Xavia menggandeng lengan Yuri dengan mesra. Dia melihat Gerald, Naomi, dan yang lain dengan pandangan heran. Xavia tidak menyangka kalau mereka bisa datang ke acara berkelas seperti itu.Gerald memandang Xavia yang mengenakan gaun emas dan perak. Dia lalu teringat cincin berlian yang dibeli Yuri untuk Xavia. Gerald yakin pasti Yuri membelikan barang-barang itu untuk dikenakan Xavia pada pembukaan Restoran Grand Marshall malam ini.Xavia terlihat sangat senang dan bangga.‘Mungkin Yuri dan Xavia memang benar-benar saling mencintai,’ kata Gerald dalam hati. Mungkin dulu Gerald hanya sebagai alat menghilangkan kejenuhan saja untuk Xavia.Memikirkan hal itu, Gerald merasa sangat bodoh. Apalagi saat mengkhawatirkan Xavia tadi malam, harusnya itu tidak perlu. “Quinton, jadi kau juga mengenal Gerald?” Yuri bertanya akrab pada Quinton. Sebenarnya, kekayaan keluarga Lowell tidak ada apa-apanya dibanding dengan keluarga Ziegler. Alasan kenapa Yuri bisa datang ke pesta itu adalah karena i
Lagipula Alice yang membawa Gerald ke sini. Kalau Xavia terus merendahkan Gerald, secara tidak langsung sama saja dengan mempermalukan Alice juga. “Ah, iya, berhubung Yuri dan Xavia juga sekampus dengan kalian. Kenapa kalian nggak duduk bersama saja?”Quinton lalu membawa mereka ke sebuah meja besar. Setelah itu, dia mempersilakan mereka duduk. Xavia dan Yuri tentu tidak menolak duduk bersama mereka. Xavia justru bisa semakin bebas pamer. Sayangnya, jika ditambah Yuri dan Xavia, meja yang sebenarnya bisa menampung lima belas orang itu jadi sedikit sesak. Enam orang dari asrama Alice, lima dari asrama Harper, ditambah Naomi jadi dua belas orang. Dan masih ada Xavia, Yuri dan Quinton. Itu artinya tidak ada tempat untuk Gerald. “Ah, tidak mungkin, ini memalukan. Kawanku Gerald, maaf sekali! Nggak ada tempat lagi untukmu.”Quinton tersenyum dingin dan bersikap seolah sangat menyesal.Harper lalu menimpali, “Gerald, kamu duduk di sini saja berbagi dengan kami.”“Hei! Nggak bagus
“Astaga, itu benar-benar Tuan Crawford!"Beberapa pria dan wanita yang lain juga mengenali Gerald. Mereka bingung atas apa yang sedang terjadi."Tuan Crawford? Apa yang kau bicarakan? Aiden, dia itu cuma pengemis. Apa kau yakin?"Plakk!Pria berbaju putih yang tidak lain adalah Aiden itu langsung menampar keras pria di sampingnya ketika dia menyebut Gerald sebagai pengemis."Sialan! Siapa yang kau panggil pengemis? Kau sudah bosan hidup?"Pria yang ditampar Aiden menutup wajahnya dengan menahan rasa tersinggung."Karena Tuan Crawford di sini, apakah kita harus menyambutnya, Aiden?" Beberapa pria muda di sana bertanya pada Aiden. Karena Gerald adalah bos besar pemilik Mayberry Commercial Street dan membawa pengaruh keluarga Crawford, siapapun yang mengenal dia juga pasti akan mendapat keuntungan. Lagipula, Gerald juga bos keluaga Aiden."Tunggu! Sepertinya ada yang tidak beres."Aiden mencoba tetap tenang dan memperhatikan area tengah aula. Aiden melihat Gerald yang masih berdiri di sa
Xavia, Yuri, Alice dan yang lainnya tercengang.Mereka sudah mendengar tentang orang-orang yang duduk di meja depan, tetapi belum pernah mendapat kesempatan untuk bertemu. Mereka sangat kaget ketika orang-orang terpandang itu justru mengajak Gerald duduk di depan. Gerald juga tak kalah kaget melihat Aiden, Elena dan yang lainnya ada di acara pembukaan ini juga. Dia tadi tidak memperhatikan para tamu yang ada di ruangan itu. Gerald berpikir sejenak dan menimbang-nimbang. Jika dia meninggalkan aula ini, maka semua orang akan yakin bahwa dia di sini untuk mengemis makanan. Dia berpikir mungkin sebaiknya dia menerima ajakan Aiden untuk duduk di meja depan. Paling tidak, dengan begitu orang-orang yang tadi mengejeknya akan tutup mulut.Gerald lalu menganggukkan kepalanya, "Okay!"Gerald segera berjalan menuju area depan diikuti pandangan semua orang di dalam aula, lalu duduk di kursi kosong di antara Aiden dan Elena. "Tidak tahu malu!""Tidak sadar diri!""Beraninya pengemis itu du
