Share

Dia Chen Yi

last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-26 16:51:49

*Tiga bulan setelahnya.*

Mata Luo Tan yang sekarang berada di tubuh Chen Yi masih terpejam rapat. Sepintas dia terlihat seperti orang yang sedang tertidur nyenyak dalam keadaan duduk.

Namun, sesungguhnya Luo Tan tengah mencoba meningkatkan kultivasinya. Sudah tiga bulan dia berada di hutan bambu ini seraya berusaha menembus energi Qi di nadi meridian Chen Yi yang tersumbat.

Bulu matanya bergetar beberapa saat sebelum akhirnya terbuka walau secara perlahan. Sepasang bola mata berwarna hitam kelam menatap tajam ke depan. 

Batang bambu berdesau seiring tiupan angin yang kencang. Daun-daun layu berjatuhan ke tanah, membuat Luo berbisik, “Musim gugur ….” 

Luo Tan hampir tidak menyadari berapa lama waktu berlalu di dunia nyata. Namun, dia ingat betul dirinya telah hidup kembali tepat di penghujung musim semi.

Luo Tan meregangkan kedua tangannya. Terdengar suara sendi yang saling beradu setelah lama tidak digerakkan. 

Dia berdiri tetapi tertegun sejenak ketika melihat lendir hitam menjijikkan di sekitar tempatnya duduk tadi. Hal itu adalah semua hal tidak ‘suci’ yang keluar dari tubuhnya selama berkultivasi. 

“Aku harus membersihkan diri ….”

Langkah Luo Tan membawanya menuju sungai yang mengalir di dekatnya. Di dekat sungai itu terdapat batu besar tempat tubuh Chen Yi terhempas waktu itu. 

Luo Tan mendekat ke sungai, memanfaatkan air yang jernih untuk bercermin. Bibirnya menyeringai puas setelah mendapati wajah baru yang dimilikinya saat ini. 

Alis dan rambut tebal panjang nan halus berwarna hitam, rahang tegas tanpa lemak berlebih, juga pancaran mata hitam jernih yang bersinar akibat kolam Qi yang telah terbentuk dalam tubuh.

“Tidak buruk,” gumam Luo Tan sebelum masuk ke dalam air. “Andai ada yang membantunya memperlancar nadi meridian, pemilik tubuh ini seharusnya sejak dulu bisa memiliki penampilan yang lebih baik.”

Air yang dingin membuat tubuh Luo Tan terasa lebih segar. Otot-otot yang tercetak jelas di tubuhnya terasa lebih renggang dan santai. 

Saat Luo Tan selesai membersihkan diri dan tengah mengenakan pakaiannya, suara gemeresik daun mengalihkan perhatiannya.

SYUUUT! 

Luo Tan menunduk tepat pada waktunya. Tiga bilah pisau terbang mengarah ke kepalanya tetapi dengan mudah dia mengelak. 

Luo Tan bahkan belum sempat berkedip ketika dia melihat bilah logam yang berkilau kembali diarahkan kepadanya. Dengan wajah datar, dia lantas menepis pisau itu dengan mudah.

“Siapa di sana?” hardiknya keras. 

Tiga bayangan menyerbu ke arah Luo Tan, kedatangan mereka menerbangkan daun-daun kering sehingga debu pun ikut berterbangan. 

Pemuda bermata hitam itu tetap tegak di tempatnya, sama sekali tidak goyah meski tiga orang berdiri mengepungnya. 

“Seharusnya aku yang bertanya siapa dirimu? Kenapa kamu memakai pakaian muridku?” Sosok itu bertanya dengan nada penuh permusuhan. 

Namun, suara itu justru membangkitkan ingatan pemilik tubuh. Membuat Luo Tan nyaris kelimpungan menerima banjir ingatan yang menyerbunya. 

Wanita di depannya bernama Lin Hua, salah satu guru di perguruan tempat Chen Yi belajar. Sesuai namanya, Lin Hua memiliki kecantikan serupa bunga teratai merah yang megah. 

Pakaian Lin Hua selalu berwarna merah sehingga mudah dikenali. Senyumnya tegas, tetapi begitu menawan seakan sanggup melelehkan hati dari es sekali pun. 

