Share

Bab. 6

“Camkan itu!” bisik William dan kemudian beranjak pergi.

Dewa mengepalkan tangannya menahan emosi memandang lelaki yang sudah senja itu menaiki mobilnya.

“Jangan sekali-kali kau menyentuh dan mengganggu ibuku! Aku tidak peduli siapa kau! Aku akan membunuhmu!” ujar Dewa di dalam hatinya dengan gigi gemerutuk.

“Kenapa? Kau marah pada papaku?” tanya Kalila menepuk pundak Dewa sambil tersenyum mengejek.

Kalila tahu, William pasti mengatakan sesuatu tentang ibunya sehingga membuat Dewa begitu emosi. Karena, Dewa tidak akan sekesal itu kalau hanya dia yang dihina. Tapi, kalau menyangkut ibunya, emosi Dewa naik berkali-kali lipat. 

“Aku ingatkan, jangan ganggu ibuku!” ujar Dewa dengan kesal dan meninggalkan wanita yang beberapa jam lalu sudah sah menjadi istrinya itu.

Cess!

Dewa menyalakan rokoknya ketika tiba di halaman belakang di dekat kolam renang. Emosinya masih cukup tinggi. 

Namun, beberapa saat kemudian Dewa menyunggingkan senyuman di bibirnya, karena apa yang William takutkan juga sudah terjadi, sebuah perusahaan Kalila telah jatuh ke tangannya, walaupun dengan sebuah perjanjian yang berat. “Kau terlambat, William. Perusahaan itu sudah jatuh ke tanganku,” gumam Dewa sambil menghembuskan asap rokoknya dengan kasar.

Dewa yakin kalau dia pasti bisa membuktikan kepada Kalila kalau dia akan membuat perusahaan tersebut semakin maju.

Hingga sore hari Dewa masih duduk disana, dia tidak tertarik untuk beranjak sedikitpun. Hingga dia merasa lelah dan bosan disana barulah beranjak masuk. Kepalanya sedikit pusing, dia akan beristirahat sejenak.

Kriet!

Dewa membuka pintu kamar dengan hati-hati. Dan betapa terkejutnya Dewa saat melihat Kalila dengan tubuh tanpa busana, dan sedang menonton film dewasa. Kalila sedang memuaskan dirinya dengan kedua jari tangannya. Namun, hal aneh yang Kalila tonton adalah film dengan hubungan sesama jenis.

“Apa yang kau lakukan, Kalila?” tanya Dewa dan tidak mendapat jawaban membuat Dewa semakin keheranan dengan sang istri.

Lama Dewa terpaku melihat Kalila yang seperti tidak terpengaruh dengan kehadirannya, atau mungkin Kalila tidak sadar kalau Dewa sudah masuk ke kamar. Kalila terus saja memejamkan matanya dengan tangan yang sangat lincah bermain di berbagai bagian sensitifnya. Bahkan beberapa kali terdengar desahan lembut dari mulutnya membuat Dewa semakin tergoda.

“Kenapa tidak memintaku saja? Aku bahkan bisa melakukan seperti apapun yang kau inginkan,” tanya Dewa pelan dan tidak mendapatkan jawaban dari sang istri.

Melihat tubuh polos Kalila, rasanya Dewa tidak mampu menahan hasratnya. Toh saat ini mereka sudah sah, persetan dengan surat perjanjian. Salah Kalila sendiri yang mengajaknya tidur di kamar yang sama, dan Kalila memancingnya.

Dewa mengunci pintu dan mendekat ke arah Kalila. “Aku akan membantumu, Kalila,” bisik Dewa yang langsung menindih tubuh polos Kalila, sehingga membuat Kalila sangat terkejut dan berusaha untuk menyingkirkan Dewa dari tubuhnya. Namun, Dewa dengan tiba-tiba melumat bibir tipis Kalila yang sedikit menghitam karena terlalu banyak merokok, membuat Kalila akhirnya pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Dewa. 

Meskipun usia Kalila sudah berkepala empat, namun dia memiliki tubuh yang indah. Kulitnya masih sangat kencang, tidak mengherankan kalau Dewa akhirnya tergoda melihat semua itu di depan matanya.

“Jangan salahkan aku, Kalila. Kau yang menyuguhkan ini kepadaku. Ini sama saja dengan kucing diberi ikan, pasti akan dilahap,” ujar Dewa berbisik di telinga Kalila.

Namun, tidak berapa lama…

"Berhenti, Dewa! Aku tidak suka!" ujar Kalila kesal dan mendorong tubuh Dewa agar menjauh darinya.

