Legenda Pedang Langit Dan Bumi

Legenda Pedang Langit Dan Bumi

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Oleh:  Second Lead.77Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
19Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sebagai yatim piatu, Liang Feng tidak terlalu dianggap di desanya. Namun, ia justru tak sengaja menemukan sebuah pedang kuno yang merupakan bagian dari senjata legendaris: Pedang Langit dan Pedang Bumi. Kekuatan luar biasa dari pedang itu membuat Liang Feng diburu sekte-sekte bela diri, para pendekar bayangan, serta penguasa yang serakah! Liang Feng pun harus memilih ... menggunakan kekuatan barunya itu untuk balas dendam atau menjadi pendekar sejati yang tak pernah ada sebelumnya!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1: Jejak Takdir

Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.

Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar.

"Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.

Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas.

"Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri.

"Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! Mereka mencari sesuatu... atau seseorang," jawab Mei Lin dengan suara bergetar.

Liang Feng merasakan jantungnya berdegup kencang. Sekte Seribu Bayangan adalah kelompok yang ditakuti di dunia persilatan. Mereka dikenal sebagai organisasi bayangan yang memburu artefak langka dan ilmu silat terlarang. Mengapa mereka datang ke desa kecil ini?

Tak lama, suara teriakan dan denting senjata terdengar dari arah pusat desa. Liang Feng dan Mei Lin segera berlari ke sana, dan apa yang mereka lihat membuat darah mereka membeku.

Puluhan pendekar berpakaian hitam dengan lambang ular melingkar di bahu mereka mengacungkan senjata ke arah penduduk desa yang ketakutan. Di tengah mereka, berdiri seorang pria bertubuh tegap dengan jubah hitam berlapis baja ringan. Yan Fei, tangan kanan pemimpin Sekte Seribu Bayangan.

"Di mana wanita bernama Li Xiu?!" suara Yan Fei menggema di seluruh desa.

Liang Feng terkejut. Itu adalah nama ibunya.

Dengan napas tersengal, ia menoleh ke arah rumahnya. Hatinya dipenuhi kecemasan. Jika sekte ini mengincar ibunya, maka bahaya besar telah datang ke desa mereka.

Tanpa berpikir panjang, Liang Feng berlari menuju rumahnya. Namun, sebelum ia bisa sampai, suara ledakan keras mengguncang tanah. Api membumbung tinggi, dan ia hanya bisa menyaksikan dengan mata terbelalak—rumahnya terbakar habis.

"Ibu!"

Tangannya gemetar, tubuhnya membeku. Namun, di balik api yang berkobar, sebuah suara lirih terdengar.

"Feng'er... lari..."

Dengan mata berkaca-kaca, Liang Feng melihat siluet ibunya berdiri di tengah kobaran api. Sebelum ia bisa berlari mendekat, sebuah pedang melesat ke arah ibunya.

Darah berceceran di atas lantai kayu yang terbakar.

Dunia Liang Feng seakan runtuh.

Di tengah jeritan dan tangisnya, Yan Fei menatapnya dengan dingin. "Tangkap bocah itu. Dia bisa berguna."

Saat dua pendekar hitam maju untuk menangkapnya, sesuatu dalam diri Liang Feng meledak. Amarah, kesedihan, dan keputusasaan bercampur menjadi satu. Tanpa sadar, ia menggenggam pedang kayunya dengan erat, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu yang berbeda—getaran halus di dalam tubuhnya, seperti kekuatan yang menanti untuk dilepaskan.

Dan dengan itu, perjalanan takdirnya pun dimulai.

***

Angin malam berhembus kencang, membawa bau asap dan darah yang masih menyelimuti desa Qinghe. Liang Feng berdiri dengan napas tersengal di tengah reruntuhan rumahnya, tangannya masih menggenggam pedang kayu yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. Di sekelilingnya, suara jeritan penduduk yang melarikan diri masih terdengar, sementara api yang berkobar menerangi kegelapan malam.

Yan Fei menatap pemuda itu dengan senyum tipis, penuh penghinaan. “Jadi ini anak dari Li Xiu? Aku berharap lebih dari ini.”