”Jadi apa rencana kalian?” tanya Gerald penasaran. Ketika Quinton menghampiri Aiden tadi, Gerald bisa melihat meskipun Quinton bersikap sangat sopan pada Aiden, terlihat jelas bahwa Quinton dan Aiden sebenarnya tidak begitu akrab. Quinton hanya bersikap sopan saja karena sungkan dan menghomati keluarga Baker. “Hahaha! Saya akan menunjukkan sebuah video.”Setelah berkata demikian, Aiden lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah rekaman video. Video itu menunjukkan sebuah kamar tidur besar. Lalu terlihat Quinton masuk ke dalam kamar dengan seorang wanita yang sepertinya tidak sadarkan diri. Wanita cantik itu kisaran usia tiga puluhan. Yang terjadi selanjutnya tidak perlu dijelaskan.Video itu hanya berdurasi tiga menit, tetapi sudah membuat Gerald merasa ikut malu melihatnya. “Kenapa kalian ingin menghancurkan dia? Wajar kalau pria muda seperti Quinton berhubungan dengan gadis?” Gerald bertanya dengan senyum pahit.Aiden diam sejenak lalu menjawab, “Tuan Crawford, itu
”Oh, jadi begitu ceritanya. Quinton keren banget, ya! Cara terjitu mengambil hati wanita memang dengan membuatnya tersentuh.”Semua orang di aula itu merasa iri melihat kemesraan Alice dan Quinton. Gerald merasa sedikit tidak nyaman. “Pasangan muda di depan kita ini benar-benar gambaran kebahagiaan! Baiklah, sekarang saatnya momen pengguntingan pita sebagai tanda dibukanya Restoran Grand Marshall. Tapi sebelum itu, kita akan saksikan video ucapan dari para pimpinan dan CEO dari seluruh dunia. Kami persilakan hadirin sekalian untuk menyaksikan ke layar besar,” kata pembawa acara mengalihkan perhatian audiens untuk menghindari kemoloran waktu. Lampu ruangan dimatikan. Alice sempat melirik pada Gerald dengan senyum sinis. Gerald berbalik memberikan senyum padanya. Alice merasa senyum Gerald sedikit aneh. Gerald pasti diselimuti rasa iri, pikirnya.Ketika video mulai diputar, semua orang di dalam ruangan terbelalak kaget! Yang ditayangkan di layar bukan video ucapan dari para CEO.
“Oh, Alice ada masalah? Bagus, dong! Tak terhitung berapa kali Alice berlaku buruk pada Gerald. Jadi sudah sepantasnya dia menerima karma atas perbuatannya!”Teman-teman sekamar Gerald tidak peduli. Harper menggaruk kepalanya dan berkata, “Kecuali Naomi, semua gadis termasuk Hayley selalu mendukung Alice!”“Gerald, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Benjamin memandang Gerald dan bertanya.Karena Naomi yang menelepon, Gerald jadi luluh. Lagipula lokasi kejadianya di Emperor Karaoke Bar yang adalah miliknya. “Ayo kita ke sana, kita lihat sama-sama apa yang sebenarnya terjadi!”Gerald sebenarnya tidak peduli dengan Alice, tapi dia tidak ada pilihan lain.Mereka menelepon dua taksi dan bergegas menuju ke Emperor Karaoke Bar.Di sebuah ruangan khusus di bar itu, nampak Alice dengan beberapa botol anggur pecah di hadapannya. Alice juga nampak agresif meneguk anggur merah langsung dari botolnya.“Mengapa? Mengapa Quinton begitu? Kupikir dia seorang pria baik yang baru selesai s
Alice menutup sambungan teleponnya.Ternyata selama ini Alice salah besar. Dia meyakini bahwa Quinton lah yang telah menolongnya waktu itu.Alice menahan diri untuk tidak bertanya detil seputar insiden itu karena dia tidak ingin Quinton merasa bahwa dia menerima Quinton sebagai pacarnya semata-mata karena ingin berterima kasih atas pertolongannya malam itu.Sekarang, semuanya menjadi jelas.Bukan Quinton yang telah menolongnya malam itu. Lalu, siapakah dia orangnya?Saat ini…Satpam menerima panggilan telepon melalui headset-nya. Wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut dan mengatakan tiga kali kata ‘ya’ dengan nada penuh hormat.Raut muka satpam berubah pucat pasi.Satpam itu membungkukkan badannya dan berkata, “Maaf, Nona-Nona, tolong maafkan kelancangan saya. Saya sudah berbuat salah. Semuanya gratis dan Anda… Anda bisa pergi sekarang!” Setelah mengatakan itu, satpam kembali membungkuk dan tidak berani menegakkan badannya lagi.“Ini…”Alice dan teman-temanya terpaku.Keja