Share

Bab 2

Gallen berhasil menyusul langkah kaki Laura dan mencekal lengannya. Dia butuh penjelasan kenapa Laura memutuskan hubungan kasih mereka hanya karena sebuah film pendek yang mengekspos sebagian kecil kebenaran tentang dirinya.

“Singkirkan tangan kotormu itu dariku!” Laura meledak. Ekspresi jijik tergambar jelas pada wajahnya.

“Tidak, sebelum kau menjelaskan kenapa hubungan kita harus berakhir.”

“Hahaha ….” Ledakan tawa kembali terdengar, diiringi langkah kaki yang kian mendekat.

“Lihat lelaki bodoh itu! Dia masih belum sadar juga!” Bram menampilkan seringai mengejek di wajahnya.

Gallen mengabaikan kata-kata Bram. Tatapannya lekat pada Laura. Mereka sudah menjalin hubungan lebih dari tujuh tahun. Walaupun sebagian besar dari jalinan cinta itu mereka jalani secara jarak jauh, tetap saja mereka tidak bisa mengkhirinya begitu saja.

“Aku tidak sudi menjadi kekasih seorang penipu!”

Suara Laura bergetar karena marah. Dia benar-benar kecewa menyadari Gallen selama ini membohonginya. Lelaki itu berada di kota yang sama dengan dirinya, tetapi tidak pernah datang untuk menemuinya.

Bertahun-tahun dia meyakini Gallen berada di luar negeri melanjutkan pendidikan. Namun, film dokumenter yang baru saja ditontonnya menjadi bukti valid bahwa lelaki itu bekerja di bengkel setiap tahun. Dia benci dibohongi!

“Apa hubungan yang kita jalani selama tujuh tahun itu tidak ada artinya sama sekali bagimu?”

Gallen membaca raut wajah Laura dengan ketelitian akurasi tingkat tinggi. Kesadaran Laura dihantam gelombang syok. Mulutnya ternganga. Penampakan tersebut memancarkan kilat harapan di mata Gallen.

“Bagus! Kau baru saja menyadarkanku. Betapa bodohnya aku menyia-nyiakan waktu mudaku menjalin hubungan dengan seorang idiot sepertimu selama itu!”

Sinar di mata Gallen padam seketika. Rangkaian kata pedas Laura seperti ujung tombak yang menembus tepat ke jantungnya.

“A–apa maksudmu berkata begitu?”

Gallen terlihat linglung seperti orang bodoh. Dia tidak menyangka Laura tega menyakiti hatinya dengan lidah setajam itu. Bertahun-tahun dia menahan diri untuk tidak menemui Laura demi memberi wanita itu sebuah kejutan.

Setiap kali pulang liburan, dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan bekerja di bengkel. Semua itu dia lakukan karena dia pikir bahwa belum waktunya dia muncul di hadapan Laura. Dia harus benar-benar mempersiapkan diri dengan matang sebelum menemui wanita pujaannya.

Tak disangka ketika kesempatan itu datang, Laura bukan hanya tidak menghargainya, tetapi wanita itu juga mengakhiri jalinan cinta kasih mereka. Hati Gallen seperti ditusuk ribuan duri dalam waktu bersamaan.

“Hei, Bung! Otakmu benar-benar tidak berfungsi,” ejek Jody. Sudut bibirnya membentuk seringai sinis. “Kau tidak pantas bersanding dengan Laura. Lihat dirimu!”

Jody menyapu penampilan Gallen dengan tatapan menghina yang sangat kentara. “Perbedaan kau dan Laura seperti langit dan bumi. Kau tak ubahnya bagai pungguk merindukan bulan. Berhentilah bermimpi!”

Tatapan Jody berubah hangat dan lembut ketika dia berpaling kepada Laura. “Apa sekarang kau sudah sadar bahwa hanya aku yang pantas untukmu?”

Senyuman pongah menghias bibir Jody. Tiga tahun dia mengejar Laura tanpa lelah. Namun, wanita itu selalu saja bersikap tak acuh kepadanya. Sekarang dia yakin, kesabarannya tidak akan sia-sia.

Pandangan Laura mulai terbuka. Jody adalah pewaris tunggal keluarga Hopkins—pengusaha real estate. Saat terikat dengan Gallen, dia tidak pernah melirik Jody. Dia setia pada Gallen karena yakin Gallen sedang sibuk menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat doktoral di luar negeri. Sementara Jody hanya lulusan pascasarjana.

Mendapati kenyataan Gallen bekerja di sebuah bengkel kecil, Laura sungguh kehilangan muka di hadapan keluarga besarnya. Terlebih pada tamu-tamu penting yang hadir di pesta pernikahan sepupunya itu.

“Tentu, Jody. Kau jauh lebih pantas untuk berdiri di sampingku.”

Jody terkekeh penuh kemenangan. Dia mendorong bahu Gallen dengan jari. “Kau dengar, Bung? Saatnya bagimu untuk angkat kaki dari sini!”

Gallen menatap Laura tanpa ekspresi. “Kau yakin ingin mengakhiri hubungan kita sampai di sini, Laura? Jika suatu saat nanti kau menyesal, sudah terlambat bagimu untuk kembali.”

Sudut bibir Laura mencebik sinis. “Enyahlah! Aku menyesal pernah memberikan hati dan kesetiaanku pada lelaki sampah sepertimu!”

Riuh tepuk tangan mengapresiasi keputusan Laura. Kumpulan sepupunya menampilkan senyuman puas pada wajah mereka.

Gallen tercacak dalam bisu, melepas kepergian Laura sambil menggandeng mesra lengan Jody menjauh darinya.

Berpikir tak ada gunanya lagi berada di tempat itu, Gallen balik badan. Meninggalkan ruangan yang dipenuhi tawa dan seringai mengejek dengan langkah gontai. Hatinya remuk redam.

Laura adalah cinta pertamanya. Dia berharap itu juga akan menjadi cinta terakhirnya. Sayangnya, takdir tidak berpihak kepadanya. Laura justru memilih berpisah darinya pada saat dia merasa siap untuk mengokohkan hubungan mereka.

Berdiri di dekat motor bututnya, Gallen mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celana dan membukanya. Kemilau sebuah cincin berlian menyilaukan mata begitu tertimpa cahaya matahari.

Apa yang harus dilakukannya dengan cincin berlian itu? Haruskah dia membuangnya? Atau mengembalikan cincin itu ke toko? Gallen melempar pandang pada pintu masuk lobi hotel seraya menghela napas panjang.

***

Komen (20)
goodnovel comment avatar
Aloys Mpg
suka baca ceritax
goodnovel comment avatar
Wiwik Lianah S
sukalah dg ceritanya
goodnovel comment avatar
Akbar Jaguar
mantul sedikit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status