Tanpa memberi kesempatan, dua pendekar berpakaian hitam menerjang maju dengan pedang terhunus. Liang Feng, yang tubuhnya masih gemetar karena amarah dan duka, secara naluriah mengangkat pedang kayunya. Namun, sebelum ia sempat mengayunkan serangan, pukulan keras menghantam dadanya, membuatnya terhuyung ke belakang.

"Dengan pedang kayu? Hah! Bocah ini tak lebih dari kutu kecil!" salah satu pendekar mengejek sambil bersiap untuk serangan berikutnya.

Namun, saat mereka melangkah mendekat, sesuatu di dalam diri Liang Feng kembali bergetar. Amarah yang belum surut membangkitkan kekuatan yang bahkan ia sendiri tidak pahami. Tubuhnya bergerak lebih cepat dari yang bisa ia bayangkan—melompat ke samping, menghindari serangan pertama, lalu memutar tubuh dan menghantam pergelangan lawannya dengan pedang kayunya. Suara retakan terdengar, diiringi pekikan kesakitan pendekar tersebut.

Yan Fei mengangkat alis, matanya kini menyorotkan minat. “Menarik…”

Namun, Liang Feng tahu bahwa ia tidak mungkin menang melawan orang-orang ini. Dengan sisa tenaganya, ia berbalik dan berlari ke arah hutan di luar desa.

"Bodoh kalau kau pikir bisa melarikan diri!" salah satu pendekar berseru, lalu beberapa dari mereka segera mengejar.

Liang Feng berlari sekuat tenaga, melewati jalan setapak yang kini hanya diterangi oleh cahaya bulan. Rasa sakit di dadanya semakin menjadi, tetapi ia tidak bisa berhenti—jika tertangkap, ia akan mati, atau lebih buruk lagi, digunakan oleh sekte itu untuk tujuan yang tak terbayangkan.

Tiba-tiba, sebuah suara lirih memanggilnya dari balik pepohonan.

"Liang Feng! Sini!"

Ia menoleh dan melihat Mei Lin bersembunyi di balik semak belukar. Tanpa berpikir panjang, ia melesat ke arahnya, lalu bersembunyi di antara rerimbunan. Beberapa pendekar Seribu Bayangan berlari melewati mereka, tidak menyadari keberadaan mereka yang terperangkap dalam bayangan malam.

