuti seluruh badannya. Lalu ia menebas ke arah Pendekar muda itu.Pendekar muda itu dengan cepat menangkis tebasan Golok Hitam itu dengan pedangnya.Tranggg!!!Terlihat pedang dari Pendekar muda itu hancur berkeping-keping di udara di tengah-tengah wajah dari Pendekar Golok Hitam dan Pendekar muda itu. Serpihan besi murni berkilauan bertebaran di sekeliling mereka. Kekuatan pedang Pendekar muda itu tidak sebanding dengan kekuatan yang sangat besar dari Golok Hitam ber aura iblis.Tebasan golok dari ayunan Pendekar Golok Hitam itu menerobos pertahanan dari pedang Pendekar muda itu, meluncur sampai ke tubuh bagian bawah dibarengi suara teriris menembus daging dari tubuh Pendekar muda itu. Dalam sekejap tubuh dari Pendekar muda itu terbagi dua dan memancarkan darah segar dengan aroma amis darah yang langsung menyeruak di sekitar pintu masuk Paviliun itu."Ternyata murid Zhang Ji Wei ini sangat lemah! Ia tidak mampu menandingi tenaga kekuatan Golok Hitamku! Ha ha ha ha!"Di dalam Paviliun, Zhang Ji Wei dengan wajah serius penuh kehatian-hatian menatap cemas ke arah istrinya Shi-Lin.“Istriku bawa bayi kita pergi, aku akan menahan para iblis itu disini.”“Aku tidak akan meninggalkanmu Suamiku. Zhang Ji Long akan kuserahkan pada Tabib untuk dia bawa pergi.”“Zhang Ji Long? Itu nama anak kita?”“Iya suamiku. Akan aku namakan anak kita Zhang Ji Long yang memiliki arti seorang Zhang yang meneruskan kekuatan naga.”Shi-Lin menatap sedih ke arah Zhang Ji Long, bayinya yang baru lahir itu. Wajah cantiknya memancarkan aura penuh kelembutan bercampur kekhawatiran. Cinta dan ikatan yang mendalam terpancar dari tatapan lembutnya, melihat senyuman polos dari bayi yang masih merah itu, mengisi hatinya dengan haru dan kebahagiaan.“Tabib aku titipkan anakku. Aku yakin Zhang Ji Long kelak pasti akan menjadi Pendekar yang kuat dan hebat.”Dengan tergesa-gesa, tabib itu membawa Zhang Ji Long dan membuka lantai yang mengungkapkan jalan bawah tanah. Ia masuk ke ruang bawah tanah yang tersembunyi itu, dan menutup lantainya kembali.Pintu depan Paviliun terbuka dari dalam, terlihat Zhang Ji Wei dan Shi-Lin berjalan keluar dengan lantang. Zhang Ji Wei dengan jubah putih ciri khasnya terlihat tangguh dan berani. Sementara Shi-Lin dengan gaun merah mudanya terlihat cantik dan menawan walaupun baru saja melahirkan seorang bayi.Wajah iblis dari Pendekar Golok Hitam tampak cengengesan ketika melihat kedua pasangan suami istri ini datang untuk menghadang dirinya. Dengan gerakan yang cepat, Ia langsung menghunuskan golok hitamnya ke arah mereka, memancarkan kilatan dingin yang mencekam. Pendekar Golok Hitam itu lalu berlari hendak menyerang pasangan tersebut, namun dari dalam gaun merah muda Shi-Lin muncul selendang yang bergerak dan meluncur deras seperti panah yang dilepaskan dari busur dengan kecepatan kilat sampai berhasil menotok pundak kiri Pendekar Golok Hitam tersebut membatasi gerakannya. Karena masih dalam keadaan lemah tampak darah segar mengucur dari mulut Shi-Lin."Istriku janganlah kamu memaksakan diri,” ucap Zhang ji Wei sambil merangkul istrinya yang terhuyung."Aku tidak bisa menahan diri melihat iblis ini membantai murid kita Suamiku."Guru Zi Feng merasa bahwa untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan dan mencegah pelaku sebenarnya curiga, dia harus tetap memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi dia yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat dalam menjaga keadilan dan mengungkap pelaku sebenarnya.Guru Zi Feng menyampaikan hukuman dengan suara lembut, dan para siswa, termasuk Li Wei dan teman-temannya, merasa lega mendengar kata-kata selanjutnya."Saya tahu bahwa ini adalah langkah yang tidak adil, tetapi ini adalah keputusan yang perlu kita ambil untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan. Hukuman ini hanya untuk berpura-pura, agar pelaku sebenarnya tidak curiga," ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.Li Wei, yang awalnya merasa kecewa oleh hukuman yang diberikan, sekarang merasa lega karena dia tahu bahwa Guru Zi Feng berada di pihaknya. Dia bersama dengan teman-temannya mengangguk sebagai tanda penghormatan kepada guru mereka.Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia juga merasa
