Share

BAB 2

“Astaghfirullah!”

Tampak sesosok anak perempuan kecil yang tengah duduk di dekat pintu masuk sembari menatap Maya dengan sedikit menyeringai dengan mata yang melotot kearah Maya.

“Kamu siapa!?” Tanya Maya dengan santai kepada sosok anak perempuan itu.

Maya sepertinya sudah mulai terbiasa dengan penampakan sosok-sosok tak kasat mata.

Kemudian, sosok anak kecil itu mendekati dan menarik tangan Maya, lalu membawanya ke sesuatu tempat. Tampaknya, sesosok anak kecil itu, ingin memberitahukan sesuatu kepada Maya. Perlahan, Maya berjalan mengikuti sosok anak kecil itu yang mengarah ke sebuah tempat yang tak lain adalah sebuah kamar kosong yang di katakana oleh Eyangnya tadi. Lalu, sosok anak kecil itu masuk menembus kamar itu. Tinggallah Maya yang masih berdiri dan terus memperhatikan pintu kamar kosong yang terkunci dan sepertinya di beri gembok besi. Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang menjulur di sebelah kanan lehernya Maya.

“Puk!!”

“Huaaaaaaa!!!”

Sontak, Maya menjerit histeris ketika tangan itu menyentuh pundak Maya.

“Hei… Maya… Hei…”

Samar-samar, terdengar suara yang memanggil-manggil namanya dari belakang.

“Hei, Maya… Ini aku Reno, kakak kamu… Hei!”

“Ah, kak Reno. Sedang apa kakak disini?”

Sontak, Maya legah karena yang dibelakangnya itu adalah kakaknya Reno.

“Loh, kakak yang harusnya bertanya kepada kamu. Sedang apa kamu disini? Bukannya ganti baju, malah bengong disini. Sudah sana cepat kamu ganti baju, Eyang sudah menunggu dibawah tu”

“Ah, iya kak”

Lalu, Maya berjalan menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya.

“Tadi itu siapa ya? Dan, maksudnya mengajakku ke pintu itu untuk apa? Kalau ku Tanya pada Eyang sih pasti tidak akan di jawab. Ah, sudahlah” Lalu, Maya mengabaikan kejadian tadi dan bergegas mengganti pakaiannya.

“Tok tok tok… Hei Maya, kamu sudah selesai mengganti pakaianmu? Buruan…” Kata Reno yang tengah menunggu Maya diluar kamarnya bersama dengan Ayu.

“Iya kak, ini aku sudah selesai kok”

Lalu, Maya keluar dari kamarnya dan berjalan turun bersama dengan kakaknya Reno dan kakak iparnya Ayu menuju meja makan.

Disana sudah ada Eyang putri dan Eyang kakung yang tengah duduk menunggu mereka.

“Maaf agak lama Eyang, gara-gara si Maya tu, ganti baju lama amat.” Kata Reno kepada Eyang kakung dan Eyang putri.

“Sudah, tidak apa-apa. Duduklah, mari kita makan.”

Kemudian, Maya dan yang lainnya duduk di kursi masing-masing dan mereka semua pun makan malam bersama.

Tiba-tiba, sekelebat bayangan-bayangan hitam yang tadi bermunculan lagi. Maya seketika terpaku pada bayangan-bayangan hitam itu. Lalu,

“Uhuk-uhuk!!”

Eyang kakung tiba-tiba batuk dengan nada yang cukup keras.

Sontak, Maya yang tadinya terdiam dan terpaku pada bayangan-bayangan hitam yang tengah berterbangan di sekitar mereka, sekarang mengalihkan pandangannya kearah makanannya.

Reno dan Ayu hanya fokus pada makanannya saja dan menghiraukan kejadian di sekitar mereka. Tapi,

“Wuusshhh”

Angin yang cukup kencang menghampiri mereka. Tapi, kali ini yang merasakannya hanyalah Reno.

“Bi Sari, coba bibi tutup jendela itu. Angin nya kencang banget” Kata Reno kepada bi Sari.

“Baik den”

Lalu, bi Sari berjalan kearah salah satu jendela yang terbuka pada saat itu. kemudian, bi Sari menjulurkan tangannya keluar untuk mengecek keadaan luar, apakah benar kalau saat itu, angin sedang bertiup kencang. Tapi, sepertinya angin diluar rumah sedang baik-baik saja. Masih dalam kondisi normal dan tidak ada tanda-tanda kalau angin pada malam itu sedang bertiup kencang. Tapi, bi Sari tidak mengambil pusing dan langsung menutup jendela dan kembali ke meja makan.