“Kalila…,” panggil Dewa bingung dan serba salah, sambil mencoba kembali meraih tubuh Kalila. Namun, Kalila dengan cepat bangun dari tempat tidur, membuat Dewa hanya bisa memeluk bantal.

"Tapi, ada apa, Kalila? Aku hanya ingin membantumu untuk mendapatkan kepuasan. Bukankah itu yang kau inginkan? Kita sama-sama akan mendapatkan yang kita inginkan. Kita saling membutuhkannya, Kalila,” ujar Dewa.

“Jangan coba lakukan itu lagi, Dewa. Aku tidak pernah menginginkan hal itu darimu,” jawab Kalila sambil menatap tajam kepada Dewa. Sangat berbeda saat tadi Kalila sedang memuaskan dirinya sendiri.

Dewa masih mencoba untuk meraih tubuh Kalila, namun tangan Dewa ditepis oleh Kalila dan kemudian Kalila berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Dewa yang masih menahan hasratnya.

"Apa-apaan ini? Ada apa dengannya?" tanya Dewa pelan sembari menyugar kasar rambutnya.

"Dasar perempuan aneh! Kenapa dia tiba-tiba berhenti!"

"Arrrrghtt!"

Dewa berteriak marah sambil menatap tajam ke arah kamar mandi.

"Astaga, wanita seperti apa yang aku nikahi ini, ya Tuhan. Bagaimana bisa dia menolak disentuh suaminya?" tanya Dewa yang kemudian merebahkan tubuhnya diatas pembaringan. Mencoba untuk memejamkan matanya dan melupakan semua yang barusaja terjadi. 

Kalila berada di kamar mandi dengan waktu yang cukup lama dan entah apa yang dia lakukan disana, bahkan Dewa sampai mengantuk menunggu Kalila keluar.

"Apa yang dilakukan perempuan itu di dalam sana? Ngapain coba dia sangat lama di dalam kamar mandi. Giliran di puaskan tidak mau!" kesal Dewa dengan mata yang terus melihat ke arah pintu yang masih tertutup rapat itu.

Ceklek!

Suara pintu kamar mandi terbuka, dan Dewa dengan segera berdiri untuk masuk ke dalam kamar mandi, dia sudah sangat kecewa dengan Kalila.

Kalila keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk dan rambut yang basah. Hal itu jelas memancing hasrat Dewa.

Braak!

Dewa dibuat semakin kesal, sehingga segera masuk ke kamar mandi dan membanting pintu dengan kasar.

"Dasar gak ada akhlak!" teriak Dewa dari dalam kamar mandi dan berharap agar Kalila bisa mendengar teriakannya.

"Dia yang memancing, tapi dia juga yang menghina. Perempuan tua gila!" kesal Dewa dan menghidupkan shower dan mulai mengguyur tubuhnya di bawah kucuran air hangat, agar dia kembali merasakan kesegaran tubuhnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Dewa segera meninggalkan kamar itu karena dia tidak ingin terpancing lagi.

"Kau mau kemana?" tanya Kalila yang sedang mengeringkan rambutnya dan masih dengan hanya mengenakan handuk.

"Merokok!" jawab Dewa ketus.

"Jangan kebanyakan merokok nanti mati muda!" kekeh Kalila mencibir.

Dewa tidak peduli, dia keluar menuju halaman belakang dan menikmati sebatang rokok juga segelas kopi untuk menghilangkan sakit kepala akibat hasrat yang tertahan.

"Baru satu hari sudah sangat pusing begini. Bagaimana seterusnya?" tanya Dewa bergumam sembari menghela nafas dalam. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rumah tangganya bersama Kalila nanti.

Saat makan malam, Kalila bahkan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dengan mereka, Kalila masih saja mengenakan pakaian serba minimnya. Dan seolah-olah dia memang sengaja memancing hasrat Dewa.

"Kenapa hanya menunduk?" tanya Kalila kepada Dewa ketika melihat Dewa yang seolah-olah tidak mau melihatnya.

"Biar gak terpancing!" jawab Dewa kesal.

"Kau harus terbiasa," ujar Kalila dengan santai, dan tidak peduli dengan Dewa yang mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan maksud yang disampaikan oleh Kalila.

Dewa hanya melengos.

"Kalila…," panggil Dewa setelah menghabiskan makan malamnya.

"Hmm." Kalila hanya menjawab dengan deheman dan tidak peduli.

"Belikan rumah untuk tempat tinggal ibuku!" ujar Dewa kemudian yang melancarkan aksinya dengan menagih janji yang Kalila ucapkan kemarin. Karena Dewa juga tidak akan membiarkan ibunya terus-terusan tinggal di kontrakan di area lokalisasi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status