Suara Lin Hua masih terdengar merdu meski tengah membentak Luo Tan. “Katakan di mana muridku?! Apa kamu yang membunuhnya?!”

Luo Tan tersenyum lebar–sesuatu yang jarang terjadi kalau bukan karena sifat asli Chen Yi yang begitu ramah dan mudah tersenyum. Meski kenangan pemilik tubuh ini banyak diwarnai kesedihan, tetapi ada sedikit kebahagiaan yang layak untuk terus dikenang. 

“Guru,” sapa Luo Tan seraya membungkukkan badan.

Lin Hua terperangah karena pemuda tampan di hadapannya memberi hormat selayaknya murid kepada guru. 

Namun, dia segera mengendalikan diri. “Aku tidak pernah memiliki murid sepertimu.”

Luo Tan mengangkat kepala, memandang Lin Hua dengan matanya yang hitam. Meski sesungguhnya pemilik asli tubuh ini telah tewas, Luo Tan ingin membantu Chen Yi membalas budi. 

Lin Hua telah menyelamatkan Chen Yi saat dia masih bayi. Seekor monster sudah menghancurkan satu desa hingga yang tersisa hanya puing-puing bangunan.

Monster mengerikan itu tengah mengendus-endus bayi yang menangis keras di tanah. Moncong si monster sudah terbuka, siap menyantap bayi kecil yang tak berdaya. Pada saat itulah Lin Hua datang menyelamatkan nyawanya. 

Lin Hua bukan hanya membunuh monster dan menyelamatkan hidup si bayi. Namun, dia juga memberikan nama padanya serta memberi rumah baru. 

Hidup Chen Yi terasa nyaman di bawah lindungan Lin Hua. Dia ikut ke perguruan tempat tinggal Lin Hua, belajar kultivasi dengan tekun walau seringkali gagal. 

Semua terasa baik-baik saja meski saudara seperguruan lain sering mengejek Chen Yi. Dia tidak sempat merasa sedih karena sibuk melayani gurunya. 

Namun, keadaan berubah ketika Lin Hua memutuskan bermeditasi. Sejak setahun lalu, Chen Yi tidak lagi memiliki pelindung sehingga mudah ditindas. 

“Wajar kalau Guru tidak lagi mengenali murid, setahun berlalu dan banyak perubahan yang terjadi.” 

Lin Hua menyipitkan mata. Dia mengenali suara pemuda itu. Akan tetapi … mungkinkah?

Detik Lin Hua memikirkan hal tersebut, Luo Tan pun berkata, “Setahun pergi bermeditasi, Guru tidak lagi mengingat Chen Yi?”

Tiga orang di depan Luo Tan itu membelalak kaget.

“Chen Yi memiliki tubuh gemuk dan pipi tembam, wajahnya juga dipenuhi jerawat!” Salah seorang pendamping Lin Hua ikut berbicara. “Kamu jelas-jelas jauh berbeda darinya! Jangan mencoba menipu kami!”

Luo Tan mengerutkan kening. Pendamping Lin Hua itu lebih terdengar sedang menghina Chen Yi dibandingkan menuding Luo Tan sedang menipu mereka!

Luo Tan pun menghela napas dalam hati. Perubahan fisiknya memang terlalu drastis sehingga sulit dipercaya. 

“Kakak, apa untungnya bagiku menyamar sebagai orang lain?” tanya Luo Tan tenang. “Chen Yi bukan putra bangsawan ataupun pangeran, tidak ada keuntungan bagi siapa pun apabila mereka berpura-pura jadi diriku.”

Lin Hua berdiri tegak di tempatnya semula. Wajahnya masih diliputi dengan rasa curiga. “Apa buktinya kamu adalah Chen Yi?”

Sikap Lin Hua masih waspada, tapi sungguh hatinya berharap apa yang pemuda di hadapannya katakan adalah benar. 

Chen Yi adalah murid kesayangan Lin Hua. Saat dia tidak menemukan Chen Yi begitu keluar dari meditasi, Lin Hua mendapatkan informasi dari dua murid tertuanya bahwa Chen Yi hilang di gunung dan tidak bisa ditemukan.

