Sekelebat sosok hitam tampak di balik pepohonan sedang memperhatikan Lu Chen Feng yang sepertinya sedang di hadang oleh Lu Kang bersaudara di hutan belantara ini. Sosok itu mengendus udara dengan hati-hati, langkahnya yang tenang dan ringan membuatnya tak terdengar saat melintas di antara pepohonan.Terlihat Lu Kang bersaudara menghunuskan pedangnya, mereka bertiga dengan tatapan picik yang penuh keangkuhan, sebenarnya hanya ingin memamerkan kemampuan Pendekar tingkat ke-3 kepada Lu Chen Feng yang juga memiliki kemampuan Pendekar tingkat ke-3.“Chen Feng! Akan ku perlihatkan bagaimana jurus dari Sekte Pedang Merah akan membuatmu bertekuk lutut di hadapan ku!” ancam Lu Kang Xuan.Lu Chen Feng lalu melepas tongkat kayu yang terlihat usang dari penyangga keranjang yang ia bawa, tongkat itu terasa ringan dan terlihat sangat sederhana tanpa ukiran atau hiasan apapun. Lalu ia arahkan tongkat kayu usang itu ke arah Lu Kang bersaudara dengan tatapan tajam penuh keseriusan.“Ha ha ha! Mau apa
Kabut putih dari embun yang menyelimuti ladang alang-alang semakin tebal saat Lu Chen Feng semakin mendekati ibunya. Kabut itu seperti menghalangi pergerakannya karena mengaburkan pandangannya. Namun, Lu Chen Feng tetap berlari dengan penuh keyakinan, ia dapat merasakan kehangatan yang datang dari sosok ibunya yang sangat disayanginya.Lu Chen Feng kali ini merasa bingung karena ia merasa sudah berlari sangat lama namun kenapa belum sampai juga ke tempat ibunya berdiri. Bahkan semakin kencang ia berlari semakin menjauh pula sosok ibu yang ada dihadapannya, kemudian perlahan menghilang dari pandangan Lu Chen Feng. Ibu!!!Lu Chen Feng kembali membuka matanya untuk bangun dari tidurnya. Namun, kali ini ia berada di kasurnya dalam kamarnya.“Ternyata aku hanya bermimpi. Wajah ibu mengapa terlihat sangat nyata sekali ….”***Bulan purnama terlihat menjulang di langit malam, menggantung dengan megahnya di atas ladang yang luas. Cahaya putih purnama yang lembut dan berkilauan memancar ke bu
"Bukan aku yang memilihmu. Tetapi tongkat kayu itulah yang memilihmu untuk dijadikan Tuannya.""Jadi … Tongkat kayu ini sendiri yang memilihku … Akan ku jaga Tongkat ini dengan nyawaku … ," gumam Lu Chen Feng dalam hati."Kakek Guru. Sebenarnya siapa dirimu? Kakek pasti seorang Pendekar terkenal dengan ilmu tinggi?" tanya Lu Chen Feng sembari memainkan Tongkat kayunya.“ … Kakek Guru ….” Lu Chen Feng merasa heran karena tidak mendengar jawaban dari Kakek tua itu. Ia lalu menoleh ke arah Kakek tua itu berdiri, namun Kakek itu sudah menghilang dan yang terlihat hanya anjing besar peliharaannya yang sedang menatap dengan tajam ke arah Lu Chen Feng.“Kakek Guru. Dimana engkau?” …Setelah tidak melihat Kakek tua itu, Lu Chen Feng lalu melangkahkan kaki dengan perlahan untuk masuk kedalam rumahnya. Sepintas ia melihat Zhang Ji Long yang sedang tertidur pulas di dalam kamar yang pintunya tidak tertutup rapat, ia kemudian berhenti sebentar untuk menatap wajah polos dari Zhang Ji Long. Ia meli
Pagi hari seperti biasanya Lu Chen Feng dan Zhang Ji Long saat ini sedang berada di ladang kosong tempat mereka berlatih."Guru hari ini kita akan belajar jurus apa?"Lu Chen Feng terdiam sejenak, dalam benaknya ia masih bingung dengan apa yang harus dilakukannya agar anak kecil yang ada di hadapannya merasa puas dengan dengan apa yang akan ajarkannya."Aku tidak punya pilihan selain mengajarkan jurus Tongkat Naga Perak Tahap ke-4 kepada Ji Long … .""Baiklah, sekarang kamu akan naik tingkat ke tahap ke-4. Namun, sebelumnya kamu harus mengisi tenaga dalam yang ada di dalam dantian mu dengan Qi murni yang ada di alam. Kita hari ini akan berlatih meditasi di air terjun." "Meditasi Guru?" Zhang Ji Long kali ini yang terdiam, ia merasa selama berlatih di Gua tubuhnya tidak pernah bisa menyerap Qi murni yang ada di alam."Tubuhku sebenarnya tidak bisa menyerap Qi murni yang ada di alam sekitar, namun akan aku coba dulu saja, mungkin Guru Chen bisa membantuku untuk memecahkan masalah in
