"Baiklah! Lihat serangan...!" seru Jiu Long yang segera melesat, melancarkan sebuah serangan yang menimbulkan suara mencicit tajam. Angin dingin berhembus keras hingga terasa sampai ke tulang sum-sum.
Wuuut!
"Hm...!" Raja Iblis mendengus kasar seraya memiringkan tubuhnya ke kiri hingga serangan Jiu Long luput. Begitu serangan Jiu Long itu lewat, secepat kilat kakinya mencelat menghantam lambung lawannya.
Wuttt! Dukkk!
"Uhhh...!" Keduanya terjajar mundur hingga beberapa tombak ke belakang.
Jiu Long meringis menahan sakit pada lengannya. Meskipun berhasil ditangkisnya tendangan lawan, namun tulang lengannya terasa nyeri dan linu. Cepat-cepat dikempos seluruh tenaga saktinya untuk mengurangi rasa sakit di lengannya. Sedangkan Raja Iblis, meskipun sempat terjajar mundur akibat tangkisan lawannya, namun dia sama sekali tidak menderita rasa nyeri. Dari sini sudah dapat disimpulkan kalau tenaga dalam Raja Iblis masih lebih unggul dibanding Jiu Long. Pantaslah kalau Raja Iblis itu merasa yakin dapat menundukkan lawannya.
"Ha ha ha..., bersiaplah, Jiu Long! Sebentar lagi malaikat maut datang menjemputmu!" ejek Raja Iblis sombong.
Jiu Long sama sekali tidak mempedulikan ucapan lawannya. Pemuda itu bergegas mempersiapkan ilmu ‘Naga Emas’nya. Selapis kabut bersinar keemasan berpendar-pendar mengelilingi sekujur tubuhnya. Angin dingin semakin keras menyebar hingga beberapa tombak disekitar arena pertarungan. Saat itu Raja Iblis sudah melesat sambil melancarkan ilmu pukulan 'Perenggut Sukma'. Kedua tangannya berputaran hingga menimbulkan deruan angin keras. Sepasang tangannya terus diputar-putar hingga terlihat menjadi berpuluh-puluh pasang banyaknya.
Wut! Wut!
Dua buah pukulan yang dilontarkan Raja Iblis luput! Orang lain boleh tertipu pandangannya oleh kecepatan tangan kakek tinggi besar itu. Tapi tidak bagi Jiu Long! Matanya yang telah terlatih baik, mampu membedakan mana tangan yang asli dan mana yang hanya tipuan. Raja Iblis cepat menarik pulang kedua lengannya. Tapi sebelum sempat membangun serangan kembali, tangan kanan Jiu Long yang membentuk cakar naga sudah terulur ke wajahnya. Serangkum angin dingin lebih dulu menyambar. Raja Iblis merasakan wajahnya bagai dibenamkan dalam timbunan salju.
Namun, Raja Iblis bukanlah tokoh kemarin sore. Hawa dingin yang dapat membekukan wajahnya itu seketika buyar hanya dengan memperdengarkan tawanya yang didorong oleh tenaga dalam. Pada saat cakar naga Jiu Long tiba, Raja Iblis hanya memiringkan kepalanya sedikit.
Serangan pemuda itu hanya mengenai tempat kosong. Tapi hal itu bukan berarti ancaman bagi Raja Iblis telah lewat! Karena pada saat itu juga tangan kiri Jiu Long sudah datang menyusul. Raja Iblis terpaksa menggerakkan tangannya menangkis.
Dukkk!
"Ahhh...!" Terdengar suara keras bagaikan dua batang besi yang dibenturkan. Tubuh keduanya terdorong ke belakang diiringi seruan tertahan.
Cepat-cepat Jiu Long melempar tubuhnya ke belakang sambil bersalto beberapa kali untuk meredam daya dorong yang kuat itu. Kedua kaki pemuda itu mendarat manis di atas rumput. Meskipun tidak sampai terjatuh, namun tak urung isi dadanya terguncang. Dari sela-sela bibir pemuda itu, mengalir darah segar.
Demikian pula halnya dengan Raja Iblis. Tubuhnya yang tinggi besar itu terdorong limbung hingga beberapa tombak. Namun kakek iblis itu cepat menghentakkan kakinya ke tanah hingga daya dorong itu terhenti seketika.
Wajah Raja Iblis berkerut menahan rasa sakit pada lengannya. Terlihat sinar berkilat di kedua matanya. Sepasang mata itu menatap wajah lawannya penuh nafsu membunuh!