Lin Hua tidak tahu apa yang terjadi, dan dia tidak sempat memeriksa hal itu. Namun, saat semua murid merasa bahwa ada kemungkinan Chen Yi sudah mati, Lin Hua yang tidak terima langsung melesat ke gunung untuk mencari Chen Yi. 

Namun, yang berakhir ditemuinya justru seorang pemuda asing yang memakai pakaian Chen Yi, sesuatu yang Lin Hua secara khusus berikan untuk muridnya itu.. 

“Aku rasa guru masih mengingat bekas luka ini,” ujar Luo Tan seraya memperlihatkan luka bekas cakaran monster di punggungnya. Luka yang ia peroleh ketika desanya diserang oleh monster pemakan manusia. 

Lin Hua tersentak kaget. Bekas luka itu menjadi bukti yang tidak terbantahkan. Bentuk dan lokasinya sama, tidak ada yang bisa meniru luka lama seperti itu!

Mendapatkan jawabannya, Lin Hua segera menanggalkan jubahnya dan menghampiri Luo Tan. Wajahnya yang tadi tegas dan diselimuti kecurigaan berubah lembut dan hangat. 

“Hangatkan tubuhmu dengan jubah ini, jangan biarkan tubuhmu kedinginan lebih lama.” Wanita cantik itu menyelimuti tubuh Luo Tan dengan jubahnya, terlihat sangat perhatian selagi dia menggenggam tangan muridnya itu.

Tindakan Lin Hua membuat Luo Tan tercengang. Tidak ada yang pernah begitu lembut padanya, kecuali mendiang ibunya.

Hal itu membuat Luo Tan tersenyum tipis selagi berkata, “Terima kasih, Guru.” 

Melihat bahwa sang guru sudah yakin dengan identitas Luo Tan, murid pendamping Lin Hua pun berkata, “Guru, bagaimana kalau kita sekarang kembali ke perguruan?” 

Murid yang lain menimpali, “Benar. Adik Chen Yi tentu kelaparan, dia juga harus beristirahat sebelum menceritakan apa saja yang terjadi selama dirinya di luar.” Matanya masih menampakkan kecurigaan terhadap perubahan Chen Yi yang begitu besar.

Usul itu segera disetujui Lin Hua. Dia pun mengangguk dan mereka pun membawa Chen Yi kembali ke perguruan. 

Saat pintu gerbang perguruan dibuka, ratusan murid menyongsong kedatangan salah satu guru mereka. Mereka menyambut kedatangannya dengan hormat, sama seperti biasa. Namun, ada satu hal yang yang menarik perhatian mereka. 

“Siapa dia?” Seorang gadis bertanya pada temannya, terpukau dengan ketampanan pemuda dalam gandengan tangan Lin Hua.

“Mungkin murid baru guru Lin Hua.”

“Lihat hidungnya yang mancung! Membuatku iri saja,” gadis lain memotong ucapannya. “Matanya begitu hitam, seolah membuatku tenggelam tiap kali menatap matanya,” lanjutnya membuat para gadis lain terkikik geli.

Bisikan bernada kagum terdengar di sana-sini, tetapi tidak seorang pun yang tahu siapa pemuda itu. 

Hingga akhirnya, ketika Lin Hua meninggalkan taman kedatangan dan pergi ke area tempat tinggal para murid, salah seorang di antara mereka memberanikan diri menghentikan salah satu murid pendamping Lin Hua untuk bertanya, “Kakak, cepat beri tahu kami apakah dia murid baru? Siapa namanya?”

Kakak seperguruan mereka berhenti berjalan dan balas bertanya, “Kalian tidak mengenalinya?”

“Bagaimana kami bisa mengenalnya, sedang ini pertama kalinya dia datang ke sini,” rajuk gadis lain dengan bibir mengerucut, merasa kakak seperguruan sengaja menggoda rasa penasaran mereka.

Murid tertua Lin Hua itu tersenyum tak berdaya menatap reaksi para adik seperguruannya. “Dia Chen Yi.”

“Apa?!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Luo Tan Tertangkap Basah

    Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Zha Ji Mengawasi Lin Hua

    Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Lin Hua Diracun?

    “Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Yun Xiang Mulai Curiga

    Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Kamu Bukan Chen Yi

    “Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Wei Quan Linglung?

    ‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status