Legenda Pedang Langit Dan Bumi

Legenda Pedang Langit Dan Bumi

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-10
Oleh:  Second Lead.77On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
27Bab
166Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sebagai yatim piatu, Liang Feng tidak terlalu dianggap di desanya. Namun, ia justru tak sengaja menemukan sebuah pedang kuno yang merupakan bagian dari senjata legendaris: Pedang Langit dan Pedang Bumi. Kekuatan luar biasa dari pedang itu membuat Liang Feng diburu sekte-sekte bela diri, para pendekar bayangan, serta penguasa yang serakah! Liang Feng pun harus memilih ... menggunakan kekuatan barunya itu untuk balas dendam atau menjadi pendekar sejati yang tak pernah ada sebelumnya!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1: Jejak Takdir

Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.

Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar.

"Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.

Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas.

"Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri.

"Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! Mereka mencari sesuatu... atau seseorang," jawab Mei Lin dengan suara bergetar.

Liang Feng merasakan jantungnya berdegup kencang. Sekte Seribu Bayangan adalah kelompok yang ditakuti di dunia persilatan. Mereka dikenal sebagai organisasi bayangan yang memburu artefak langka dan ilmu silat terlarang. Mengapa mereka datang ke desa kecil ini?

Tak lama, suara teriakan dan denting senjata terdengar dari arah pusat desa. Liang Feng dan Mei Lin segera berlari ke sana, dan apa yang mereka lihat membuat darah mereka membeku.

Puluhan pendekar berpakaian hitam dengan lambang ular melingkar di bahu mereka mengacungkan senjata ke arah penduduk desa yang ketakutan. Di tengah mereka, berdiri seorang pria bertubuh tegap dengan jubah hitam berlapis baja ringan. Yan Fei, tangan kanan pemimpin Sekte Seribu Bayangan.

"Di mana wanita bernama Li Xiu?!" suara Yan Fei menggema di seluruh desa.

Liang Feng terkejut. Itu adalah nama ibunya.

Dengan napas tersengal, ia menoleh ke arah rumahnya. Hatinya dipenuhi kecemasan. Jika sekte ini mengincar ibunya, maka bahaya besar telah datang ke desa mereka.

Tanpa berpikir panjang, Liang Feng berlari menuju rumahnya. Namun, sebelum ia bisa sampai, suara ledakan keras mengguncang tanah. Api membumbung tinggi, dan ia hanya bisa menyaksikan dengan mata terbelalak—rumahnya terbakar habis.

"Ibu!"

Tangannya gemetar, tubuhnya membeku. Namun, di balik api yang berkobar, sebuah suara lirih terdengar.

"Feng'er... lari..."

Dengan mata berkaca-kaca, Liang Feng melihat siluet ibunya berdiri di tengah kobaran api. Sebelum ia bisa berlari mendekat, sebuah pedang melesat ke arah ibunya.

Darah berceceran di atas lantai kayu yang terbakar.

Dunia Liang Feng seakan runtuh.

Di tengah jeritan dan tangisnya, Yan Fei menatapnya dengan dingin. "Tangkap bocah itu. Dia bisa berguna."

Saat dua pendekar hitam maju untuk menangkapnya, sesuatu dalam diri Liang Feng meledak. Amarah, kesedihan, dan keputusasaan bercampur menjadi satu. Tanpa sadar, ia menggenggam pedang kayunya dengan erat, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda—getaran halus di dalam tubuhnya, seperti kekuatan yang menanti untuk dilepaskan.

Dan dengan itu, perjalanan takdirnya pun dimulai.

***

Angin malam berhembus kencang, membawa bau asap dan darah yang masih menyelimuti desa Qinghe. Liang Feng berdiri dengan napas tersengal di tengah reruntuhan rumahnya, tangannya masih menggenggam pedang kayu yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Di sekelilingnya, suara jeritan penduduk yang melarikan diri masih terdengar, sementara api yang berkobar menerangi kegelapan malam.

Yan Fei menatap pemuda itu dengan senyum tipis, penuh penghinaan. “Jadi ini anak dari Li Xiu? Aku berharap lebih dari ini.”

Tanpa memberi kesempatan, dua pendekar berpakaian hitam menerjang maju dengan pedang terhunus. Liang Feng, yang tubuhnya masih gemetar karena amarah dan duka, secara naluriah mengangkat pedang kayunya. Namun, sebelum ia sempat mengayunkan serangan, pukulan keras menghantam dadanya, membuatnya terhuyung ke belakang.

"Dengan pedang kayu? Hah! Bocah ini tak lebih dari kutu kecil!" salah satu pendekar mengejek sambil bersiap untuk serangan berikutnya.

Namun, saat mereka melangkah mendekat, sesuatu di dalam diri Liang Feng kembali bergetar. Amarah yang belum surut membangkitkan kekuatan yang bahkan ia sendiri tidak pahami. Tubuhnya bergerak lebih cepat dari yang bisa ia bayangkan—melompat ke samping, menghindari serangan pertama, lalu memutar tubuh dan menghantam pergelangan lawannya dengan pedang kayunya. Suara retakan terdengar, diiringi pekikan kesakitan pendekar tersebut.

Yan Fei mengangkat alis, matanya kini menyorotkan minat. “Menarik…”

Namun, Liang Feng tahu bahwa ia tidak mungkin menang melawan orang-orang ini. Dengan sisa tenaganya, ia berbalik dan berlari ke arah hutan di luar desa.

"Bodoh kalau kau pikir bisa melarikan diri!" salah satu pendekar berseru, lalu beberapa dari mereka segera mengejar.

Liang Feng berlari sekuat tenaga, melewati jalan setapak yang kini hanya diterangi oleh cahaya bulan. Rasa sakit di dadanya semakin menjadi, tetapi ia tidak bisa berhenti—jika tertangkap, ia akan mati, atau lebih buruk lagi, digunakan oleh sekte itu untuk tujuan yang tak terbayangkan.

Tiba-tiba, sebuah suara lirih memanggilnya dari balik pepohonan.

"Liang Feng! Sini!"

Ia menoleh dan melihat Mei Lin bersembunyi di balik semak belukar. Tanpa berpikir panjang, ia melesat ke arahnya, lalu bersembunyi di antara rerimbunan. Beberapa pendekar Seribu Bayangan berlari melewati mereka, tidak menyadari keberadaan mereka yang terperangkap dalam bayangan malam.

Mei Lin menggenggam tangan Liang Feng erat. "Kita harus pergi dari sini. Ada tempat persembunyian di balik bukit."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
27 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status