Ketika Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia hendak berjalan kembali menuju Guru Zi Feng untuk melaporkan kerusakan taman, Li Wei tiba-tiba menghentikan mereka dengan suara tenang. Dia tampak berusaha membela diri."Benar, bukan kami yang merusak taman ini," ucap Li Wei menjelaskan dengan wajah serius. "Kami baru saja dihukum oleh Guru Zi Feng. Kenapa kami harus mencari keonaran lagi? Kami tahu bahwa taman ini sangat berharga bagi guru kita."Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Li Wei. Mereka menyadari bahwa Guru Zi Feng memang baru saja memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Tindakan merusak taman yang indah ini pasti akan menambah kesulitan dalam kondisi mereka.Namun, Zhang Ji Long tetap tegas. "Kami mengerti itu, Li Wei, tetapi kami juga memiliki kewajiban untuk melindungi dan merawat taman ini. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kami harus memberi tahu Guru Zi Feng tentang kerusakan ini. Biarkan dia yang menentukan apa yang
Siang hari di Taman rahasia bagaikan pagi karena kabut putih yang lembut dan berembun menyelimuti setiap sudutnya.Kabut putih yang lembut dan berembun memberikan suasana ajaib kepada Taman Rahasia pada pagi yang cerah ini, seakan-akan dunia di dalam taman ini telah merembes keluar dari mimpi, kabut itu menjalari setiap batang tanaman dengan lembut, memberikan sentuhan kelembutan pada daun-daun yang diberkahi dengan tetesan embun. Cahaya matahari yang berusaha merayapi kabut tersebut menciptakan perpaduan kontras yang memukau, menciptakan panorama yang begitu memesona dan menenangkan, di tengah pesona kabut yang mengambang, aroma bunga-bunga taman pun semakin terasa. Setiap kelopak bunga menjadi seperti lukisan alami yang dilengkapi dengan detail embun yang gemerlap, dengan kabut lembut itu juga memberi kesan misterius pada patung-patung kecil yang tersebar di seluruh taman, seolah-olah memberi jiwa pada benda-benda bisu tersebut. Melangkah perlahan di lorong-lorong taman adik dari
"Maafkan kami, Tuan Pendekar, kami tidak menyadari siapa Anda sebenarnya," ujar Li Wei dengan suara penuh penyesalan kepada Zhao Ze Ling, mengakui ketidak pahaman mereka terhadap identitas sebenarnya.“Kami bersedia menerima konsekuensi dari perbuatan kami,” ucap Li Wei dengan rendah hati, menunjukkan kesiapan untuk menghadapi akibat dari tindakan mereka.“Biasanya aku akan langsung membunuh orang-orang bodoh seperti kalian!” gertak Zhao Ze Ling dengan tatapan tajam yang membuat udara terasa tegang, mengisyaratkan ancaman nyata atas tindakan kelompok "Lima Bayangan Malam"."Namun, kalian beruntung hari ini. Kalian tidak akan merasakan dampak dari ketidaktahuan dan kelancangan kalian, karena aku akan memberikan kalian kesempatan untuk menebus kesalahan ini," lanjut Zhao Ze Ling dengan suara dingin.“Aku kagum dengan keberanian kalian. Akan aku masukkan kalian ke dalam Sektek ku sebagai ‘Murid Luar’,” ucap Zhao Ze Ling dengan suara tegas, memberikan penghargaan atas keberanian mereka sa
Sementara itu, Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long tampak mengelilingi Perpustakaan yang terlihat sangat berantakan itu, bekerja sama dalam usaha untuk merapikan kerusakan yang terjadi semalam. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab terhadap Sekte Pedang Merah, mereka saling berkoordinasi dalam membersihkan, memperbaiki, dan mengatur kembali buku-buku serta artefak berharga yang tersebar. Meskipun situasi yang mereka hadapi tidak mudah, semangat mereka untuk menjaga integritas perpustakaan dan menghormati nilai-nilai sektenya tidak pernah pudar, membuktikan dedikasi mereka dalam menghadapi tantangan yang sulit.Zhao Fang Jia, dengan pandangan yang tajam dan hati yang penuh tekad, juga menyempatkan diri untuk mengamati secara rinci setiap sudut perpustakaan, mencari petunjuk yang mungkin bisa membantu mengungkapkan penyebab dari peristiwa semalam. Meski tidak memiliki bukti konkret, dia berusaha menggunakan nalurinya sebagai penjaga perpustakaan untuk melihat tanda-tanda atau pe
Keesokan pagi tiba dengan kilatan kejutan yang melukiskan ekspresi wajah Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long. Mata mereka memandang ke sekeliling perpustakaan yang biasanya rapi dan tertata dengan penuh keterkejutan. "A-apa yang terjadi di sini?" gumam Zhao Fang Jia dengan suara gemetar, ekspresi kebingungannya semakin menguat saat ia mengeluarkan kata-kata tersebut. Matanya terus bergerak dari satu sudut perpustakaan yang berantakan ke sudut lainnya, mencoba menggambarkan dalam pikirannya apa yang mungkin telah terjadi semalaman, dengan suaranya terdengar lemah, mencerminkan kekagetan dan kebingungannya yang mendalam atas perubahan dramatis yang terjadi pada tempat yang biasanya ia jaga dengan sepenuh hati. Bibirnya sedikit bergetar, menandakan kegelisahan yang sulit diungkapkan, tergambar betapa ia merasa terkejut dan sedih melihat perpustakaan yang begitu dihormatinya dalam keadaan seperti ini, dan kerinduannya untuk mencari tahu penyebab dari peristiwa tak terduga ini.Sementara i