Mei Lin menggenggam tangan Liang Feng erat. "Kita harus pergi dari sini. Ada tempat persembunyian di balik bukit."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab
Bab 1: Jejak Takdir
Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar."Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas."Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri."Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut
Liang Feng mengangguk, meski dalam hatinya masih berkecamuk perasaan bersalah karena meninggalkan desanya. Namun, ia tahu—untuk membalas dendam dan melawan Sekte Seribu Bayangan, ia harus bertahan hidup terlebih dahulu!Dingin pun menusuk tulang saat Liang Feng dan Mei Lin mendaki bukit berbatu di pinggiran desa Qinghe. Hutan lebat yang dulu tampak teduh kini terasa seperti labirin gelap yang bisa menyembunyikan bahaya kapan saja. Napas mereka tersengal, kelelahan setelah berlari sepanjang malam untuk menghindari kejaran Sekte Seribu Bayangan.Sesekali Ling Feng mencoba menengok kembali ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui pelarian mereka. Karena dia yakin jika semua tempat sudah berada di bawah pengawasan Yan Fei."Apa kita sudah cukup jauh?" tanya Mei Lin dengan suara bergetar. Ia merapatkan pakaiannya yang tipis, mencoba menahan dingin.Liang Feng berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara langkah kaki selain milik mereka sendiri. "Untuk se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Bab 3: Jalan Pendekar
Udara pagi yang sejuk menyelimuti Gunung Wudang saat Liang Feng bangun dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pertempuran sebelumnya. Matahari mulai menampakkan diri dari balik pegunungan, memandikan dunia dengan cahaya keemasan. Ia merasakan nyeri di bahunya, mengingat serangan keras dari pendekar Seribu Bayangan malam itu.Di hadapannya, Bai Zhen duduk bersila di atas batu, matanya tertutup seolah sedang bermeditasi. Ketika Liang Feng mencoba bangkit, suara tenangnya terdengar."Sudah bangun? Bagus. Tapi jangan berpikir kau bisa bermalas-malasan di sini. Hari ini latihanmu dimulai."“Latihan…?”Liang Feng masih kebingungan. Ia tidak meminta dilatih, tapi setelah melihat bagaimana Bai Zhen mengalahkan musuh hanya dalam satu tebasan, ia tahu bahwa orang ini bukan pendekar biasa.Dengan tatapan penuh selidik, Liang Feng mendekat kearah pria yang telah menyelamatkannya itu. Ada sedikit keraguan terlihat dari ekspresi wajahnya, tapi dirinya bertekad untuk memastikan apa yang menjadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Bab 4: Ujian di Puncak Wudang
Pagi masih diselimuti kabut tipis ketika Bai Zhen membangunkan Liang Feng dari tidurnya. Udara di puncak Gunung Wudang terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Liang Feng menggigil sejenak sebelum menyadari Bai Zhen telah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam."Hari ini, kau akan menghadapi ujian pertamamu," ujar Bai Zhen dengan suara tenang namun penuh tekanan.Liang Feng mengangkat alis. "Ujian? Aku bahkan belum mempelajari teknik bertarung apa pun."Bai Zhen tersenyum tipis. "Ujian ini bukan tentang bertarung, tetapi tentang ketahanan dan pemahamanmu terhadap tubuh serta chi-mu sendiri."Tanpa banyak penjelasan, Bai Zhen membawanya mendaki lebih tinggi ke atas gunung. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit dan terjal. Setiap langkah terasa berat bagi Liang Feng yang masih belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya."Kau harus membawa ember ini berisi air dari mata air suci ke puncak tanpa menumpahkan setetes pun," kata Bai Zhen sambil memberikan dua ember besar yang penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Bab 5: Menari dengan Angin
Cukup lama Liang Feng mempelajari elemen tanah, bahkan di awal dirinya selalu gagal dan kekuatannya menjadi tidak terkendali.Untungnya Bai Zhen selalu memberi arahan secara perlahan, dan membuat Liang Feng berhasil menguasai diri kembali. Walaupun begitu, Liang Feng tidak terlihat putus asa sedikitpun dan kembali terus mencoba.“Aku berhasil!” Teriak Liang Feng kegirangan.“Bagus! Kau bisa berhasil memahaminya dengan cukup cepat di pelajaran pertama ini. Apa yang kau rasakan sekarang?” sahut Bai Zhen dengan senyum tulus dan bangga.“Entahlah, tubuhku terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Dan sepertinya pendengaran ku menjadi lebih tajam,” jawab Liang Feng ragu-ragu sambil melihat dan merasakan bagian tubuhnya yang mengalami perubahan.Bai Zhen hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Dia cukup yakin dengan penilaian awalnya tentang Liang Feng. Mengingat kecepatannya dalam mempelajari sesuatu, membuatnya teringat kembali dengan masa mudanya.Setelah yakin Liang Feng berhasil memaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Bab 6: Bayangan Masa Lalu
