Share

JILID 3 | RAJA IBLIS

Mentari semakin tenggelam di kaki langit sebelah barat. Menjadikan suasana di Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān terasa agak dingin. Angin bertiup kencang, seakan-akan hendak menyapu orang-orang yang kini berdiri memutari panggung besar. Panggung itu masih sepi. Tak ada seorang pun yang naik ke atas. Semuanya menunggu kehadiran orang yang mengundang mereka. Sekaligus menunggu kedatangan Jiu Long.

"Ha ha ha...!"

Suara tawa yang berkepanjangan dan mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi itu, terus bergema hingga menimbulkan ketegangan di hati para tokoh rimba persilatan yang berkumpul di tempat itu. Sehingga untuk beberapa saat lamanya keadaan di sekitar Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān terasa mencekam.

Belum lagi gema suara tawa itu lenyap, tampak sesosok tubuh tinggi besar berkelebat diiringi hawa dingin menusuk. Sengaja dijejakkan kakinya kuat-kuat hingga menimbulkan getaran yang membuat tanah di sekitarnya bagai dilanda gempa.

"Raja Iblis...!" beberapa tokoh golongan putih berbisik gentar. Wajah mereka mendadak pucat. Cepat-cepat mereka mengerahkan tenaga dalam untuk meredam isi dada yang terguncang akibat hentakan kaki Raja Iblis itu. Hal yang sama juga dialami para tokoh golongan sesat.

Namun tak lama kemudian wajah mereka berubah berseri-seri menyambut kehadiran ketua mereka.

"Saudara-saudara pendekar. Sengaja saya mengundang kalian ke sini. Tentunya kalian telah tahu apa yang akan terjadi di tempat ini, bukan..?" ucap Raja Iblis, mencoba bersikap ramah.

"Ya...!" sahut para pendekar.

"Perlu saya beritahukan pada kalian. Sesungguhnya ini bukan hanya tentang duel antara saya melawan Jiu Long saja, melainkan ada yang lebih penting. Yaitu mencari siapa yang paling pantas menjadi Ketua Dunia Persilatan...!" Semua tersentak dengan mata membelalak

mendengar penuturan Raja Iblis. Kemudian mereka saling pandang, bagai tak mengerti maksud lelaki tua itu sebenarnya.

"Nah, untuk menunggu Jiu Long, bagaimana kalau kita adakan pembukaan!" kata Raja Iblis. Kembali semua mata terbelalak mendengar penuturan Raja Iblis. Mereka benar-benar dibuat kaget dengan ucapan yang baru saja dilontarkan Raja Iblis. Karena mereka datang ke Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān bukan untuk bertarung satu sama lain, melainkan untuk melihat pertarungan antara Raja Iblis melawan Jiu Long.

"Ha ha ha...!"

Saat mereka tengah dalam keadaan kebingungan, tiba-tiba terdengar gelak tawa yang menggelegar. Membuat semua mata seketika memandang ke arah datangnya suara itu. Dari arah timur, berkelebat seorang pemuda berpakaian serba putih.

"Jiu Long...!" seru para pendekar serempak, setelah tahu siapa yang datang. Pemuda yang baru saja datang itu tegak menghadapi Raja Iblis yang mengerutkan keningnya setelah melihat rupa pemuda itu.

"Kaukah Jiu Long itu"!" tanya Raja Iblis setengah membentak

"Benar!" sahut Jiu Long tegas.

"Aku tidak percaya! Tentunya kau bukan Jiu Long. Kau hanya pemuda yang sombong!" dengus Raja Iblis

Jiu Long tersenyum ringan. "Terserah mu saja, Kau mau percaya atau tidak itu urusanmu. Aku hanya ingin tahu, apa maksudmu mengundangku ke sini...?" tanya Jiu Long dengan penuh wibawa.

"Hm...." gumam Raja Iblis perlahan. Mata lelaki tua itu memandang tajam ke arah Jiu Long.

"Baik! Katakan, ada hubungan apa antara kau dan Sun Jian?"

"Dia kakek guruku," sahut Jiu Long tenang.

"Bagus! Meski kau bukan Sun Jian yang lima puluh tahun lalu mengalahkanku, namun kurasa kau dapat mewakili kakek gurumu! Sengaja aku mengundangmu kemari, untuk menentukan siapa di antara aku dan Sun Jian yang ilmunya lebih tinggi. Mulanya yang kuharapkan adalah kakek gurumu. Tapi tak mengapa, kau pun boleh menggantikannya," kata Raja Iblis

"Kalau itu tujuanmu, lebih baik aku mengalah. Tak ada gunanya bertarung kalau hanya memperebutkan pepesan kosong...."

"Pengecut!" maki Raja Iblis "Begitukah sikap seorang pendekar yang sering disebut sebagai

Naga Sejati!” “Lihat..! Kalian telah melihat sendiri, bagaimana pendekar yang kalian agung-agungkan ternyata hanya kecoa busuk!" Kata-kata pedas dan tajam dari mulut Raja Iblis yang merendahkan dirinya, tidak membuat Jiu Long marah.

"Ah, kalau aku ini kecoa, tentunya kau kutu busuk!" balik Jiu Long dengan niat mengejek Mata Raja Iblis membelalak penuh amarah.

"Kurang ajar! Siapa pun kau, aku harus menyingkirkan mu!"

"Terserah kau saja!" tantang Jiu Long.

"Bagus! Kalau lima puluh tahun silam aku kalah oleh kakek gurumu, maka hari ini kau sebagai wakilnya akan menerima pembalasanku! Sudah banyak juga rupanya tokoh-tokoh yang hadir di tempat ini. Rupanya mereka tertarik ingin menyaksikan bagaimana pendekar yang mereka banggakan jatuh di bawah telapak kaki Raja Iblis," ujar Raja Iblis, sengaja mengerahkan tenaga dalam agar suaranya dapat didengar oleh semua yang hadir di situ.

"Hm..., Raja Iblis! Apakah kedatanganmu kemari hanya untuk berkhotbah!" Jiu Long yang sudah merasa tak sabar itu menegur lawannya.

"Sabarlah, Jiu Long. Hari ini kematian pasti akan segera menjemputmu. Nikmatilah dulu keindahan Puncak Gunung Agung Barat, Huà Shān ini, agar kau dapat lebih tenang apabila harus meninggalkannya nanti," sahut Raja Iblis yang sama sekali tidak terpengaruh ejekan pemuda itu.  "Hm..., kalau kau memang sudah tak sabar, tak apalah! Hayo kita mulai!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status