Share

Bab. 5

Keesokan paginya di rumah kediaman Kalila tampak kesibukan yang tidak seperti biasanya. Kedua orang tua Kalila pun terlihat sedang duduk di sebuah sofa dengan wajah yang masam.

Tepat pukul delapan pagi, Dewa datang seorang diri dengan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Dia sengaja tidak mengajak sang ibu, dan berjanji akan segera memperkenalkan Kalila kepada Rasti setelah mereka menikah.

“Akhirnya kamu datang juga,” sambut Kalila yang sepertinya sudah khawatir kalau Dewa tidak akan datang.

“Aku pasti menepati janjiku,” jawab Dewa dengan pelan.

"Iya, karena kau pasti takut tidak bisa hidup," ujar Kalila.

"Kau yang memintaku menikahimu, berhenti berbicara, Kalila," jawab Dewa.

"Untungnya kau tidak membawa ibumu, karena pastinya nanti akan banyak yang mengenalinya, dia adalah kupu-kupu malam yang sangat bersinar," ejek Kalila lagi.

"Jangan hina ibuku!" ujar Dewa yang menahan dirinya karena saat ini dia sedang tidak mau ribut.

Kalila hanya merespons dengan tersenyum meremehkan.

Tidak menunggu waktu lama, setelah kedatangan Dewa, pernikahan berlangsung sederhana dan sakral. Dihadiri oleh orang-orang yang berkepentingan, orang tua dan mungkin beberapa teman Kalila karena Dewa tidak mengenal mereka.

“Pasti dia mengincar harta Kalila, tidak mungkin dia mencintai Kalila yang umurnya lebih tua.”

Bisik-bisik di belakang membuat Dewa risih, namun Dewa berusaha untuk tidak peduli dengan semua suara-suara sumbang tersebut.

“Tapi, dia ganteng banget ya?” ujar salah satu perempuan muda yang hadir disana.

Beberapa pasang mata para perempuan yang tampak memandang Dewa dengan lapar, tapi tidak dengan pasangan sepuh namun masih prima yang tidak lain adalah kedua orang tua Kalila.

William dan istrinya menyambut Dewa dengan dingin, bahkan terlihat seperti memandang Dewa dengan sebelah mata dan pandangan yang menjijikan. Mereka pastinya sangat membenci Dewa, karena tampaknya bukan Dewa menantu yang mereka inginkan.

“Jangan bangga sudah berhasil menikahi Kalila. Kami tahu niat kamu menikahi Kalila hanya ingin menggerogoti harta Kalila. Dasar manusia sampah dan miskin!”

Sebuah suara yang begitu dekat di telinga Dewa yang membuat telinga Dewa panas, dan segera melihat ke sumber suara.

Dan benar saja, itu adalah suara William kepada Dewa sebelum dia dan istrinya meninggalkan kediaman Kalila setelah prosesi pernikahan selesai.

“Papa, Mama,” sapa Dewa dan ingin menyalami keduanya, namun ditepis dengan kasar.

“Jangan sentuh kami, kami jijik melihat tangan kotormu itu. Nanti kuman dari kuku-kuku busukmu itu menempel di tangan kami yang bersih. Dan bahkan menularkan penyakit,” ujar mamanya Kalila sembari memandang Dewa dengan sebelah mata.

“Maaf….” Dewa menjawab dengan pelan dan menunduk, walaupun rasanya ingin sekali memaki, namun dia berusaha untuk menahan dirinya. Bagaimanapun dia tetap akan menghargai kedua orang tua Kalila.

“Kamu masih sangat muda, tidak mungkin kamu murni menikahi Kalila karena cinta. Kami sudah berpengalaman makan asam garam, kami sudah paham dengan orang seperti kamu. Kamu hanyalah ingin menumpang hidup kepada Kalila. Begitu menyedihkan cara orang miskin untuk bertahan hidup!”

Hinaan terus saja dilontarkan oleh William dan istrinya kepada Dewa.

“Dan jangan lupa, kamu akan mati kalau kami tahu kamu terbukti mengincar harta Kalila!” ancam William serius kepada Dewa.

Sepertinya William dan istrinya begitu takut kalau Dewa akan mengambil alih perusahaan Kalila. Walaupun sebenarnya tanpa mereka ketahui kalau Dewa dan Kalila memiliki sebuah perjanjian.

Dewa hanya mengangguk paham di depan kedua orang tua Kalila. 

“Jangan hanya mengangguk, kami serius! Aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku katakan. Aku adalah William Nurmanegara, kau harus tahu kalau William bisa melakukan apa saja,” ujar William lagi yang sepertinya kesal melihat sikap santai Dewa.

"Dan sangat mudah bagiku untuk melenyapkan orang seperti kamu, apabila aku tahu kalau kamu hanya ingin mengharapkan harta Kalila. Sebab, semua yang Kalila miliki itu karena nama besar William Nurmanegara!" lanjut William lagi.

“Iya…,” jawab Dewa canggung, karena bingung harus memanggil mereka dengan sapaan apa. Dewa heran apakah orang kaya selalu bersikap seperti itu. Bahkan kepada keluarga saja mereka sangat kaku.

Dewa kemudian menyunggingkan senyum hormatnya, karena apa yang mereka takutkan juga sudah terjadi, sebuah perusahaan Kalila telah jatuh ke tangan Dewa, walaupun dengan sebuah perjanjian yang berat. Dan Dewa yakin kalau dia pasti bisa membuktikan kepada Kalila kalau dia akan membuat perusahaan tersebut semakin maju.

Perhelatan pernikahan yang benar-benar singkat, saat matahari sudah meninggi semua sudah kembali seperti biasanya, semua orang kembali menjalankan aktifitasnya.

"Aku terus mengawasimu! Jadi, jangan coba-coba untuk mengabaikan peringatan dariku, Dewa!" ujar William lagi sebelum beliau benar-benar meninggalkan rumah itu.

"Aku bahkan sudah tahu siapa ibumu!" sambung William dan itu membuat Dewa sangat terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status