Setelah latihan di tebing, Bai Zhen memberi Liang Feng waktu untuk merenung. Namun, malam itu, pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan. Ia terbangun oleh suara langkah kaki di luar pondoknya.Dengan hati-hati, ia meraih pedangnya dan keluar. Bayangan-bayangan bergerak di antara pepohonan. Ia segera menyadari bahwa ia sedang diawasi."Keluarlah!" Teriak Liang Feng dengan suara tegas.Dari kegelapan, seorang pria bertopeng muncul. "Kau telah berkembang dengan baik, anak desa. Tapi kau belum cukup kuat."Liang Feng langsung mengenali simbol di jubah pria itu—Sekte Seribu Bayangan. Ia mencengkeram gagang pedangnya erat-erat dan merubah posisinya untuk bertahan dan bersiap menyerang."Ternyata benar dugaanku, kau bagian dari mereka," geramnya.Pria itu tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menguji kemampuanmu."“Aku tahu bukan hanya itu maksud kedatanganmu. Aku tidak sebodoh itu untuk dapat mengetahui maksud sebenarnya dari Sekte Seribu Bayangan!” ucap Liang Feng dengan suara meninggi.Tanp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
Bab 7 – Gema dari Dendam Lama
Suara seruling Bai Zhen masih terdengar lembut saat angin malam menyapu pelataran pondok. Liang Feng duduk bersila di bawah pohon besar di sisi barat halaman, namun meditasinya tak tenang. Wajah pria bertopeng yang ia lawan semalam terus melintas di benaknya—dingin, tanpa ekspresi, menyimpan aura pembunuh yang akrab namun mengusik.Semakin ia mencoba mengosongkan pikiran, semakin dalam ingatannya menyeretnya ke masa lalu.Dan malam itu, mimpi lama kembali menghantam.Ia berdiri di tengah desa yang terbakar, cahaya api menari di genangan darah. Jeritan terdengar di mana-mana, diselingi suara tawa kejam dan derap langkah yang berat. Liang Feng kecil bersembunyi di balik tumpukan kayu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ibunya menutup mulutnya rapat-rapat agar ia tak mengeluarkan suara, sementara dari celah sempit, ia menyaksikan ayahnya bertarung sendirian hingga tubuhnya rubuh.Kemudian, muncul seorang pria. Bertopeng hitam perak, jubah gelap yang menyapu tanah, dan langkah yang tenang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Baca selengkapnya
Bab 8 – Langkah Seribu Bayangan
Kabut belum surut ketika fajar mulai merangkak naik di balik barisan pegunungan Wuying. Suasana masih sunyi, seolah alam menahan napas, menantikan sesuatu yang besar akan terjadi. Di tepi jurang yang menjulang, Liang Feng berdiri dalam diam. Jubah abu-abu tuanya berkibar pelan tertiup angin pegunungan. Tatapannya tajam menembus jauh, seolah menantang dunia yang ingin menelannya hidup-hidup.Di hadapannya, Bai Zhen berdiri membawa secarik gulungan sutra berwarna putih kelam. Tak seperti biasanya yang santai atau menyindir, wajahnya pagi itu serius, hampir seperti sedang menghadiri pemakaman.“Teknik ini,” ucapnya lirih sambil mengangkat gulungan itu, “bukan untuk mereka yang masih menyimpan keraguan dalam hati.”Liang Feng mengangguk tanpa kata. Ia tahu. Sudah tahu sejak tadi malam, saat Bai Zhen memintanya untuk menyiapkan diri secara batin, bahwa pelatihan kali ini bukan sekadar latihan gerakan. Ini adalah jalan antara hidup dan mati, antara cahaya dan bayangan. Dan jika ia gagal, mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Baca selengkapnya
Bab 9 – Jejak dalam Kegelapan
Langit mulai mendung ketika hari kelima pelatihan tiba. Kabut tak lagi setipis kain tipis pagi hari—kini menggumpal seperti dinding bayangan yang menyembunyikan segala sesuatu di baliknya. Udara berubah. Tak hanya dingin, tapi juga berat. Seperti ada sesuatu yang menekan dari atas.Bai Zhen berdiri diam di tepi batu, memandangi lembah di bawah. Angin meniup jubahnya yang kusut, tapi ia tak bergeming. Tatapannya tajam, penuh waspada.Liang Feng muncul dari balik pepohonan, langkahnya tak bersuara. Gerakannya jauh berbeda dari saat pertama ia datang. Kini ia tidak meninggalkan jejak—tidak dalam tanah, tidak pula dalam udara.“Aku bisa merasakannya,” katanya pelan. “Sesuatu bergerak di bawah sana.”Bai Zhen mengangguk. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”“Siapa mereka?”“Pemburu. Bukan manusia biasa. Bayangan yang dilepaskan oleh Sekte Bara Malam. Aku pernah menghabisi salah satu pemimpin mereka sepuluh tahun lalu.” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Liang Feng. “Dan mereka tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status