Beberapa saat kemudian, acara makan malam pun selesai.

“Huaaaa… Eyang, aku sudah mengantuk ni. Kami naik duluan ya?” Kata Reno kepada Eyang kakung dan Eyang putri sembari menguap.

“Yasudah sana, hati-hati ketika naik tangga, anak tangganya sedikit licin.” Kata Eyang kakung.

“Iya Eyang. Yasudah, kami duluan ya Eyang, Maya, bi Sari. Selamat malam”

Eyang kakung dan Eyang putri menganggukkan kepalanya dan kemudian, Reno dan Ayu naik ke lantai 2 menuju kamar mereka dan tidur.

“Eyang, aku juga mau ke kamar, aku juga sudah mengantuk” Kata Maya.

“Nanti! Ada yang mau Eyang katakana kepadamu” Kata Eyang putri.

“Apa itu Eyang?”

“Malam nanti, kalau ada suara-suara aneh memanggil-manggil namamu, jangan di jawab, jangan menoleh! Abaikan saja! Jangan lupa baca-baca sebelum tidur. Dan, jangan sekali-sekali berniat untuk masuk ke dalam kamar yang terkunci itu. Mengerti?”

“Tapi Eyang, tadi aku sempat…”

Belum sempat Maya menyelesaikan perkataannya, Eyang kakung langsung memotong pembicaraan,

“Sudah, abaikan saja. Yang penting, mereka tidak mengganggu kamu. Mereka hanya menunjukkan wujud mereka saja. Tidak ada niat mereka untuk mengganggu kamu, ataupun mencelakaimu.”

“Baik Eyang”

“Yasudah, kamu boleh ke kamar.”

“Baik Eyang, selamat malam Eyang”

Lalu, Maya berjalan naik ke lantai 2 menuju kamarnya.

Ketika Maya naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya,

“Maya….”

Samar-samar, terdengar suara dari balik jendela yang sedang tertutup di sampingnya. Suara itu samar-samar memanggil namanya. Namun, Maya tidak menghiraukan suara itu dan mencoba menutup matanya kembali dan tidur.

“Maya… Tolong kami… Maya… Tolong kami…”

Lagi-lagi, suara itu yang awalnya hanya satu, sekarang bertambah menjadi seperti sekerumunan orang yang tengah memanggil namanya dan kali ini, suara-suara itu memanggil namanya sembari meminta tolong.

Suara-suara itu terus menerus memanggil namanya sampai tidak ada satupun suara yang memenuhi kepalanya kecuali suara-suara yang berasal dari luar jendela yang terus-terusan memanggil namanya.

Tiba-tiba,

“Tok tok tok… Non Maya… Buka pintunya dulu non… ini bibi non”

Mendengar suara ketukan pintu itu, Maya langsung bergegas membukakan pintu kamarnya.

“Ada apa bi?”

“Ini air minum untuk non Maya. Saya disuruh oleh Eyang putri non. Kata Eyang, sebelum anda meminum air ini, baca dulu doa-doa yang sudah diajarkan oleh Eyang putri. Lalu, minum air ini dengan sekali tegukan.”

“Oh, terima kasih bi”

Lalu, Maya menerima segelas air mineral yang diberikan oleh bi Sari, kemudian kembali masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Maya duduk diatas tempat tidurnya sembari menatapi segelas air mineral itu.

‘Doa-doa yang diajarkan oleh Eyang? Yang mana satu ya? Emm…’ Maya terus memandangi segelas air mineral yang di pegangnya sembari memikirkan doa apa yang dimaksud oleh Eyang putri.

‘Ah, doa itu’ Maya teringat sebuah doa yang pernah diajarkan oleh Eyang putrinya dulu. Eyang putri juga pernah memberikan air mineral ketika Maya sedang di ganggu oleh sosok-sosok tak kasat mata, sewaktu dia tinggal bersama dengan Eyang kakung dan Eyang putri di rumah lama mereka dulu.

Lalu, Maya memejamkan matanya sembari membaca doa-doa yang telah diingatnya, kemudian, dengan sekali tegukan, air mineral itu langsung diminum oleh Maya. Kemudian, secara perlahan, Maya membuka matanya, dan,

“Astaghfirullah!!!”

Maya menutup matanya kembali karena tak sanggup melihat apa yang ada di hadapannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status