"Grrr...!" Raja Iblis menggeram murka. Rupanya benturan itu juga telah mengguncang bagian dalam dadanya. Hawa dingin yang merasuk ke dalam tubuhnya telah membangkitkan kemarahan di hatinya. Tiba-tiba kedua tangannya digerakkan membuka dan menutup di depan dada. Sesaat kemudian, angin yang berhawa panas mulai menyebar di sekitar arena pertarungan.
Itulah ilmu 'Telapak Api' yang mulai dimainkan kakek iblis itu.
"Hiaaat...!" Dibarengi teriakan yang mengguntur, Raja Iblis kembali melangkah maju. Sepasang tangannya meluncur dengan jari-jari terbuka. Telapak tangan yang kemerahan bagaikan bara itu meluncur ke arah Jiu Long.
Serangkum angin panas berhembus mengiringi pukulan yang dilancarkannya. Pertarungan pun kembali berlangsung sengit! Hawa panas dan hawa dingin memenuhi sekitar arena pertarungan silih berganti. Kedua tokoh sakti itu saling serang dengan dahsyatnya. Arena pertarungan menjadi porak-poranda bagaikan dilanda badai yang hebat!
Wusss! Blarrr!
Krrrakkkh!
Sebatang pohon sepelukan orang dewasa tumbang menimbulkan suara berderak hebat. Pukulan jarak jauh yang dilontarkan Jiu Long rupanya dapat dihindari Raja Iblis hingga menghantam pohon yang berada tiga tombak di belakang tokoh sesat itu.
"Hm...!" Raja Iblis mendengus kasar. Sepasang tangannya bergerak melontarkan pukulan 'Telapak Api'.
Jiu Long meliukkan tubuhnya ke kiri seraya merendahkan kuda-kudanya. Serangkum angin panas lewat disampingnya.
Blarrr!
"Aaakh...!" Tiga orang tokoh persilatan yang berada lima tombak di belakang Jiu Long menjerit memilukan. Tubuh mereka terpental diterjang pukulan nyasar itu. Tiga orang tokoh yang bernasib sial itu tewas seketika dengan dada hangus!
Belasan orang tokoh persilatan golongan putih yang semula maju mendekat, serentak berlari mundur. Kematian tiga orang yang bernasib malang itu seolah-olah memperingatkan kalau pertarungan itu sangat berbahaya bagi keselamatan mereka. Lengah sedikit saja bisa mengakibatkan nyawa mereka melayang.
"Keparat..!" maki Jiu Long gusar. Kematian tiga orang yang terkena pukulan nyasar itu membuat hatinya terbakar. Kemarahan semakin memenuhi rongga dadanya. Dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, Jiu Long meluncur deras ke arah Raja Iblis. Jurus 'Naga Turun ke Bumi' kini mulai dimainkannya.
"Hm...!" Raja Iblis mendengus melihat sepasang cakar naga Jiu Long berputar mengancamnya. Pada saat sepasang cakar itu terulur ke dadanya, Raja Iblis mengangkat kedua tangannya dengan telapak tangan terbuka. Raja Iblis mengerahkan tiga perempat tenaga saktinya memapak serangan pemuda itu. Dan....
Blarrr!
"Aaakh...!" Hebat sekali akibat benturan yang maha dahsyat itu! Tanah di sekitar tempat itu bergetar bagai dilanda gempa! Akibat benturan dua gelombang tenaga sakti itu, tubuh Jiu Long terpental bagai sehelai daun kering yang diterbangkan angin.
"Kraaakkk!" Tubuh Jiu Long yang meluncur deras, menghantam sebatang pohon besar hingga tumbang! Tubuh pemuda itu terbanting keras ke tanah hingga menimbulkan suara berdebuk.
"Huakkk...!" Segumpal darah kental menyembur dari mulut Jiu Long. Wajahnya pucat bagai mayat! Sepasang tangannya menekap dada yang terasa nyeri laksana ditusuk ribuan jarum. Rupanya benturan yang maha dahsyat itu telah mengakibatkan luka dalam di dadanya.
Sedangkan tubuh Raja Iblis terlempar ke belakang sejauh empat tombak. Cepat kakek tinggi besar itu melenting bangkit. Benturan hebat itu tidak membuatnya terluka sedikit pun! 'Tenaga Inti Api' yang dikerahkan Raja Iblis rupanya telah melindungi seluruh tubuhnya. Hanya saja napasnya agak sedikit memburu.
"Ha ha ha..., hanya begitu sajakah kekuatan 'Ilmu Angin Es Api' yang terkenal itu? Hayo, Jiu Long! Bangkitlah! Jangan hanya duduk seperti kakek-kakek jompo begitu!" Raja Iblis tertawa mengejek Jiu Long yang masih terduduk lemah. Pelahan-lahan dilangkahkan kakinya menghampiri Jiu Long yang masih belum mampu berdiri.
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan