Share

BAB 3

Satu? Dua? Ah tidak. Ada sekelompok sosok yang memiliki bentuk yang beragam. Ada yang berbentuk seperti seorang pria tinggi yang hanya memiliki satu tangan saja, ada yang menyerupai sesosok wanita dengan pakaian yang tersobek-sobek dan bersimba darah, ada yang merangkak dan berbagai bentuk aneh lainnya. Tapi, tampaknya, sosok-sosok itu hanya berdiri di depan Maya sembari memandangi Maya dengan tatapan kosong.

Lalu, Maya memberanikan dirinya untuk membuka matanya kembali dan melihat kearah sosok-sosok yang ada di hadapannya.

“Assalamualaikum… Sedang apa kalian disini? Dan, ada keperluan apa kalian memanggil namaku tadi?” Maya mengucapkan salam dan bertanya kepada sosok-sosok itu.

Tapi sosok-sosok itu hanya melotot kearah Maya, dan sepertinya setelah Maya melontarkan pertanyaan kepada mereka, sekarang mereka tersenyum menyeringai kepada Maya. Dengan mata yang melotot sembari tersenyum menyeringai membuat wajah mereka semakin menyeramkan. Jantung Maya menjadi semakin berdegup kencang ketika melihat raut wajah mereka yang seperti itu. Tiba-tiba,

“Hahahaha… Hahahaha… Hahahaha…”

Mereka semua mentertawai Maya. Lalu, salah satu dari mereka, yang wujudnya yang menyerupai seorang laki-laki yang hanya memiliki satu lengan saja berkata kepada Maya sembari menunjuk kearah Maya,

“Kamu! Jangan sekali-sekali mencampuri urusan kami! Atau, kakakmu yang menjadi korban selanjutnya, hahaha”

“Mencampuri? Maksudnya? Apakah aku pernah mencampuri urusan kalian?” Tanya Maya kepada sesosok laki-laki itu.

“Kamar itu! Setiap jum’at malam, kami akan meminta tumbal dari wilayah ini! Tak pandang usia, tak pandang jenis kelamin! Siapapun itu, Jika ada orang yang sekali saja menyebut nama kami pada saat jum’at malam, percayalah, orang itu akan lenyap seketika, hahaha”

“Mengapa!? Mengapa kalian melakukan itu?”

“Kakek kamu adalah orang yang sangat baik. Awalnya, kami di beli oleh-Nya dari sebuah toko yang menjual kami. Kami di rawat dan di mandikan oleh-Nya menggunakan air kembang setiap jum’at malam. Namun, beberapa hari lalu tepatnya pada jum’at malam, sepupu laki-laki kamu bersama dengan istri dan anak perempuannya datang berkunjung ke rumah ini. Pada saat itu, kakek kamu sedang memandikan kami menggunakan air kembang di dalam kamar itu. Namun, sepertinya sepupu laki-laki kamu tidak suka dengan keberadaan kami di rumah ini. Lalu, terjadilah sebuah pertengkaran antara sepupu laki-laki dan kakek kamu. Kami tidak senang kalau majikan kami di ganggu seperti itu, lalu kami memancing anak perempuannya untuk naik dan masuk ke kamar itu. tidak ada seorang pun yang mengetahui kalau anak perempuan itu masuk kedalam kamar itu karena terlalu sibuk bertengkar. Kami terus mencoba memancing anak itu untuk membuka kami, namun tiba-tiba, seorang pembantu yang bekerja di rumah ini menahan anak perempuan itu untuk tidak membuka kami. Kami tidak ingin membuang kesempatan, anak itu langsung kami tarik masuk ke dalam tubuh kami dengan tubuhnya sekalian dan anak perempuan itu hilang tanpa sisa sedikitpun, hahaha. Kami merasa puas karena bisa membantu majikan kami. Namun, yang terjadi malah sebaliknya! Majikan kami malah menjadi marah kepada kami dan mengurung kami di dalam kamar itu. setelah itu, kami murka! Karena tidak ada lagi makanan yang bisa kami makan, akhirnya kami keluar dari lemari itu dan pergi untuk mencari dan memakan tumbal orang-orang yang berurusan dengan kami. Dengan menyebut nama kami, di sengaja maupun tidak di sengaja, itu sudah kami anggap musuh!”

“Terus, mau kalian apa? Bagaimana cara membuat kalian merasa tenang seperti dulu?”