Pada sore hari yang cerah, sinar matahari mulai perlahan tertutup oleh awan putih yang berarak perlahan di langit. Cahaya matahari yang menyilaukan mulai redup, memperlihatkan suasana yang lebih tenang dan teduh di hutan belantara dekat Desa Huashan. Bayangan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan semak-semak yang lebat bergeser dengan lembut di bawah cahaya yang semakin redup. Angin sepoi-sepoi berhembus dengan lembut, menggerakkan dedaunan dan memunculkan suara desiran yang menenangkan. Sore ini memberikan kesempatan bagi alam untuk beristirahat sambil menyambut malam yang akan datang. Namun, Di tengah suasana sore yang tenang ini. Terlihat Lu Chen Feng dengan wajah serius dan penuh kebencian, tatapan matanya tajam terpicing bagai mata belati ke arah tiga bersaudara Lu Kang Yuan, Lu Kang Xuan dan Lu Kang Zuan penuh dendam. Ia mengingat kembali ketika panen jagung kemarin, dirinya di hadang di hutan ini juga oleh Lu Kang Yuan, Lu Kang Xuan dan Lu Kang Zuan, kemudian di hajar habis-ha
Terlihat saat ini Zhang Ji Long dan Bai Teng Wei yang berdiri dan saling berhadapan satu sama lain di tepi air terjun. Karena sama-sama baru bertemu pertama kalinya, wajah kedua orang ini tampak memperhatikan secara seksama satu sama lain, memperlihatkan rasa ingin tahu dan keterbukaan untuk mengenal sosok yang ada di hadapannya.Mata Zhang Ji Long menjelajah dari bagian atas tubuh Bai Teng Wei sampai ke bagian bawahnya. Tatapannya yang penuh kagum dan takjub tertuju pada pria berukuran sangat tinggi dan kekar dengan warna kulit coklat gelapnya yang memancarkan aura kegagahan dan ketangguhan."Tuan siapa? Aku baru melihat orang yang tinggi dan besar seperti Tuan ini. Pasti Tuan seorang Pendekar yang tangguh?"Mendengar ucapan polos dari Zhang Ji Long yang memberi pertanyaan, Bai Teng Wei lalu berkilah dengan tidak mengatakan tentang dirinya yang sebenarnya yang seorang pedagang budak. "Ha ha ha! Iya aku adalah Bai Teng Wei seorang Pendekar hebat yang sedang mengembara untuk meningkat
Lu Chen Feng lalu memanggil tongkatnya dengan kekuatan tenaga dalamnya, lalu tongkat itu melesat dengan sendirinya menuju telapak tangannya. Ia lalu memposisikan tubuhnya dengan sigap dan siap bertarung, memperlihatkan keberanian dan kekuatan yang terpancar dari tatapan mata tajamnya.Melihat tongkat Lu Chen Feng yang dapat bergerak sendiri melesat ke tangannya, membuat ketiga Kakak beradik ini terkejut dan takjub, dengan mata mereka yang terbelalak merasakan kecemasan yang tiba-tiba menghampiri, menyadari bahwa mereka menghadapi lawan yang lebih berbahaya dari yang mereka duga. Lu Kang Zuan berkata kepada Lu Chen Feng dengan perasaan tegang, "Bagaimana bisa kamu memiliki kekuatan tenaga dalam seperti itu?! Kami tidak akan membiarkanmu lolos kali ini. Kami akan membunuhmu, Chen Feng!"Lu Kang Yuan lalu menyahut, "Rahasia apa yang kamu sembunyikan, Chen Feng? Kenapa tiba-tiba kamu memiliki kekuatan tenaga dalam yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang Petani seperti dirimu!"Sang Kak
Malam hari di hutan belantara, cahaya bulan mulai muncul walaupun baru separuhnya menerangi Lu Chen Feng yang terlihat terluka, terbaring tanpa daya di tanah, dengan kekuatannya yang hampir habis dan kesadarannya yang perlahan memudar di antara bayang-bayang pohon yang menjulang tinggi di sekitarnya. Sementara bayangan ketiga kakak beradik Lu Kang mengancamnya dengan keinginan untuk mengakhiri hidupnya.“Tolong jangan bunuh diriku. Aku hanya ingin memberikan gulungan roti gandum ini kepada murid kecilku yang sedang menunggu di rumah … ,” ucap lirih Lu Chen Feng dengan suara terbata-bata.Lu Kang Yuan yang penasaran karena suara yang sangat kecil dari Lu Chen Feng, bertanya.“Bicara apa dia? Apa maksudnya dengan gulungan roti gandum dan murid kecilnya? Apa yang hendak kamu sampaikan sebelum kematianmu yang tak terhindarkan, Petani rendahan?!”“Cepat bunuh dia adik-adikku!” sahut sang Kakak yang sudah tidak mau bermain-main lagi dengan Lu Chen Feng.Sesaat kemudian bulan mulai menampakk