“Kami? Mudah saja, buka kamar itu pada saat jum’at malam tiba, mandikan kami menggunakan air kembang tujuh rupa. Dengan begitu, kami bisa tenang.”

“Benarkah itu?

“Benar Maya, hanya kamu yang bisa menolong kami Maya… Hanya kamu…”

Lalu, sosok-sosok itu menghilang seketika.

‘Mandikan mereka? Maksudnya?’

Kemudian, Maya mengurungkan pikiran-pikiran tentang sosok-sosok itu, dan memilih untuk tidur.

Pagi pun tiba, Maya terbangun dari tidurnya.

“Tok tok tok… Non Maya… Mari sarapan dulu”

Terdengar suara ketukan pintu yang sepertinya bi Sari tengah mengetuk pintu.

“Iya bi, sebentar.”

Lalu, Maya berjalan membuka pintu, kemudian berjalan turun bersama dengan bi Sari.

“Pagi Eyang, pagi kak Reno, pagi kak Ayu”

“Pagi Maya, sini makan dulu, jangan tidur mulu” Kata Reno.

Dengan wajah yang masih lesuh, Maya duduk di samping Ayu dan mengambil sarapannya.

“Eyang, setelah sarapan, aku ingin berangkat untuk melihat projectku di desa sebelah bersama Ayu.” Kata Reno kepada Eyang kakung dan Eyang putri.

“Loh, Maya tidak ikut toh?”

“Sepertinya tidak Eyang, sudah kesiangan soalnya. Tidak mungkin kita menunggu Maya untuk bersiap-siap lagi. Bisa-bisa, aku di marahi oleh atasan nanti”

“Yasudah, hati-hati di jalan ya”

“Iya Eyang”

Reno bergegas menyelesaikan sarapannya, dan setelah itu berpamitan kepada Eyang kakung dan Eyang putri, kemudian berangkat pergi bersama Ayu menggunakan mobil.

Setelah Reno dan Ayu pergi, suasana menjadi hening. Maya juga baru saja bangun, nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya. Jadi, dia memilih untuk diam dan bergegas menyelesaikan sarapannya.

“Eyang, aku mandi dulu ya, biar agak segar sedikit, hehe” Kata Maya kepada Eyang kakung dan Eyang putri dengan nada bicara yang masih lemas.

“Ya sudah, setelah mandi, Eyang dan Eyang putri ada di halaman depan kalau nanti kamu mencari Eyang”

“Iya Eyang”

Kemudian, setelah sarapan, Maya langsung kembali ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengambil pakaian gantinya dan pergi menuju kamar mandi.

“Jeburrr”

“Wihhh, gila! Airnya dingin banget!” Kata Maya sembari mengguyur segayung air.

Ketika Maya tengah asik mandi, dari sudut pandang matanya, samar-samar, terlihat sebuah bayangan yang mengarah ke sebuah jendela yang terbuka di dalam kamar mandi. Lalu, Maya mencoba melihat kearah jendela itu, dan,

“Huaaaaaa!!!”

Maya berteriak dan langsung mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.

Sesosok makhluk tak kasat mata tengah duduk di jendela itu sembari tersenyum menyeringai memandangi Maya yang tengah mandi dengan tubuhnya yang tak berbusana itu.

“Wah-wah, tubuhmu bagus juga ya, hihi” Kata sesosok makhluk itu.

“Siapa kamu! Sedang apa kamu berada disini!?” Kata Maya sembari terus menutupi tubuhnya menggunakan handuk.

“Hehe, aku tinggal disini loh nona cantik. Dan, kamu belum tau aturannya ya? Nih, biar saya jelaskan, biasakan kalau mau mandi itu, pakailah pakaian atau handuk untuk menutupi tubuh kamu. Untung saya yang melihatmu, kalau makhluk-makhluk jahat yang lain bagaimana? Wah, bisa di terkam habis kamu, hahaha.”

Lalu, Maya mengambil segayung air dan membacakan doa-doa di dalam hatinya, kemudian menyiramkan air itu ke sosok makhluk itu.

“Eh, bentar-bentar. Jangan main usir-usir begitu dong! Kami sebagai setan juga punya tata krama loh! Huh dasar manusia! Bukannya minta maaf, malah main usir-usir saja. Yasudah, pakai handukmu itu dan selesaikan mandimu. Dasar manusia!”

Lalu, sesosok makhluk itu menghilang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status